18

279 24 2
                                        

Hubungan Jeongyeon dan Mina sedikit renggang saat itu, tetapi seiring berjalannya waktu, hubungan mereka mulai membaik. Mina masih tak berhenti untuk sekedar membuat Jeongyeon mengingat masa dimana ia begitu mencintai musik. Meski terkadang ingatan buruk bersama nayeon juga ikut terselip di sana.

Karena kegigihan Mina lah kini Jeongyeon sudah kembali pada apa yang ia cintai, sesuatu yang dapat membawanya ke dunianya sendiri.

Suatu hari mereka memutuskan untuk makan malam di kafe, tempat dimana Jeongyeon dulu bekerja menjadi seorang musisi di sana.

Seorang pria berkemeja putih datang menghampiri mereka berdua yang sedang duduk menikmati hidangan.

"Yoo Jeongyeon? Omo, tambah langsing aja sekarang. Nona, apa kau tidak memberi makan pacarmu ini ha? Aish Jeongyeon," ucapnya sambil menepuk punggung Jeongyeon berulang.

"Hyung hentikan," ucap Jeongyeon tanpa ekspresi.

"Haha, mian," suasana pun sedikit canggung di sana.

"Annyeong haseyo, saya Myoui Mina teman Jeongyeon," Mina berusaha mencairkan suasana.

"Annyeong haseyo Park Bogum imnida, maaf saya kira kamu kekasihnya Jeongyeon," Bogum tertawa renyah.

"N-ne."

"Aish kenapa kau diam saja? Apa aku mengganggu kalian?"

"Ani," Jeongyeon menjawab.

"Hanya bingung ingin berbicara apa," sambungnya.

"Hmm, kau tahu? Sejak kau sudah tidak kemari, pelanggan sedikit berkurang. Apalagi gadis-gadis sekolah menengah."

"..."

"Apa kau masih bermain musik? Bagaimana kuliahmu?"

"..." Jeongyeon tidak menjawab begitupun Mina yang tak ingin ikut campur urusan mereka.

"Berhentilah menjadi orang lain, lihat. Dia disana selalu menantimu, bersedih di setiap harinya tanpa merasakan hangatnya tanganmu," ucap Bogum sambil menunjuk objek dengan lirikannya.

"Apa aku bisa?"

"Aku tak tahu jika kau tetap disini."

"Mina, temani aku."

Mereka berdua berjalan bersama menuju barisan lantai yang sedikit lebih tinggi dari lantai pelanggan. Memposisikan diri bersama di sebuah bangku piano dengan pengeras suara menghadap Mina.

"Clown dari Emeli Sandé, kau tahu kan?"

Jeongyeon mengangguk meski sejujurnnya ia terkejut dengan dada yang terasa sesak. Bagaimana mungkin ia tak mengetahui lagu ini, lagu yang menjadi favorit Nayeon dan begitu sering ia nyanyikan.

Seluruh jiwa mereka berikan pada lagu itu. Tak terasa ditengah lagu Jeongyeon menangis, air matanya mengalir begitu saja tapi ia tak berpikir untuk menghentikan permainannya.

"Maafkan aku, maaf," batinnya mengucap berulang kali.

Bayangan itu memang datang, tetapi ia tersenyum. Tersenyum di sebelahnya memandangi Mina serta Jeongyeon.

"Aku memaafkanmu, berhentilah menangis dasar cengeng. Hiduplah bahagia ne?" ucap gadis itu yang hanya dapat didengar Jeongyeon.

Kembali tersenyum dan hilang begitu saja ketika lagu selesai. Air mata Jeongyeon semakin mengalir deras. Dadanya begitu sesak menyaksikan halusinasinya lagi.

"Maafkan aku," ucapnya meremas dada yang terasa begitu sakit. Telat mungkin jika ia merasakan sakit ditinggal Nayeon, tapi inilah yang terjadi.

Sejak saat itu Jeongyeon mulai sering menekuni kembali dunia musiknya dan bayangan Nayeon tak lagi datang. Ia berfikir, mungkin benar itu semua hanya halusinasinya, bukan hantu Nayeon yang membencinya.

The Story Of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang