22

477 20 2
                                    

Hari berjalan begitu saja bagi setiap orang, dan mungkin tidak sepenuhnya bagi Jeongyeon. Setiap perasaan yang masih mengganggunya mungkin mulai menghilang atau mungkin sudah tak dapat dirasakannya lagi.

"sepertinya aku benar-benar menjadi simp ya" dia terkekeh menyadari keburukan yang sudah tercipta di dirinya.

Budak cinta yang sekarang kehilangan orbitnya. Itu mungkin kata yang hampir tepat bagi jeongyeon saat ini. Namun bagaimanapun ia akan berusaha melupakan semua itu dan selalu mempersibuk diri. Hingga suatu ketika, hari yang tak diharapkannya datang begitu cepat.

Suara ketukan pintu dan bel terdengar dari dalam. Jeongyeon yang saat itu tengah sibuk mengerjakan proyeknya pun terpaksa beranjak.

"Kau bisa masuk sendiri kan da.." ucapannya terhenti dikala ia tahu siapa yang berada di balik pintu itu.

"Hai Hyung, lama tidak bertemu."

Sedikit miris Chaeyoung melihat keadaan Jeongyeon, penampilan yang berantakan, mata yang memerah dengan kulit sekitar yang menghitam dan ruangan yang bagaikan tak terawat.

"Ah Chaeyoung, Mina. Masuklah, maaf aku kira tadi Dahyun."

"Maaf berantakan," jeongyeon terpatung sejenak, berdiri di depan sofa dan begitu pula dengan sepasang kekasih itu "aish berantakan sekali," ucapnya sambil memunguti kertas-kertas dan menyingkirkan barang-barangnya agar Chaeyoung dan Mina bisa duduk disana.

"Kalian mau minum apa?" ucapnya terburu-buru dan segera pergi mencari minuman di kulkas.

"Hyung," panggil Chaeyoung "ah aku hanya punya beer, apa tak apa?" potong Jeongyeon seakan tak ingin dengar apa yang akan diucapan mereka berdua.

"Jeongyeon oppa, kami hanya sebentar," ucap Mina.

"Haha, meski sebentar, bagaimana mungkin aku tidak menyuguhkan minum untuk tamu?"

Chaeyoung dan Mina berdiri, beranjak menuju dapur dimana jeongyeon berada.

"Hyung," Chaeyoung kembali memanggil, tapi Jeongyeon enggan berbalik.

"Kita kemari hanya untuk memberikan undangan pernikahan kita," hening, tak ada sepatah katapun keluar dari mulut Jeongyeon.

"Kami harap hyung bisa datang."

"Kemarin aku sudah menunggumu dan mempersiapkan diri jika saja kau mengejek atau menendangku di hari pertunangan kita, tapi kau tak datang," ucap Chaeyoung berusaha mencairkan.

"Tapi jika tidak bisa tak apa. Tapi kumohon hadir sebentar saja."

"Aku tidak bisa janji. Maaf aku ada kerjaan, sebaiknya kalian pulang sekarang."

Suara pintu yang tertutup telah terdengar. Puncak dari sebuah kehancuran jiwa para simp benar terjadi.

"Keparat kau chaeyoung," kutuk Jeongyeon lirih dengan memendam semua amarahnya.

Di hari itu, semua efek dari perasaan yang selalu ia pendam terjadi. Jeongyeon tak sadarkan diri dengan nafas yang semakin melemah. Semua yang ia harapkan mungkin akan ia temui. Sebuah ajal yang selalu diinginkan ketika keputus asaan sudah memuncak.

~~~

"Sudah bangun? Bisa dengar suaraku? Kau tahu ini dimana?"

Jeongyeon mengerjapkan mata, berusaha memperjelas pandangannya.

"Kau begitu berisik daniel," ucap Jeongyeon lemah.

"Ya! Berani sekali kau. Kucabut selangmu bisa.."

"Hei bodoh! Mengertilah situasi sedikit," soojung memukul kepala daniel dengan keras "bagaimana perjalananmu? Jangan memendamnya sendiri. Aku tahu mereka memang bodoh, tapi kau bisa cerita padaku atau Chaeyeon. Tak ada yang ingin kehilanganmu, hiduplah dengan baik mulai sekarang," tak terlalu panjang dan mudah dimengerti, tapi cukup menohok bagi pria itu.

The Story Of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang