Pagi yang indah. Seperti biasa, Aleta menjalankan motor maticnya ke sekolah. Mamanya masih di Bandung, jadi motornya bisa digunakan Aleta untuk pergi sekolah. Biasnya motor itu digunakan mamanya untuk belanja ke pasar, dan siangnya biasa dipakai untuk mengantar kue.
Aleta menjalankan motornya dengan kecepatan standar. Hari ini masih pagi, keadaan jalanan ibu kota masih ramai lancar. Berbeda jika dua puluh menit kedepan, sudah dipastikan kemacetan ada dimana mana.
Aleta memarkirkan motornya setelah sampai di sekolah. Gadis itu lalu berjalan santai menuju kelasnya.
Hanya ada sedikit murid yang sudah hadir. Murid rajin yang taat aturan. Termasuk Nadia, gadis bertubuh gempal itu sedang sarapan di bangkunya sekarang.
"Woy.." Aleta mengagetkan Nadia, membuat empunya tersedak
"Eh, goblok.. Lo ngagetin!!!" Nadia murka,Aleta malah ketawa ngakak.
Lucu aja, liat sahabatnya itu mencak mencak. Membuat perut dan pipinya ikut memantul mantul.
"Hahahahaha"
Aleta terus ketawa ngakak. Gadis itu berlarian menyusuri koridor sekolah. Jangan lupa, dengan tas yang masih terselampir di bahunya.
Aleta terus berlarian, kesana kemari. Diikuti dengan Nadia yang mengejarnya dengan terengah engah. Nadia ketinggalan jauh, entah dimana gadis gempal itu. Tapi yang jelas, Aleta kini sudah sampai kembali di kelasnya. Ia lalu menaruh tasnya di samping tas Nadia. Lalu Aleta mengambil air minum di tasnya.
Huuuh.. Lega akhirnya..
Aleta menyandarkan tubuhnya di kursi, mengatur nafasnya yang masih ngos ngosan.
Tak beberapa lama, teman sekelas mulai pada berdatangan. Revina, Rena, Alissa, Ika dan Ayu datang diwaktu hampir bersamaan. Mereka melihat Aleta dengan tatapan aneh yang Aleta sendiri tak tahu. Nggak hanya sahabatnya, semua orang dikelas menatap Aleta dengan aneh. Aleta berusaha mengabaikan, dia terlalu nggak peka keadaan.
Tiba tiba dari arah pintu Nadia datang. Cewek itu berkacak pinggang, wajahnya murka, keringetnya berjatuhan. Bukannya nyeremin, Nadia keliatan menggemaskan dengan tubuh gempalnya.
"Aleta..." Nadia berteriak dia pengin nyekik Aleta tapi gabisa.
Ya, Aleta tau.. Mana ada orang bisa nyekik Aleta yang imut dan menggemaskan, ya gak??
"Lo nyebelin banget si Al.. Sumpah, gue muter muter keliling sekolanh ngejar ngejar lo, eh taunya lo udah ada disini.." kata Nadia
Aleta cuma terkekeh, senang diatas penderitaan sahabatnya tercyintah..
"Sorry Nad.." Aleta cengengesan, maafnya gak tulus kayaknya
Nadia mengabaikan Aleta, dia duduk ditempatnya. Gadis bertubuh gempal mengambil botol tupperware kesayanganya, menengguk isinya sampai habis.
Ebuseeeet
Aus buk??
Aleta ngeliatin Nadia. Gadis itu tengah menetralkan nafasnya. Lima menit kemudian, Nadia udah nggak terlalu ngos ngosan.
"Nad, gue mau tanya ama lo.. Kenapa sih anak kelas pada ngeliatin gue aneh tau??" Aleta bertanya tentang keanehan yang dilihatnya
Baru Nadia mau menjawab, sudah disamper oleh Rere yang tiba tiba udah ada di depan Aleta.
Gak cuma Rere, temen temen cewek lainnya juga ngerubung. Aish, ada apaan si ini?
"Al.. Jelasin foto itu semalem!!" ujar Rere
Aleta garuk garuk.. Foto yang mana emang??
"Foto yang mana ya??" kata Aleta
"Ya yang semalem Al.. Yang di Ig"
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend Zone [END]✔
Teen FictionBagi Aleta, Arsen adalah pelangi yang pernah Tuhan berikan untuk mewarnai hidupnya. Arsen pernah memberi warna, tapi hanya sesingkat pelangi setelah hujan.