Hari yang baru, dan seperti biasa Aleta pergi ke sekolah untuk menuntut ilmu. Hanya saja ada yang berbeda dari semua itu, Arsen menghilang dan itu menjadi teka teki tersendiri, terutama bagi Aleta.
Mungkin semua murid di kelasnya tak merasa kehilangan akan Arsen, seminggu tak berangkat tanpa keterangan itu memang biasa Arsen lakukan.
Tapi tidak untuk Aleta, baginya ada yang janggal dari semua ini. Arsen tak berangkat setelah kejadian itu, sebenarnya ada apa?
Aleta terbengong, menumpukkan mukanya di antara telapak tangan.
Tet tet tet
Suara bel mengejutkan Aleta, Bu Andini guru kimia itu masuk membawa setumpuk kertas di dadanya. Sial, hari ini ulangan. Dan Aleta melupakannya..
Gadis itu tak belajar sama sekali, dari semalam otaknya hanya memikirkan Arsen yang berubah. Poor Aleta.
Tapi gadis itu mah santai aja, terserahlah mau ulangan dapat berapa. Aleta pasrah..
Dua jam kemudian, ulangan akhirnya selesai, Aleta merasa beban di pundaknya melebur begitu saja.
***
Bel pulang berbunyi, Aleta keluar dari sekolahnya menggunakan motor matic. Di perjalanan Aleta menyempatkan diri untuk mempir ke kafe membeli eskrim serta cheesecacke favoritnya.
Aleta masuk ke dalam kafe, gadis itu duduk di kursi nomor 12. Seorang pelayan datang menghampirinya
"Mau pesan apa mbak?"
"Eskrim vanila satu sama cheseecake satu yah"
"Silahkan ditunggu pesanannya" pelayan itu pergi
Tak beberapa lama, pelayan datang membawa pesanan Aleta.
Aleta menikmati makanannya tak lupa dengan headset yang terpasang di telinganya.
Bruk
Gebrakan keras terdengar dari meja sebelah, membuat Aleta reflek menoleh. Disana, tepat di depan matanya Aleta melihat Arsen yang tengah menunduk kaku tak lupa dengan sosok wanita paruh baya yang Aleta yakini adalah mama Arsen dan sesosok pria ber jas hitam dengan sepatu mengkilapnya yang Aleta yakini papa Arsen.
Plak
"Dasar anak kurang ajar kamu!!" tamparan dari papanya tepat mengenai pipi Arsen
"BUKANNYA SEKOLAH MALAH KELAYAPAN DI KAFE! MAU JADI APA KAMU DI MASA DEPAN HAH?!!!!"
Arsen hanya diam, menatap sengit ayahnya yang terlihat marah.
"HEH! JAWAB!! MASIH PUNYA MULUT KAN KAMU!!" Arsen hanya diam, lalu sedetik kemudian melempar amplop berwarna putih ke dada papanya dengan sengit
"Apa ini?" tanya papa Arsen
"Liat aja.." dibukanya amplop berwarna putih itu, dan pria itu langsung terkejut
"APA APAAN INI!! KAMU DI D.O LAGI DARI SEKOLAH?!"
"Kalo iya, penting buat Arsen jelasin?" Arsen menatap sengit papanya
"DASAR ANAK KURANG AJAR!! INI PASTI GARA GARA KAMU SERING BOLOS SEKOLAH SAMA JALANG ITU KAN?!!!"
"Masih mending Arsen bolos ama jalang, daripada papa ngakunya kerja keluar kota tapi malah tidur sama selingkuhan.." ujar Arsen
"MAKSUD KAMU APA HAH?! KAMU JANGAN SEMBARANGAN SAMA MAMA KAMU!!" ujar papa Arsen murka
"Mama? Arsen gak ngerasa kalo jalangnya papa itu Arsen, Arsen cuma punya mama Avi, dia mamanya Arsen dari dulu" Arsen menggenggam erat tangan mamanya.
"BRENGSEK KAMU!! PASTI JALANG ITU YANG MENGAJARKAN KAMU UNTUK GAK HORMAT SAMA ORANG TUA KAN?!!"
"Papa boleh ngatain Angel jalang, tapi papa gak boleh ngehina dia. Gimanapun juga Angel yang selalu ada kalo Arsen sakit, Angel yang kasih Arsen uang, Angel yang kasih Arsen makan, Angel yang selalu ada buat Arsen. Gak kaya papa yang cuma mikirin istri muda, Arsen ada di urutan kesekian kalo untuk pedulinya papa" ujar Arsen
Papa Arsen diam mendengar perkataan anaknya.
"Sudah. Yang penting kamu pulang! Avi urusi anakmu itu!!" kata papa Arsen, setelah itu, dia pergi meninggalkan kafe
Arsen segera memeluk mamanya yang tengah menangis
"Maaf semua, atas ketidaknyamanannya..." Kata Arsen
Arsen lalu keluar bersama mamamya, Aleta yang melihat itu tanpa basa basi langsung membayar makanannya dan keluar.
Dari depan kafe ia melihat Arsen dan mamanya yang berbincang bincang.
"Nak, ayok pulang.. Nanti papamu marah marah lagi" ujar mama Arsen
"Gak bisa mah, Arsen gak sudi kalo harus menginjakkan kaki di tempat itu lagi.."
"Arsen, ayo pulang.. Buat mama nak.. Mama sedih setiap hari kamu gak pernah pulang ngunjungin mama" ujar Avi
"Mah, ada kak Azka sama kak Reyhan yang jagain mama.. Maaf Arsen gak bisa jagain mama. Kalo mama pengin ketemu sama Arsen tiap hari, mama cukup ikut Arsen ke apartemen, mama cerai sama papa mah.. Itu jauh lebih baik daripada mama harus sakit hati. Arsen gak bisa kalo ada di rumah, tiap malem Arsen pasti denger mama diem diem nangis" ujar Arsen
Mama Avi langsung memeluk tubuh anak lelakinya itu dengan penuh kasih sayang.
"Maafin mama sen, mama gak bisa cerai sama papa. Mama terlalu sayang, dan terlalu banyak kenangan kita dulu"
"Tapi mama akan tersiksa setiap hari. Mending mama cerai, setidaknya sakitnya sebentar bukan selama mama hidup.."
"Maafin mama Sen. Mama gak bisa.."
"Kalo gitu mama jangan harap Arsen bakalan pulang. Udah ma, mama mendingan pulang. Arsen pesenin taksi" ujar Arsen
"Kamu gak bisa antar mama?"
"Aku gak bawa kendaraan, mobilnya lagi di bengkel" ujar Arsen. Sebenarnya cowok itu berbohong soal mobilnya, itu hanya alasannya saja untuk tidak kembali ke rumah yang sangat dibencinya itu.
Tak lama sebuah taksi datang, Arsen menyuruh mamanya masuk dan setelah itu mama Arsen meninggalkan Arsen
Aleta yang melihat itu semua langsung menghampiri Arsen, lalu mengambil tangan kekar cowok itu untuk di selipkan di sela sela tangan mungilnya.
Arsen terhenyak, ia melihat ke samping dan itu ternyata Aleta.
"Sen, sini cerita sama gue. Gue siap dengerin semuanya"
Dan detik selanjutnya Arsen langsung membawa tangan Aleta pergi.
Tbc
Jangan lupa vote and comment
Babay...
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend Zone [END]✔
Teen FictionBagi Aleta, Arsen adalah pelangi yang pernah Tuhan berikan untuk mewarnai hidupnya. Arsen pernah memberi warna, tapi hanya sesingkat pelangi setelah hujan.