Aleta dan Arsen tengah duduk di dekat danau yang sepi. Semilir angin membelai lembut keduanya, menjadi teman dikala senja merajut malam perlahan.
Keadaan sepi, tak ada sepatah katapun keluar. Aleta sebenarnya bingung kenapa Arsen mambawanya kesini, Aleta tipe cewek yang tidak suka keadaan awakwrd, tapi rasanya bertanya pada Araen sekarang tak berguna. Aleta tau lelaki itu tengah banyak masalah menimpa.
"Al" suara serak Arsen membuat Aleta reflek menoleh
Arsen menggenggam tangan Aleta, menyelipkan jari-jari kekarnya di antara jari mungil Aleta.
"Maafin gue kemarin malem" ujar Arsen terlihat amat bersalah
"It's okay, gue gak marah sama lo.. Cuma gue ngerasa lo sedikit emmm--"
"Sedikit apa?"
"Lo berubah.." Aleta mengatakan dengan ragu
"Sorry Al.. But, trust me.. Gue tetap Arsen yang sama seperti biasa"
"Lo ngejauh, gue ngerasa gak dibutuhkan lagi"
Arsen semakin menggenggam erat tangan Aleta
"Jangan gini Al, gue selalu butuh lo. I kinda like to being someone you loved.."
Arsen tersenyum begitupun Aleta. Semilir angin membelai keduanya, senja yang jadi saksi setiap kata yang tak mampu terucap, biarlah langit jingga ini menelaah sendiri, Aleta dan Arsen sama sekali tak peduli. Bagi Arsen, Aleta adalah sosok yang ia butuh kepeduliannya, dan bagi Aleta Arsen adalah sahabatnya yang akan selalu ada. Entah itu untuk sekarang, nanti, atau yang akan datang.
"L-lo di D.O?" tanya Aleta memecah keheningan
"Ya, begitulah.." Arsen tersenyum kecut
"Lo tau, padahal gue lagi semangat semangatnya sekolah karena lo. Tapi Angel nyebarin foto kita berdua lagi intim ke guru guru. Gue di D.O deh.." lanjut cowok itu
"Kok Tante- ups maksud gue, emm Angel gitu??"
"Ya gimana, dia gak terima putus sama gue, makanya dia balas dendam dengan nyebarin foto gue.." ujar Arsen
"Emang foto kek gimana?"
"Emm, foto itu anu, gue ama Angel lagi pangku pangkuan dengan keadaan emmm telanjang" Arsen berujar lirih
"WHAT!!! APA KATA LO TADI?!! PANGKU PANGKUAN?!! TELANJANG??!!"
"Nggak gitu juga, telanjang bagian atas doang.. Gue ama Angel. Jujur gue belum pernah main lebih dari grepe grepe" ujar Arsen
"Lo tau Al, gue bukan cowok baik. Pada saat itu gue ngelakuin pun karena gue butuh duit" Ujar Arsen mencoba menjelaskan pada Aleta
"Sen, gue mau nanya.."
"Tanya aja Al.."
"Abis ini gimana sekolah lo? Pindah lagi?"
"Gue gak tau Al.." ujar Arsen sambil menunduk
Aleta diam, Arsen pun sama. Ada rasa yang mengganjal di hati Aleta mengetahui Arsen akan pergi.
"Kalo gitu, apapun yang terjadi jangan lupain gue yah.." entah kenapa Aleta mengatakan ucapan seperti itu
"Lo apa apaan? Enggak lah.. Gue janji gue bakal sering main ke rumah lo.. Dan yah, pintu rumah gue selalu terbuka buat lo.."
Aleta tersenyum
"Udahlah.. Jangan melow melow disini.. Mending kita naik sampan, keliling keliling danau, mau??" tanya Arsen
Aleta mengangguk cepat
"Yuk.." Arsen menggenggam tangan Aleta, membawanya ke sampan lalu mendayungnya.
Aleta tersenyum ceria meliahat banyak capung beterbangan. Sepanjang mata memandang, hanya ada air jernih yang menyejukkan.
***
Bagi semua orang, perpisahan adalah sesuatu yang menyakitkan. Namun sudah hukum alam, perpisahan tak dapat lagi dihindari. Karena datang akan pergi, karena bertemu akan berpisah.
Kini yang dilakukan Aleta hanya satu, menatap nyalang pesawat yang telah lepas landas, mengudara di langit biru yang terang.
Aleta tak pernah menyangka, pertemuannya dengan Arsen hanya hadir bagaikan pelangi setelah hujan. Aleta juga tak pernah menyangka, pertemuannya dengan Arsen kemarin adalah pertemuan untuk terakhir kalinya.
Semua bermula sejak kejadian tadi di sekolah. Nadia, teman sebangku Aleta sedang stalker dan menemukan foto Arsen yang sedang prepare sembari memperlihatkan sebuah tiket penerbangan yang tak diperlihatkan kemana tujuannya. Tapi yang jelas, caption yang cowok itu gunakan membuat semua orang terkejut
"Good bye indonesia.. Terima kasih telah menorehkan sejuta warna dalam hidupku"
Aleta yang melihat itu langsung saja bergegas menuju bandara. Gadis itu berharap untuk sekedar berpamitan pada Arsen. Namun sayang, pesawat itu sudah landas..
Aleta berbalik, berjalan pelan keluar dari bandara. Pikirannya berkelana, selalu yang diingat hanyalah kata kata Arsen
"Stay with me Aleta.."
Entah berapa kali Aleta dengar Arsen mengucapkan kata itu, seakan takut Aleta pergi meninggalkannya. Namun apa yang terjadi, Arsen yang pergi dari Aleta.
Aleta diam lalu menatap langit biru yang cerah. Tak seperti hatinya yang muram.
"Langit, sampaikan salam pada Arsen.. Dimanapun dia berada, jaga dia.."
Hanya itu yang hati Aleta katakan. Ungkapan tulus.. Aleta tersenyum menatap kedepan, meminjakkan kakinya dalam derap yang berbeda. Hari baru, tanpa Arsen untuk seterusnya..
END
Sampai disini dulu kisah kita..
Terima kasih untul readers yang setia mendukung..
Dan apabila ada kesalahan author mohon dimaafkan..
Maafkan juga untuk kelabilan saya selama ini
Bye bye..
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend Zone [END]✔
Teen FictionBagi Aleta, Arsen adalah pelangi yang pernah Tuhan berikan untuk mewarnai hidupnya. Arsen pernah memberi warna, tapi hanya sesingkat pelangi setelah hujan.