Jika kamu sudah berharap kepada manusia berarti kamu siap terluka olehnya.
"Mari kita akhiri hubungan ini."
Deg!
Tubuh Yohan bergetar hebat. Ia tidak pernah menyangka bahwa kekasihnya bisa memutuskan hubungan mereka begitu saja menganggap hal seperti itu hanya lah masalah sepele.
Perlahan tapi pasti, Yohan melepas pelukannya tangannya beralih memegang kedua sisi bahu Minju erat, menatap mata bengkak kekasihnya dalam-dalam. Menerka apa yang sebenarnya terjadi pada wanitanya.
"Jawab dengan jujur, Minju Kau hanya sedang bercanda kan? Iya kan?"
Minju diam seribu bahasa, mencerna lagi apa yang barusan Yohan katakan.
Apa bercanda?
Bercanda?
Hanya bercanda, katanya?
"Hei, apa kau selalu menganggap semua yang aku katakan hanya gurauanmu saja, Kim Yohan-ssi?" akhirnya Minju membuka suaranya lagi, balik menatap tajam kedua manik mata Yohan dengan sedikit menyunggingkan senyum getirnya berpura-pura bahwa dirinya masih sangat baik-baik saja.
Yohan berdecak sebal, mengacak rambutnya frustasi, "Bukan seperti itu maksud-", Omongannya terputus ketika tiba-tiba Minju malah menyandarkan kepalanya pada bahu kanan milik Yohan sembari memukul mukuli dada Yohan dengan pelan.
"Kenapa.. kenapa.. aku harus mencintai pria jahat sepertimu.. kenapa susah sekali melepaskanmu.. hiks hiks... ini terlalu menyulitkanku, han?"
Sekarang giliran Yohan yang terdiam. Begitu takut jika berbicara hanya akan menimbulkan masalah yang lebih dari ini. Lebih memilih untuk mendekap tubuh kurus kekasihnya, tidak peduli sekeras apa Minju mencoba meronta meminta untuk dilepaskan.
Beberapa detik kemudian Minju pun mulai kehilangan tenaganya, ia memilih pasrah dan membenamkan wajahnya di dada Yohan. Menangis sesenggukan sampai membuat baju pria itu basah terkena air mata dan juga ingusnya.
Yohan mengecupi puncak kepala Minju penuh dengan rasa khawatir yang berlebih. Ia sangat menyayangi Minju, tapi disisi lain ia juga sedang diambang kebingungan.
"K-kau p-pergilah...."Minju berhasil melepaskan pelukan itu, ia melangkah mundur memperjauh jaraknya dengan Yohan.
Minju sudah tidak lagi menangis, ia malah tersenyum simpul saat mengatakan itu. Seperti ia kembali mendapatkan kekuatan agar bisa mengatakan hal yang paling ia benci di dunia.
"Tidak, aku akan disini sampai kau tenang, Ku Mohon Minju!" bantah Yohan tidak mau tahu.
Minju menggeleng, "kau bisa pergi sekarang Yohan, kau bisa bebas pergi dengan wanita itu, Dan Mulai detik ini, aku adalah orang yang akan menyetujui hubunganmu dengannya. Jangan khawatirkan aku lagi, pergilah... "
"brengsek!! Apa yang sedang kau bicarakan sebenarnya?! Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Yena!! Dia itu hanya temanku " Yohan mulai kehilangan kesabarannya.
Minju pun terkekeh kecil, "di depanku kau bisa hanya menganggapnya sebagai teman tapi di belakangku, kalian bermesraan lebih dari seorang teman!kau kira aku tidak tau!! Brengsek!!" bentak Minju sembari berjalan menuju pintu utama rumahnya.
"YAA! APA KAU SUDAH GILA?! DIA ITU HANYA TEMANKU MINJU, HANYA TEMAN SEKARANG!! KITA TIDAK PERNAH BERMESRAAN SEPERTI APA YANG KAU PIKIRKAN!" teriak Yohan seperti bukan kemauannya sendiri, emosinya sukses naik turun sekarang.
Minju menghentikan langkahnya, "Yohan-ssi" panggilnya tanpa menoleh.
Yohan hanya diam, ia berusaha menetralkan
"Apa kau sadar? Sikap baikmu kepadanya itu membuatku sering kali terluka? Apa kau juga sadar bahwa kau lebih memilih untuk mementingkan mantanmu terlebih dahulu daripada aku, kekasihmu sendiri? Hm? Apa kau sadar?!" geram Minju seraya mengepalkan tangannya kuat-kuat, menahan segala emosi yang akan meluap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me✔️
FanfictionKetika pacar lebih prioritasin mantan dari pacarnya sendiri, bertahan atau pergi? "jika dia masih ada di hati dan pikiranmu, jadi selama ini kita ini apa? Status tanpa rasa begitu?" - Kim Minju Candygulali, September 2019©