17

247 38 0
                                    

Play mulmed:
Bolbbalgan4 - To My Youth🎶

***

Junho datang tak lama setelah Yohan benar-benar pergi meninggalkan rumah Minju. Menjadi tamu tak diundang kedua setelah kakaknya, dan mau bagaimana pun juga Minju tetap harus menyambutnya dengan baik meskipun ia sedang marah setengah mati, karena tentu saja ia tak boleh melampiaskannya pada Junho. Egois namanya jika sampai seperti itu.

"M-maaf noona," ucap Junho memecah keheningan.

Minju mendongakkan kepalanya, menatap lurus wajah lelaki yang ada di depannya.

"Kau tersakiti lagi oleh kakakku," lanjutnya.

"Tak apa, kali ini bukan hanya aku yang tersakiti, dia juga sama terluka," Minju memberikan senyum masamnya.

Junho menggaruk kepalanya yang tak gatal, kemudian meraih secangkir teh hangat yang telah Minju suguhkan dan meneguknya sedikit demi sedikit.

"Jika aku boleh jujur, kau sangat menganggumkan noona! benar-benar bukan seperti noona yang aku kenal dulu!"

"M-maksudnya?" tanya Minju terheran.

"Biasanya kau akan mengurung dirimu di dalam kamar seharian, tak mau mengangkat teleponku dan bertemu denganku. Tapi kali ini kau malah menyambutku dengan senyuman hangatmu ah! lagi-lagi kau membuat hatiku bergetar noona!" heboh Junho lalu memegangi dadanya sendiri, merasakan getaran hebat yang sedang mengguncang hatinya.

Kemudian Minju berdecih pelan dan tertawa geli karena melihat tingkah Junho yang kekanakan seperti itu lagi.

"Tapi tetap saja aku tak sekuat itu. Aku dan Yohan memang sudah putus dari beberapa bulan yang lalu, dan selama itu pula aku sedang membiasakan untuk hidup seperti dulu sebelum mengenalnya," ia diam sejenak, "sebenarnya berpura-pura bahagia itu melelahkan, Jun—" tambahnya.

"Noona masih sangat mencintai Hyung ya?"

"Hmm... Apa pertanyaan seperti itu harus aku jawab?"

Junho terkekeh, "tentu saja!" katanya dengan yakin.

"Tidak lagi," jawab Minju yang lalu menundukkan kepalanya, "ada wanita yang jauh lebih mencintainya ketimbang diriku."

"Wanita? Siapa noona?!" Junho mulai penasaran, "apa wanita itu—"

"Ya kau tahu siapa dia. Kemarin wanita itu tiba-tiba menghubungiku dan meminta untuk bertemu."

"Lalu kalian sudah bertemu?"

Minju hanya mengangguk diiringi senyum sendunya. 

Bukan Junho jika tidak penasaran. Ia memohon terus menerus agar Minju mau menceritakan apa alasan wanita yang diketahui Junho adalah Yena itu memintanya untuk bertemu.

Dengan berat hati Minju akhirnya mau bercerita, sebelumnya mewanti-wanti sekali agar Junho menutup mulutnya rapat-rapat dan tidak memberitahu kakaknya tentang apa yang akan Junho dengar nantinya.

Setelah menceritakannya panjang dan lebar, Junho kembali pusing atas apa yang baru saja ia dengar. Ia lalu mengacak-acak rambutnya dan berpindah untuk duduk tepat di samping Minju.

"Jadi noona menolak hyung untuk kembali lagi karena wanita itu?"

Minju lagi-lagi mengangguk, "sebenarnya munafik jika aku bilang tidak lagi mencintainya, merindukan dan menginginkannya lagi di hidupku" perkataan itu membuat penglihatan Minju mendadak buram karena menahan air matanya agar tak terjatuh. Membuat Junho tersadar akan hal itu dan langsung menggenggam tangan Minju erat.

"Tapi, ada kalanya kita harus bisa berhenti pada sesuatu yang tak sesuai untuk kita miliki. Karena yang diimpikan belum tentu sesuai dengan apa yang kita butuhkan," air mata Minju pun jatuh juga akhirnya, tapi ia masih berusaha tersenyum untuk mengingat semua kenangan manis dan pahit itu secara bersamaan agar ia selalu tersadar bahwa hidup tak melulu tentang bahagia.

".... Dan kalaupun ia masih memaksa untuk datang lagi suatu saat nanti, aku harus mengatakan bahwa bagaimanapun juga, dari semua pilihan di dunia ini, kita harus pada keputusan, 'aku memilih orang yang lebih mengerti aku dibandingkan denganmu'."

Junho benar-benar kehabisan kata-kata. Ia terkesima mendengar apa yang telah diucapkan Minju. Jantungnya lagi-lagi berdetak sangat kencang. Jika sudah seperti itu, Junho rasanya ingin sekali memeluk Minju, membelai rambutnya dan berbisik ditelinganya bahwa apapun yang terjadi ia akan selalu disisinya.

"Noona kau berhak untuk bahagia!" Junho tak tahan lagi, ia menarik tubuh Minju dan memeluknya sangat erat.

"Junho-ya, terimakasih. Aku sangat beruntung karena memiliki adik sepertimu... "

Junho melonggarkan pelukannya, menatap wajah Minju dengan tatapan sendu, "hanya sebatas adik?" tanyanya polos.

"Y-ya? A-apa kau keberatan karena kakakmu adalah mantan kekasihku?" tanya Minju tergagap.

Beberapa detik Junhi hanya terdiam, otaknya berpikir dengan keras untuk memahami sesuatu yang membuat hatinya tiba-tiba sakit, "O-oh a-adik. Benar. Aku-aku adikmu paling tampan kan noona?"

"Tentu saja paling tampan!" Minju lalu mencubit hidung mancung Junho seraya terkekeh kecil disela tangis harunya, "dan jika kau memiliki kekasih, kau harus berjanji akan mengenalkannya dulu padaku!"

Junho hanya diam, tersenyum penuh kebohongan untuk menutupi betapa terlukanya hatinya saat ini ketika mengetahui bahwa Minju hanya menganggap hubungan mereka sebatas, "adik-kakak".

Pria dibatinnya pun sudah menjerit frustasi, 'Noona ayo kita berkencan saja! Aku benar-benar tidak bisa jika selain kau! Argh, ini benar-benar menyiksaku!'

"Noona?"

"Ya?"

"Apa kau tidak suka dengan pria yang jauh lebih muda darimu?"

Minju dengan yakin menggeleng, "tidak, jika suka pun aku pasti akan memilihmu lebih dulu!"

"O-oh. hehe, bodoh. Seharusnya aku tidak menanyakan hal konyol itu. M-maafkan aku noona" Dan sudah cukup jelas membuat Junho hampir gila. Ingin mengamuk tapi ia sadar jika itu tidak ada gunanya sama sekali.

.
.
.
.

Kau akan tetap memiliki masa jatuh. Mungkin lebih dari sekali. Tapi dulu kau selalu bisa bangun lagi. Begitu pula dengan jatuhmu yang ini.

To be Continue...

Stay With Me✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang