11

323 52 0
                                    

Semua telah usang, aku dan kau kembali menjadi 2 orang asing.

Junho mengantar Yohan ke sungai Han Yena lalu pergi, ia tidak ingin berlama - lama disini, ia tidak peduli Hyungnya pulang naik taksi ataupun.

***

Angin dingin berhembus menusuk kulit. Yohan pun mulai mengusap-usap lengannya untuk mengurangi hawa dingin yang menusuk sampai ketulangnya.

Malam semakin larut, orang-orang yang datang bersamaan dengannya mulai beranjak pergi. Membuat tempat ini semakin sepi dan terasa kosong.

"Mau sampai kapan kau akan berdiam diri disini? Ini sudah jam 2 dini hari, Yohan." keluh seorang wanita yang terlihat sangat kedinginan, padahal ia sudah memakai beberapa lapis baju dan sweater tebal.

Yohan hanya diam membisu. Tak bosan-bosannya ia menatap kelip cahaya bintang yang memantul disepanjang aliran sungai Han.

"Apa kau tak merasa dingin sama sekali?" tanya wanita itu memastikan, sebenarnya ia hanya ingin pulang.

Merasa diabaikan, wanita itu merengek lagi. Berusaha agar pria keras kepala itu mau mendengarkan permintaannya.

"Yohan-ya, aku ingin pulang! Aku kedinginan! Aku bosan jika kau terus diam saja, aku bingung harus bagaimana! Aku merasa terabaikan disini!" omelnya tak kuat lagi menahan keheningan mereka.

Yoongi lalu menghembuskan napasnya panjang. Ia hanya menoleh sebentar dan kembali dengan kegiatannya menatapi hamparan sungai Han, tak bergeming sedikitpun.

Sebenarnya wanita yang berada disampingnya tahu betul jika Yohan sedang memikirkan sesuatu yang membuat dirinya sampai kacau begini. Dan tiba-tiba wanita itu bangkit dari duduknya, "aku ke mobil sebentar untuk mengambil selimutku," pamitnya yang akan beranjak pergi tapi pergelangan tangannya langsung ditahan oleh Yohan.

"Yena-ya" panggilnya lirih seraya menatap mata mengantuk Yena yang mulai memerah, "aku harus bagaimana sekarang?" Yohan menundukan kepalanya.

Pertanyaan itu membuat Yena mengerjapkan matanya pelan. Kemudian ia berdiri di depan Yena yang masih duduk di bangku. Ia mengelus kepala Yohan untuk menenangkannya. Baru kemudian berjongkok agar ia dapat melihat wajah Yohan yang menunduk sedih.

"Apa hatimu sesakit itu?" tanya Yena seraya menangkup pipi Yohan agar mata mereka kembali bertemu, tapi Yohan tak juga mau menatapnya.

Awalnya Yohan ragu untuk menjawab pertanyaan itu, tapi setelah ia rasakan kembali ternyata hatinya terasa sangat sakit, pun akhirnya ia tidak yakin jika hatinya sedang dalam kondisi baik-baik saja.

Melihat reaksi kebingungan Yohan, Yena tersenyum hangat. "Kau boleh menangis, Han. Aku akan berusaha menutupimu." kemudian Yena berdiri lagi di depan Yohan. Menangkup wajah Yohan dan mendongakkannya ke atas agar ia mau melihatnya.

"Kenapa dengan tatapan itu?" tanya Yena kebingungan melihat raut wajah Yohan yang tengah tersenyum sendu.

"Untuk apa aku menangis jika kau sedang bersamaku?" jawab Yohan membohongi hatinya sendiri.

"Kau begitu mencintai wanita itu, Yohan. Aku sangat tahu itu."

Raut wajah Yohan sontak berubah menjadi resah. Ia begitu heran dengan wanita yang selalu menganggap cinta itu adalah segalanya.

"Tidak, Yena. Aku tidak mencintainya. Aku hanya sangat, sangat membutuhkannya... " ucap Yohan lirih yang sekarang sudah memeluk pinggang Yena, membenamkan wajahnya pada perut datar wanita itu. Entah apa yang sedang Yohan pikirkan ia hanya butuh seperti ini untuk sebentar saja.

Stay With Me✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang