14

278 50 0
                                    

Nanti pada hati yang baru, apa kamu akan bercerita tentangku kepadanya?

"Jadi kau menerimanya kembali begitu saja, Minju?"

Minju langsung melirik Minkyu dengan tatapan garangnya. Begitu pun dengan tangannya yang sudah lebih dulu untuk menarik telinga Minkyu, menjewernya agar lelaki itu tahu rasa.
                       
"Yak! Bukan seperti itu maksudku, Kim Minkyu!" maki Minju tak menghiraukan rengekan Minkyu yang kesakitan.
                         
"A-aduh terserah kau sajalah, mau kembali kek, mau berpisah kek, kan yang merasakan enak tidaknya kau dan dia!" protes Minkyu begitu Minju melepaskan tangannya.
                           
Minju lalu mendengus pelan, berjalan cepat meninggalkan trolly belanjaannya sekaligus dengan Minkyu.
                             
"Hei, hei, kau ini keterlaluan sekali nona! Bawa sendiri belanjaanmu, kenapa harus aku yang mendorongnya ?!" meskipun mulutnya seperti keran bocor begitu, Minkyu tetap mendorong trolly belanjaannya dengan ikhlas, mengejar Minju yang berjalan menuju rak camilan dan es krim. Membeli bermacam-macam chiki dan juga coklat dan es krim vanilla untuk obat sakit hatinya setelah semalam berhasil menolak Yohan untuk pertama kalinya.
                       
Lucu ya. Minju yang menolaknya, Minju juga yang harus menanggung sakit hatinya- membekas begitu dalam lukanya.
                             
Aneh, tapi itulah yang terjadi. Ia tidak mau lagi masuk ke dalam lubang yang sama, meskipun hati dan otaknya sebenarnya berkata lain. Amat sangat merindukannya, membutuhkannya.
                             
"Ayo cepatlah sedikit, aku sudah lapar!" rengek Minkyu lagi. Membuat Minju harus beberapa kali mengelus dadanya sendiri- sabar, ia harus sabar.

"Ck, pergi keluar saja sana. Cari makanan di sekitar sini."

Minkyu menggelengkan kepalanya, "tidak bisa. Harus bersama kau agar aku dibayari."
                         
"Cih, apa kau tidak malu dibayari oleh seorang wanita?"
                         
Minkyu menggeleng lagi, ia lalu menampilkan senyuman kotak khasnya, "Tidak akan pernah malu. Kau yang memintaku untuk menemanimu, kau juga yang harus tanggung jawab atas diriku, termasuk perutku ini." jelasnya yang membuat siapa saja jengkel ketika mendengarkan alasannya.
   
Pusing. Rasanya Minju ingin memukul wajah tampan temannya itu sekarang juga. Untuk apa tampan jika otaknya selalu ditinggal di bawah bantal tidurnya, Minju heran bagaimana Minkyu jadi Ketua Osis saat SMP dasar menang tampang, Benar-benar tidak berguna bagi nusa dan bangsa.

"Cih" Minju berdecih sebal, "ayo pulang sebelum kau membuat kekacauan disini. Kita bisa cari makan didekat rumahku saja!" ajak Minju yang lagi-lagi meninggalkan Minkyu dan juga trolly belanjaannya. Modus baru Minju karena ia sedang sangat malas untuk mendorong trolly itu.
                             

***
 

                         
"Minju noona!"

Merasa terpanggil, Minju lalu mencari sumber suaranya. Mendapati seorang lelaki tinggi yang sedang berlari kecil menghampirinya dan juga Minkyu di antrian kasir.
                             
"Huaaa, aku rindu sekali!" ucapnya tepat ditelinga Minju, karena ia kini sudah memeluknya secara tiba-tiba.
                         
Minju pun langsung luluh dibuatnya, membalas pelukannya seraya menepuk-nepuk punggung tegap lelaki itu, "Noona juga merindukanmu Junho-ya. Sangat."

Melihat dua orang yang sedang berpelukan layaknya reunian itu pun membuat Minkyu mengeryitkan keningnya- berpikir meskipun sulit.
                             
Siapa bocah kecil tak tahu malu ini?

Stay With Me✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang