09 || Harapan

140 33 1
                                    

"Ku rasa memang ada ketertarikan
diantara kita dan diantara mereka.
Hanya saja belum ada yang ingin
memulai."

《《●》》

Dinda berjalan riang menuju kelasnya. Ia tidak sabar bertemu dengan Farrel. Entah kenapa ia merasa nyaman dengan lelaki itu dan selalu ingin di dekatnya. Dinda yakin bahwa rasa itu adalah cinta. Dinda mencintai Farrel.

Setelah dua hari yang lalu ia kesal dengan Bagas, hari ini ia akan memaafkannya. Bukankah dalam agama batas marah hanya 3 hari? Maka hari ini ia yang akan meminta maaf pada Bagas.

Ini masih pagi, baru ada beberapa anak di kelas Dinda. Ia terkejut melihat ada setangkai bunga tulip warna merah muda di atas mejanya. Siapa yang menaruhnya? Apa ada yang salah meja? Atau apa?

Dinda mencoba bertanya pada teman-temannya, tapi mereka tidak ada yang tahu. Ini aneh. Tidak biasanya. Mata Dinda menoleh ke samping tepat di tempat duduk Farrel. Sudah ada tas Farrel disana. Apa Farrel yang memberinya? Hanya Farrel yang tau kalau ia sedang ingin bunga tulip. Tapi mengapa? Apa dia punya rasa yang sama?

Selamat pagi, Dinda. Semoga hari ini aku melihat senyummu kembali  :)

Dinda tersenyum saat membaca surat kecil itu. Lalu menyimpannya di dalam kotak pensil.

Mimpi apa dia semalam, sampai ia mendapat kejuatan yang luar biasa ini membuat mood nya membaik seratus persen. Ia akan tersenyum terus sepanjang hari ini.

Farrel masuk ke dalam kelasnya, menemukan Dinda yang sedang tersenyum menatap bunga tulip yang ia taruh tadi. Bukan, bukan dari Farrel, tapi dari Bagas. Sepertinya rencana Bagas hari ini berjalan lancar. Semoga rencananya nanti juga.

Farrel duduk di kursinya. Sepertinya Dinda tidak sadar akan hadirnya.

"Lo suka bunganya?"

Dinda tampak terkejut, "Eh Farrel, lo ngagetin ih! Tiba-tiba dateng!" Omel Dinda, lalu seperti teringat sesuatu ia kembali tersenyum, "oh iya, gue suka banget ini bunganya. Mak--

"Sit down all, Mr. Gerald has arrived !"

Intruksi seseorang dari luar. Secara otomatis semua anak langsung bergegas menuju meja masing-masing. Kalau tidak maka ia akan mendapat lemparan pengahapus oleh Mr. Gerald.

Dinda juga belum menyelesaikan ucapannya. Farrel sudah duduk rapi mengahadap ke depan. Dinda melihat ke arah Farrel sebentar lalu tersenyum.

Makasih,Rel. Kuharap rasamu sama dengan rasku.

Kelas Bagas kini telah usai. Bagas tak sabar ingin mengetahui informasi masalah Dinda. Tapi sebelum itu, ia harus menjalankan misinya terlebih dahulu. Ia akan mengunjungi kelas Adeera.

Bagas memilih langsung masuk saja karena memang sudah sepi. Adeera sedang berbincang dengan teman perempuannya. Ia ingin sedikit menggodanya.

"Hallo beautiful, what is your name?"

"Hallo, call me Sharon."

"Mr. Handsome, Bagas."

Mereka berjabat tangan. Lalu Sharon pamit pulang duluan. Adeera yang melihat pemandangan tadi hanya menggeleng kepala. Bagas memang memiliki kepercayaan diri tinggi. Ia harus maklum.

Te Amo, Mi Amor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang