15 || Diferente

95 27 3
                                    

"Ku rasa kamu berbeda hari ini. Entah hanya perasaanku atau memang kau sungguh berbeda."

《《●》》

"Rel, bangun woi! udah pagi lo harus balik, kuliah." Bagas menepuk pundak Farrel.

Ini masih pagi. Sangat pagi malah. Sebut saja pagi buta. Karena memang belum ada matahari, dan awan masih gelap. Bagas semalam tidak bisa tidur karena harus mengerjakan tugas tertulis yang diingatkan oleh temannya. Salah sendiri Bagas lupa. Dan sialnya, tugas itu harus dikumpulkan tanggal ini di meja dosen Biologinya. Padahal jelas-jelas Bagas tidak ada kelas hari ini. Huh, menyusahkan!

Farrel tampak menggeliat dan mencoba membuka matanya. Badannya terasa sakit karena tidur dengan posisi duduk. Mengingat-ingat ia ada di mana. Ah, iya dia di rumah sakit.

"Kenapa bangunin gue?" Tanya Farrel bersuara khas bangun tidur.

"Lo ada kelas hari ini, mending lo pulang. Biar gue yang jagain Adeera."

Farrel menatap jam dinding. Masih pukul 4.30. "Lo semalem disini?"

"Enggak, gue dirumah. Udah lo ke kamar mandi, terus pulang. Dan satu lagi, lo gausah mikir aneh-aneh ke gue sama Adeera. Gausah cemburu."

Farrel malah terkekeh, "Sorry, bro. Semalem gue khilaf. Lo masih anggep gue temen lo kan?" Farrel sudah berdiri membenahi kemejanya.

"Brisik lo, dah sana keluar. Enek gue lama-lama."

Farrel malah tertawa, baru kali ini ia bangun pagi langsung tertawa seperti ini. " Iya iya, elah. Gue nanti siang kesini." Farrel mengambil kunci mobilnya. Menatap Bagas yang malah menutup telinga seolah tak mendengar ucapannya. Sialan anak ini!

Farrel mendekat ke telinga Adeera lalu berbisik. "Selamat pagi, maheswariku. Semoga hari ini aku melihat senyummu lagi. Maaf ya, aku harus kuliah. Nanti aku kesini lagi kok." Farrel mengusap rambut Adeera.

"Bucin." Ucap Bagas datar tanpa melihat ke arah Farrel, malah melihat ke kukunya.

Sialan!

🥀

Cahaya memancar membuat mata Adeera mengerjap. Ia kembali merasakan kepala pusing, badan panas, lidah pahit.

"Dad." Lirihnya. Tidak ada yang menyahut.

Sudah pagi, yang Adeera lihat tidak ada orang disana. Tapi tirainya sudah terbuka menampilkan pemandangan kota yang indah. Siapa yang membuka tirai itu? Apakah Farrel? Dimana dia? Bukankah tadi pagi ada disini?

"Dad." Panggilnya lagi. Kali ini agak kencang. Hingga seseorang dibalik kamar mandi keluar tergesa. "Bagas?" Buru-buru Adeera menutup mata.

"Loh, Ra. Kamu udah sadar?" Bagas mengecek Adeera. Ia tadi tidak salah dengarkan? Ada yang memanggil Dad.

"Iya." Jawab Adeera masih menutup mata. Membuat Bagas bingung.

"Apa masih sakit? Badanmu masih panas? Apa sakit banget sampai harus nutup mata begitu? Ah aku--

"Pakai dulu kausmu Bagas! Pagi-pagi kamu udah menodai mataku." Omel Adeera susah payah. Ia jadi tambah pusing.

Te Amo, Mi Amor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang