13|| Not This Time

83 25 1
                                    

"Kita hanya bisa berencana, Tuhan yang berkehendak, dan takdir yang memainkannya."


《《●》》

Perasaan Farrel sekarang sedang campur aduk. Ia tak sabar menanti nanti malam. Memangnya ada apa? FYI, Farrel akan menyatakan perasaannya pada Adeera nanti. Perasaan yang selama ini Farrel rasakan saat bersama Adeera. Bahagia jika dekat, rindu jika jauh. Farrel tak sabar ingin memiliki Adeera. Ya, semoga saja perasaannya terbalas, semoga Adeera juga menyukainya, dan menerimanya.

Menurut kalian aku cocok kan dengan Adeera?

Farrel sedang berada di parkiran sekarang. Ia ingin mengantar Adeera pulang, tapi ia harus cepat pulang, mempersiapkan diri untuk bertemu Adeera. Ia berniat mengajaknya ke sebuah tempat yang sudah dipersiapkan, lalu ia juga akan memberitahu satu rahasianya nanti.

"Farrel!"

Farrel menoleh saat namanya dipanggil. Ternyata Dinda yang memanggil.

"Kenapa Din?"

Dinda mengatur nafasnya. Dia lari mengejar Farrel tadi. "Lo buru-buru banget sih. Gue kan capek ngejarnya." Farrel mengerutkan kening.

"Duh, sorry Din, gue ga tau kalau lo ngejar gue. Emangnya ada apa?" Farrel jadi merasa tak enak.

"Yaudah, gapapa. Btw, gue bareng dong pulangnya. Bolehkan?"

"Tapi gue--

"Alah udah gapapa, lo mau bilang kalo bawa motorkan? Sans aja, mau lo bawa becak juga gue mau. Hehe." Dinda menepuk bahu Farrel.

Farrel jadi bingung, dia buru-buru, tapi disisi lain Farrel juga tak tega meninggalkan Dinda sendirian. Farrel menggaruk lehernya. "Bukan gitu,Din. Gue--

"Alah udah gausah grogi gitu sama gue. Yuk lah!" Dinda menarik tangan Farrel. Ia senang sekali, pasti tadi Farrel grogi jika harus berdekatan dengannya. Farrel menyukai Dinda juga kan?

Dengan terpaksa Farrel mengantarkan Dinda pulang. Di sepanjang jalan Dinda tak henti bercerita tentang bunga tulip yang setiap pagi selalu ada itu. Dinda sedang menyindir Farrel. Farrel kan yang sering ngasih bunga?

Sedangkan Farrel malah sedang berfikir semoga nanti ia tidak gugup untuk mengungkapkan perasaannya pada Adeera. Ia merasa tak sabar.

Farrel dengar apa yang dibicarakan Dinda. Menurutnya Dinda ini sudah mulai menyukai Bagas, terbukti ia riang sekali menceritakan bunga tulip dari Bagas itu. Satu kabar bagus buat Bagas.

"Lo suka sama bunganya?" Tanya Farrel sedikit berteriak karena suara riuh jalanan.

"Suka,Rel. Suka banget malah." Dinda ikutan berteriak. "Makasih ya,Rel. Lo emang paling bisa buat gue bahagia."

"Lo ngomong apa,Din? Gue ga denger barusan."

Dinda menggerutu, apa suaranya kurang keras tadi? Tapi tak apalah, yang penting Dinda sudah berucap terimakasih. Tangan Dinda terulur untuk memeluk Farrel dari belakang. Farrel seketika terkejut, baru kali ini Dinda seperti ini. Maksudnya, selama ini kalau Farrel mengantar Dinda dengan motor, Dinda tidak pernah memeluknya begini.

Te Amo, Mi Amor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang