03 || My Life

161 49 1
                                        

"Ternyata melupakan bukan hal
yang mudah. Apa aku sudah jatuh
terlalu dalam?"

《《●》》

Barcelona,Spanyol, 2019.

Satu tahun menjadi penduduk kota terbesar kedua di Spanyol ini tidak membuat Adeera banyak berubah. Semenjak lulus tahun 2018 sampai sekarang, Ia masih selalu memikirkan Farrel. Padahal ia sudah membuang jauh-jauh pikiran itu. Tapi tanpa permisi pikiran itu kembali lagi. Ia bahkan sering stalker sosmed milik Farrel hanya untuk mengetahui keadaannya. Ah, Adeera merasa jadi penguntit! Biarlah, masa bodoh, ia sudah mencoba lupa tapi tetap tidak bisa. Jadi biarkan saja seperti ini.

Ia sekarang sedang berada di kampusnya. University Of Barcelona atau biasa disingkat UB. Universitas swasta yang dibangun tanggal 3 November 1450. Adeera bangga bisa menjadi salah satu diantara 90.000 lebih mahasiswa disana. Ia mengambil jurusan bisnis. Ia harus mengurungkan niatnya menjadi arsitek karena Carlos yang meminta dan tidak ada jawaban lain selain, "yes, Dad."

Adeera membuka aplikasi Instagram, mengetik nama @FarrelAdt. lalu, membuka instastorynya. Oh, ternyata Farrel sedang berlibur di--

"Adeera!"

Suara khas dari Bagas membuat tangan Adeera cepat-cepat mematikan ponselnya. Takut kalau Bagas tahu masalah ini. Itu tidak boleh terjadi.
Ah iya, Bagas memang kuliah disana juga. Ia mendapat beasiswa. Dan beruntung bisa bersama Adeera lagi. Lumayanlah, ada yang bisa diajak bicara Bahasa Indonesia meski bahasanya sopan dan bukan Lo-Gue.

Nafas Bagas terengah-engah. "A-aku ada kab-kabar bagus."

"Duduk dulu, Gas. Kabar bagus apa? Kamu dapet nilai A?"

"Bukan itu! Kamu kepo ga nih?"

Adeera memutar bola matanya malas. Membuat Bagas cengar-cengir.

"Jadi gini, tahun ini Dinda bakal masuk kesini! Itu artinya kita bakal jadi satu lagi!"

Mata Adeera membola, "seriusan kamu?" Bagas mengangguk membenarkan.

"Tapi Riko tetep di UI Jakarta."

Adeera merasa bangga, mendapat teman-teman yang tidak bisa diragukan otaknya.
"Yaudah gapapa, lagian kita bisa videocall dia kalau lagi kangen."

🏡

Kini awan tampak cerah. Walaupun sudah sore, Adeera dan Bagas masih jalan-jalan menikmati keindahan kota ini. Meski sudah setahun disana. Mereka berdua tetap tidak bosan. Mereka jalan-jalan biasa. Tidak ada gandeng tangan dan adegan mesra. Adeera tahu Bagas sebenarnya menyukai Dinda sejak lama. Bagas juga tahu kalau Adeera tidak menyukainya. Mereka sudah seperti kakak-beradik. Carlos juga langsung setuju kalau Adeera perginya sama Bagas.

"Mau burger?"

"Mau asalkan gratis." Adeera menunjukkan senyum peps*dent.

"Cih, matre!"

Adeera tertawa, Bagas memang seperti itu. Ia hanya bercanda soal ucapannya tadi. Karena sekarang ia tengah berdiri di depan kedai burger. Adeera yang membawa kamera langsung memotret Bagas yang sedang serius. Wajahnya terlihat seperti om-om. Haha, bercanda.

Adeera sesekali memotret orang-orang yang berlalu-lalang. Sedetik kemudian, ia merasa aneh. Didalam lensa kameranya menagkap seseorang yang ia rindukan berada di seberang jalan. Tapi apakah benar? Ia mulai mengatur zoom. Apa ini mimpi? Bagaimana cowok itu bisa disini?

Adeera mengalihakan perhatiannya. Ingin menatap langsung seseorang tadi. Matanya menyipit. Adeera tidak salah lihat kan tadi? Tapi kenapa dia tidak ada disana?

Te Amo, Mi Amor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang