14 || Iri atau Cemburu?

83 26 7
                                    

"Jujur, ada rasa aneh ketika faktanya dia memang punya poin lebih dibanding aku."

《《●》》

Setelah Carlos keluar dari ruang ICU, ia segera menyuruh Robert - bodyguard Carlos, ayahnya Julian - untuk mengurus administrasi dan meminta agar Adeera dipindah ke ruang VVIP.

Dan disinilah mereka sekarang. Ruang yang luas dengan segala fasilitasnya tentu saja. Masih ada Farrel, Dinda dan Bagas tentu saja. Mereka belum ingin pulang, masih menunggu kesadaran sahabatnya.

"Om." Panggil Farrel. Carlos yang sedang sibuk dengan ponselnya menoleh. "Mendingan Om pulang dulu, saya lihat sepertinya Om tampak lelah sekali. Saya dan teman yang lain yang akan jaga Adeera."

Carlos mengernyit, ia bingung. Di satu sisi ia ingin beristirahat dan mempersiapkan diri untuk meeting penting dengan klien besar tapi di sisi lainnya, ia ingin menjaga anak kesayangannya itu.

"Aku akan mengabarimu kalau Adeera sadar, Dad. Sekarang lebih baik Dad pulang dan istirahat." Lanjut Bagas.

"Baikalah, aku akan pulang. Jaga Adeera dengan baik,Gas. Dan kalian, teman-teman Adeera, terimakasih sudah meluangkan waktu untuk anak saya." Setelah itu, Carlos melnggang pergi dengan Robert. Dua bodyguard di perintah menjaga pintu.

Ada rasa iri di hati Farrel saat Bagas terlihat nampak dekat dengan Carlos, bahkan Bagas memanggilnya 'Dad'. Farrel takut, kalau Carlos lebih memilih Bagas sebagai pendamping Adeera. Yaa, walaupun Adeera dan Bagas tidak saling suka. Tapi kuasa orangtua lebih besar untuk kebaikan dan masa depan anaknya. Kalian tau kan maksud Farrel?

"Kok gue ngeresa jadi orang asing ya dimata Om Carlos, padahal gue kan sahabatnya Adeera." Ungkap Dinda jujur.

"Karna lo ga sedeket kaya Bagas sama Om Carlos,Din. " jawab Farrel tanpa menatap Bagas. Entah kenapa mulutnya tiba-tiba berkata seperti itu. Semacam dorongan karena pikiran iri nya terhadap Bagas tadi.

"Bukan gitu, sedari dulu juga kamu belum pernah ketemu sama Om Carlos kan,Din? Jadi wajar kalau Om Carlos belum kenal sama kamu sama Farrel juga." Bagas tersenyum. Ia jadi merasa tidak enak.

Hening. Tidak ada yang bersuara. Semua fokus pada pikirannya masing-masing.

"Besok kamu ada kelas pagi kan,Din? Meding kamu pulang dulu. Mau aku antar?" Ucapan Bagas memecah keheningan.

Dinda sedikit terkejut karena barusan ia melamun. Ia berfikir sebentar. Ah, dia ada ide. "Oh, iya ada. Tapi mendingan gue pulang nya sama Farrel deh, kan Farrel juga harus pulang. Iya kan Rel?" Dinda memastikan.

"Gak, gue masih mau disini." Putus Farrel masih memandang wajah Adeera. Ia akan disini sampai Adeera membuka mata. Dan Farrel ingin orang yang pertama ditatap Adeera adalah dia. Egois memang.

"Lo yakin? Nanti kalau Mrs. Jean hukum lo gimana?" Dinda kembali membujuk. Ia hanya ingin diantar Farrel. Bukan apa, hanya ia ingin melakukan pendekatannya.

"Lo bisa balik dulu,Rel. Besok selesai kelas bisa kesini. Gue yang bakal jagain Adeera, karna besok gue masuk siang." Bagas menambahi. Sebenarnya ia ingin mengantar Dinda pulang, tapi mengetahui fakta bahawa Dinda dan Farrel sekelas membuat Bagas mengalah.

Farrel belum menjawab, ia masih bimbang. Aku bakal nunggu kamu sampai sadar,Ra. Batinnya. Ia menatap Bagas dan Dinda bergantian. Kenapa ia merasa kesal sekali dengan Bagas?

Te Amo, Mi Amor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang