19 || Berjarak

136 17 7
                                    

"Hal yang aku takutkan terjadi, hubungan
ini retak. Seperti takdir tidak ada yang memihak."

《《●》》


Adeera sekarang kemana-mana diantar Julian. Selain karena perintah Daddynya, itu juga alasan agar Adeera tidak sering bertemu dengan Farrel, Dinda ataupun Bagas.

Seminggu sudah mereka berempat tidak pernah bertemu. Seperti semua sedang menghindar satu sama lain. Padahal Adeera pikir hanya Adeera yang harus menjaga jarak pada Farrel semenjak Dinda menyatakan kalau ia berkhianat. Sakit sekali rasanya, mengingat Dinda hanya salah paham dengannya.

Tapi mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi. Dinda marah padanya.

🔸🔸️🔸️

Sehari setelah liburan,

"Aku gak nyangka ya,Ra. Ternyata orang yang sangat kupercaya malah berkhianat." Ucap Dinda tanpa menoleh ke arah Adeera.

Mereka berdua sekarang tengah berada di belakang gedung fakultas bisnis.

"Maksud kamu? Siapa yang menghianatimu,Din?" Tanya Adeera panik. Entah kenapa ia merasa Dinda tau satu hal.

Dinda tertawa sinis, "Oh, ternyata orangnya tidak mengakui," Dinda menatap Adeera tajam. "Apa maksudnya? Aku pikir kamu benar tulus membantuku."

Adeera mencoba mengingat, apa salahnya?

"Aku memang tulus membantumu,Din. Apa yang membuatmu munuduhku begitu? Apa alasanmu?!"

Adeera mulai tersulut emosi. Mendengar ucapan Dinda yang terakhir membuatnya geram. Apa kurang selama ini pengorbanan Adeera? Ia sudah mencoba menghindari Farrel, membantu apapun yang Dinda minta--bantuan yang termasuk barang atau masakan-- Adeera memberikan semuanya. Apa kurang?

Dinda malah tertawa, tawanya tampak dibuat-buat. "Kau ini lucu sekali, alasan apa lagi selain kamu berpelukan dengan Farrel. Dan aku melihatnya secara langsung. Seperti itu yang namanya membantu? Jujur aku kecewa,Ra."

Deg.

Seketika amarah pada diri Adeera berganti rasa terkejut. Dinda benar melihatnya? Ya Tuhan, apa yang aku takutkan selama ini terjadi.

"Bukan begitu--

"Sudahlah, Ra. Seandainya jika kau jujur tentang perasaanmu dari awal, kita bisa bersaing secara baik-baik. Tapi nyatanya malah begini?"

"Akan ku jelaskan--

"Apalagi? Cukup sudah, aku malas berbicara dengan sahabat yang munafik sepertimu." Dinda bergegas pergi. Tapi sebelum itu ia berbalik, "Satu lagi, aku masih tetap memperjuangkan Farrel. Ayo bersaing." Ia memberi senyum menyeriangai lalu benar-benar pergi meninggalkan Adeera yang mematung. Matanya sudah basah.

Apa persahabatan kita selama ini hancur gara-gara kesalahpahaman ini? Gara-gara lelaki? Gara-gara cinta?

🔸🔸️🔸️

"Mau apa?"

Bagas bertanya datar. Sebenarnya ia ingin mengumpati Farrel tapi ia urungkan. Ia masih menganggap Farrel sebagai teman dekatnya.

Bagas sudah berdiri di depan Farrel tapi malah tak ada jawaban dari Farrel. Ia tambah geram. Apa maunya?

"Ini lo manggil gue penting gak sih? Kalo enggak gue mau balik." Tanya Bagas sudah mulai beranjak.

Farrel memandang datar ke arah Bagas. "Lo kok nyolot? Santai dong." Farrel tertawa mengejek. "Gue cuma mau mastiin, lo kan pernah bilang kalau gue salah cemburu sama lo? Tapi faktanya lo itu pengkhianat!" Farrel meninggikan nada ucapannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Te Amo, Mi Amor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang