JPS 5 Masa lalu
Seorang wanita bertubuh kecil tinggi sedang duduk sembari menatapi langit sore di luar dengan perasaan gelisah. Pasalnya dia sudah janjian dengan sahabatnya namun ternyata tak kunjung juga datang, dua jam sudah terhitung dari jam janji temu mereka. Yuki semakin was-was pasalnya dia juga harus segera pulang karena pasti sang suami sudah menunggu di rumah.
Yuki sedikit menyesal kenapa dia tidak mendengarkan Al yang sudah melarangnya untuk datang, dan akhirnya begi ini. Yuki duduk dengan tidak tenang. Dirinya sudah sangat ketakutan apalagi jelas dia akan pulang telat ke rumah.
Ketika Yuki memutuskan untuk pergi, tiba-tiba sahabat yang ia tunggu datang. Lisa datang dengan langkah santai dan muka penuh senyum, tidak sama sekali menggambarkan penyesalan karena datang terlambat.
"Hai, udah pesan?" Tanya Lisa tanpa basa-basi. Wanita itu langsung duduk dihadapan Yuki.
"Sorry Lis, sepertinya aku nggak bisa. Aku harus pulang, Al hari ini ada di rumah. Aku harus menantinya, aku sudah terhambat pulang."
"Kok kamu gitu si?" Lisa memasang muka memelas. "Kamu kan rau pekerjaanku banyak, jadi aku telat. Masa kita udah janjian makan, aku datang kamu pergi. Nggak menghargai aku kamu."
"Bukan begitu," jawab Yuki frustasi dan tak enak sendiri. Yuki selalu kalah dengan siapapun yang memohon padanya.
Wajah memelas Lisa sungguh berhasil membuat Yuki kalah, dimana pun bahkan dengan siapapun Yuki pasti akan kalah jika sudah di tatap dengan tatapan memohon seperti yang barusan Lisa lakukan. Yuki hanya bisa membuang nafas berat dan berdoa, semoga Al tidak marah dan pertemuan ini segera berakhir.
Senyum Lisa terlihat mengembang saat melihat Yuki menerima permintaannya meski hanya dengan sekedar anggukan saja.
Mereka mulai memilih menu makanan dan memesan, butuh sepuluh menit untuk memilih dan hampir menghabiskan waktu setengah jam untuk menunggu pesanan mereka sampai datang ke hadapan keduanya karena memang suasana tempat makan yang mereka pilih ini sangat ramai, tak perduli waktu.
Satu jam waktu mereka habiskan untuk makan, belum lagi tadi mereka harus menunggu hampir setengah jam untuk memesan makanan. Sudah berapa lama waktu terakumulasi untuk pertemuan hari ini.
"Maaf ya Lis, aku nggak bisa lama-lama lagi, Al akan benar-benar marah sama aku." Kata Yuki takut.
Akhirnya Lisa mengizinkan Yuki untuk pulang. Dengan cepat Yuki mengendari mobilnya, tak perduli omelan dan telakson orang lain sesama pengguna jalanan. Karena saat ini Yang Yuki pikirkan hanyalah Al seorang.
Sementara itu, di rumah Al sudah dilanda emosi. Sedari tadi ia sengaja menahan diri untuk tidak menghubungi Yuki, namun tidak bisa menutup mata untuk tidak memikirkan keadaan istrinya. Pagi ini Al pulang sengaja hanya untuk mengunjungi Yuki, istrinya. Namun ternyata istri yang ia rindukan justru akan asik nongkrong menghabiskan waktunya dengan teman. Apa maksudnya coba, Al tahu Yuki sudah minta izin tapi harus diketahui juga jika Al tak mengizinkan. Harusnya Yuki paham itu tapi sayang istrinya sangat keras kepala dan sampai sekarang belum sampai ke rumah padahal sudah lewat dari jam yang Yuki janjikan.
Al yang tadinya berdiri sembari melihat keluar jendela mandang luar berharap mobil Yuki segera masuk ke halaman rumah mereka, sekarang segera duduk sesaat setelah mendengar deru suara mobil yang sangat Al yakini itu mobil Yuki.
Muka datar dan dingin selalu saja menghiasi wajah Al ketika dia sedang marah, seperti saat ini. Dia duduk dengan kedua tangan bersilang di atas perut dengan pandangan tajam, penuh selidik memandang ke arah pintu. Dalam hati Al menghitung detik-detik tubuh sang istri memasuki rumah mereka.
Langkah kaki Yuki terdengar dari suara sepatu yang beradu dengan lantai, seketika mata Al tak pernah lepas dari Yuki. Hingga akhirnya wanita itu melihat sangat suami yang tengah menatapnya tajam.
Badan Yuki gemetar, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Beberapa kali ia merapalkan doa dan kata-kata untuk menenangkan diri, bersiap menghadapi Al. Namun apa daya, ketakutannya sudah meraja lela, menyebar ke seluruh tubuh.
"Masih ingat pulang?" Tanya Al halus namun menusuk.
"Al... " Panggil Yuki lirih.
"Suami pulang kerja bukannya ditemani malah kamu pergi, sudah di bilang untuk tidak pergi masih saja ngotot. Kamu janji pulang jam berapa? Ini yang kamu kata sebentar?"
"Al... Maaf. Nggak ada maksud, aku sudah bilang kalo aku ada janji sebelumnya dan dia terlambat datang Al. Saat aku memutuskan untuk pulang dia baru saja datang dan aku tak enak meninggalkannya."
"Lucu sekali kamu, kamu nggak enak ninggalin dia dan kamu enak ninggalin aku sendiri di rumah gitu? Kamu selalu marah kalo aku pergi dengan temanku dan sekarang kamu tau apa yang aku rasakan. Itu yang aku rasakan."
Jelas Al, ia memberi jeda untuk sekedar menarik nafas.
"Aku nggak masalah kalo kamu mau main dengan siapapun itu tapi setidaknya dengarkan kata suamimu. Aku di sini nggak lama, temani akuu sebentar saja kamu nggak mau padahal kamu punya jam bebas untuk pergi kemana kamu mau saat aku nggak ada di rumah."
"Aku nggak bebas, aku selalu bilang kamu kalo pergi." Koreksi Yuki pada Al.
"Iya kamu selalu kasih tahu dan kamu juga selalu menentang jika aku tidak mengizinkan kamu pergi." Kata Al, setelahnya pria itu meninggalkan Yuki yang berdiri lemah di ruang tamu rumah mereka. Sementara Al menuju ke karena dan mengunci pintu itu. Ia sedang ingin mendinginkan kepala, dan menjauh dari Yuki sementara waktu adalah pilihannya.
Yuki naik tangga menuju kamarnya ia tahu sekali bagaimana kelakuan Al jika marah besar seperti ini, Yuki tahu bahwa ia salah, tapi tak bisakah Al memahami keadaannya.
Langkah Yuki teramat berat ketika memutuskan harus membuka kamar tepat di sebelah kamarnya. Menandakan ia harus tidur sendiri malam ini padahal rasa rindunya pada siang suami tak terelakkan.
¶π¶
Paginya, Yuki masih meringkuk di atas ranjang dengan posisi tidur layaknya seorang bayi dalam kandungan.
Semalaman Yuki tak bisa tidur, ingin melangkah menemui Allah tapi Yuki terlalu takut jika Al murka maka ia hanya bisa menatap sendu balkon seblah kamar sebelah hingga tengah malam. Dan paginya pukul empat tadi Yuki mengeluarkan semangat iso perut efek tidak tidur, kedinginan kemungkinan besar Yuki masuk angin.Mata Yuki merah, wajahnya pucat pasi. Kepalanya terasa pusing dan akhirnya dia bisa berbaring lepas sholat subuh, tepatnya tiga jam lalu.
Sebenarnya Al pun sama, sama-sama tak bisa tidur. Namun paginya ia paksa untuk beraktivitas. Sekarang tepat pukul 7 pagi dia sudah rapi, menggunakan setelan jas. Pagi ini dia ada pertemuan dengan rekan kerja sangat ayah dan sorenya akan terbang kembali ke Jepang. Dia memutuskan untuk kembali ke Jepang meski wktu liburnya masih hingga 3 hari kedepan, namun ia tak menghabiskan waktu liburannya. Dia terlanjur kecewa dengan Yuki.
Al pergi menuju dapur, sedikit curiga karena belum mendapati Yuki di sana namun dia tetap abai. Amarahnya masih menggunung membuatnya benar-benar mengabaikan Yuki. Bahkan Al tak ada niatan untuk berpamitan dengan sang istri. Bahkan Al tidak tahu apa yang terjadi pada Yuki saat ini dan setelahnya karena setelah ini ia benar-benar meninggalkan Yuki.
😍😍
Akhirnya bisa lanjut juga hehe
Maaf beribu maaf karena terlalu lama haha.... Bagi kalian yg mau cerita ini berlanjut berarti wajib semangati aku pake komen dan bintang banyak banyak ok aiiii 😍😍Japan, 26 September 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Let Me
RomanceJudul awal Japan in my story Tapi karena kesini sini ceritanya jarang ada jepang-jepangnya jadinya aku ganti Don't Let Me