Yuki hamil
Kata-kata itu selalu berkeliaran di otaknya beberapa hari ini sejak teman-temannya datang ke rumah. Al ingin membuktikan tapi nihil, tidak ada tanda-tanda sama sekali yang mengarah kepada sang istri.
Membaca buku kehamilan, membaca artikel di internet, bertanya kepada temannya sudah Al lakukan. Tetapi saat ia terapkan hanya ada satu yang mendekati yaitu datang bulan sang istri. Lantas Al pun bertanya kepada sang istri, Yuki hanya menjawab dia memang telat mungkin karena lelah.
Al jadi pusing sendiri kalo gini, mana dia sama sekali belum ada pengalaman mengurus istri hamil. Tapi apa harus berpengalaman dulu, tidakkan...
Semua kesibukan baru Al ini membuatnya harus membawa pekerjaan ke rumah. Dia hanya akan ke resto jika dibutuhkan jika tidak maka ia akan tetap di rumah sambil mengawasi sang istri.
Seperti pagi jelang siang ini. Saat Yuki sedang sibuk mengemas barang-barang on-line bahkan semakin hari semakin bertambah saja jenis jualan istrinya, maka Al akan duduk di ruang keluarga sembari mengamati sembari bekerja.
Sebenarnya sang istri sudah berulang kali mengusir Al namun Al yang bebal tetap kekeuh untuk berada di rumah.
Terhitung sejak dua jam dia duduk di sana, selama itu juga istrinya sudah bolak-balik keluar masuk rumah dengan membawa berpuluh-puluh barang yang katanya akan dikirim. Saat Al mencoba mengulurkan tangan untuk membantu dengan santai sang istri hanya berucap "aku bisa..."
Al paham, tapi apa istrinya itu tidak mengenal lelah sama sekali. Sepertinya kekesalan Al pun sudah memuncak diubun. Saat istrinya hendak mengangkat barang kembali untuk ia bawa keluar karena kurir sudah datang seketika itu juga Al merebutnya dan membawanya sendiri keluar menyisakan raut tidak suka dari Yuki.
Usai menyelesaikan transaksi bersama kurir, Al kembali ke dalam dan menyuruh beberapa asisten untuk menggantikan sang istri.
"Sekarang tugas kalian jadi dua, selain menguru anak-anak, dan bibi mengurus rumah tolong bantu ibu Yuki untuk mengurus pekerjaannya juga sampai saya dapat orang yang bisa membantu istri saya. Sebagai imbalannya saya akan naikkan gaji kalian untuk pekerjaan tambahan ini...-" jelas Al pada asisten rumah tangga.
"Al..." Panggil Yuki yang ingin melancarkan protes namun urung karena tatapan tajam sang suami.
"Dan kamu..." Tunjuk Al pada istrinya. "Tidak ada bantahan untuk ini atau aku akan bilang Tante buat ganti orang untuk online ini. Aku nggak suka ya kamu melakukan semuanya sendiri hingga abai sama kapasitas tubuh kamu."
Tidak mau marah-marah kepada sang istri dihadapan asisten rumah tangganya, Al pun menyuruh para asistennya pergi melanjutkan pekerjaan dan dirinya mengajak lebih tepatnya memaksa Yuki ke kamar.
Yuki duduk di tepi ranjang sementara Al berdiri di hadapan sang istri.
"Sayang... Sudah beberapa hari ini aku memperhatikan kegiatan kamu di rumah. Dan kali ini aku nggak bisa untuk diem aja, aku harus ambil sikap tegas ke kamu."
"Al... Jangan berlebihan..." Kata Yuki sembari menatap sang suami berani.
Al berkacak pinggang "Aku tidak berlebihan... Tapi kamu yang sudah kelewatan... Kamu tidak mengharagai badan kamu sendiri. Aku berapa kali bilang untuk istirahat dan kamu selalu abai. Aku nggak mau kamu lelah dan kamu sakit. Apalagi kamu sedang..."
"Hamil..." Yuki melanjutkan ucapan sang suami. "Aku nggak hamil Al... Kalaupun ia aku hanya hamil buka sakit jadi aku masih bisa...." Ucapan Yuki terhenti begitu saja saat menyadari ada yang salah dengan perutnya.
"Kenapa diem, nggak bisa bantah?..."
"Al..." Mata Yuki sudah berkaca-kaca sungguh dia sudah takut dengan kemurkaan Al. Dia sudah akan menduganya, kalian pasti paham gimana murkanya orang yang menahan marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Let Me
RomanceJudul awal Japan in my story Tapi karena kesini sini ceritanya jarang ada jepang-jepangnya jadinya aku ganti Don't Let Me