26

858 135 11
                                    

Pagi ini Al diserang pusing yang begitu cukup menyiksa karena dia bener-bener nggak bisa ngapa-ngapain kecuali tiduran. Al pun tidak tahu apa yang salah dengan dirinya. Ia sudah melakukan pemeriksaan dan semuanya normal tapi mungkin hanya efek lelah tapi tak biasanya aja seperti ini.

Yuki terpaksa harus mengungsikan anak-anak ke rumah orangtua Al, sementara dirinya mengurus bayi besar. Tatapan Yuki kala menatap sang suami sungguh sedih dan kasihan. Al terlihat pucat, makan tidak bisa tapi masih lumayan karena mau mengkonsumsi buah dan jus.

"Kamu kenapa si sayang, perasaan masakan ya kita makan biasa. Kamu ada salah makan di luar kah? Tapi kata dokter kamu biasa aja semuanya normal."

Meski Al dalam keadaan terpejam Yuki tetap mengajaknya ngobrol karena suaminya itu tidak tidur.

Kepala Yuki sengaja ia sandarkan di dada sang suami, tangan Al bahkan memeluk pinggang Yuki. "Aku kasian lihat kamu begini..." Sedih Yuki, air matanya bahkan sudah merembes.

"Kamu mau coba makan lagi atau mau jus lagi aja?" Yuki terus menawarkan makanan pada suaminya.

"Nggak sayang, temani aku aja sudah cukup." Tetep ya dalam keadaan apapun si bapak dua anak ini manja pada istrinya.

"Kalo gini ya mana sembuhnya, bapak. Orang sakit itu butuh makan buat nutrisi bukan pelukan..."

Namun Al tetap tidak memperdulikan sang istri. Yang ia butuhkan saat ini hanya istrinya saja, dengan berdekatan seperti saat ini makan ia merasa lebih baik.

Al bahkan lebih mengeratkan pelukannya, nggak mau jika Yuki nanti tiba-tiba pergi meninggalkan dirinya. Benar deh, Al lagi pingin manja sama istrinya dan anehnya setiap belaian lembut dari sang istri itu membuat dirinya jauh lebih baik. Rada nyeri di kepala berangsur menghilang.

Kenapa Al bisa seperti ini, dia juga heran padahal selama dia pergi meninggalkan Yuki di Jepang selama dua tahun dia merasa baik-baik saja dalam artian jika sakit dia masih tetap ke kantor dan tidak semanis ini.

Tapi semenjak Yuki kembali padanya, hubungan mereka menjadi semakin lebih baik, kemanjaan dirinya pada Yuki sungguh luar biasa. Pada Yuki jarang bahkan bisa dikatakan tidak pernah bermanja dengannya. Yuki kelihatan lebih mandiri, sosok istri dan ibu yang memang bisa diandalkan dalam perannya. Tapi bukankah Yuki juga wanita biasa yang kadang memiliki sifat pingin lebih diperhatikan dan dimanjakan juga.

"Sayang, cerita dong saat kamu hamil si kembar. Aku pingin dengar cerita kamu, tapi yang bahagia-bahagia saja. Jangan yang sedih-sedih." Pinta Al dengan manja.

"Disuruh makan nggak mau malah minta cerita.... Kalo mau cerita ya sambil makan ya bapak, aku minta si bibi antar ke sini makannya."

"Sayang..." Rengek Al.

"Kalo nggak mau ya udah, aku juga nggak mau cerita..." Akhirnya ada ide juga buat Yuki mengancam Al.

Al yang sedang diterpa kekepoan yang hakikipun akhirnya mengalah. Kepalanya mengangguk menadakan jika ia setuju untuk makan.

Yuki mendial nomor telpon si bibi lebih tepatnya menelpon telpon rumahnya yang berada di bagian dapur.

"Bibi, SOP nya tolong dihangatkan ya... Sama bawakan nasi juga ke kamar aku. Maaf ya bikin bibi repot, Al nggak mau ditinggal..."

"Iya Bu, tenang saja. Bibi malah senang jadi bibi merasa berguna jasanya..." Katanya sambil tertawa.

"Bibi mah bisa aja, ya udah siapin ya Bi..."

"Siap bu..."

"Sambil nunggu bibi kamu harus cerita..."

"Baiklah bapak... Dengan senang hati."

Yuki pun memulai ceritanya. Seperti permintaan Al, Yuki hanya akan bercerita tentang masa bahagia saat mengandung anak kembar mereka saja. Meski sebenarnya banyak sedihnya juga karena Al tidak turut serta mendampingi tapi ia juga ada bahagianya saat menjalani proses kehamilan sampai anak mereka lahir.

"Hal yang paling lucu dan aneh tapi membahagiakan adalah ketika si kembar ngidam untuk membuat om-om mereka menjadi badut, dandan seperti perempuan, bernyanyi sepanjang malam sampai suara mereka habis karena kalo tidak menyanyi aku akan menangis sejadi-jadinya. Pokonya dalam beberapa Minggu anak-anak dalam kandunganku itu lagi suka sekali mengerjai orang, maka om nya lah yang jadi sasaran. Makanya aku harus berterimakasih kepada adik-adik kamu yang selalu memenuhi ngidam aku."

Al ikut bahagia meski dalam hati kecilnya ada sedikit sendu karena dirinya tidak berperan serta. Tapi dia bersyukur karena Yuki dan kedua anaknya sehat dan sekarang hidup bersama dengannya.

"Sekarang kamu nggak lagi mau apa-apa? Tanya Al tiba-tiba. Entahlah feeling Al mengatakan jika Yuki saat ini sedang menginginkan sesuatu.

"Aku... Aku hanya menginginkan kekuatan kita bahagia. Selalu bersama, meskipun ada permasalahan semoga selalu di jaga sama Tuhan agar tetap menjadi keluarga yang utuh."

Mendengar jawaban dari sang istri membuat Al langsung menghujani istrinya dengan ciuman di seluruh wajah.

"Aamiin... Semoga Tuhan selalu mengabulkan keinginan kita."

***

Sore jelang malam keadaan Al sudah mulai membaik. Bahkan sekarang Al sedang menerima tamu, tamu teman SMA dulu. Ada Ranggas, Ando dan juga Bisma. Sebenarnya masih ada lagi teman SMA Al yang kayanya hari ini mau datang, tapi sayang tiba-tiba ada acara mendadak sehingga tidak jadi berkunjung.

Setelah menyiapkan minum dan beberapa cemilan, Yuki lantas pamit menuju kamarnya. Ia tidak mau menggangu waktu Al bersama teman-temannya dan Yuki juga merasa risi karena semua yang datang laki-laki. Meski sudah berkeluarga, namun mereka tidak membawa serta malam ini dengan alasan time bapak-bapak.

"Aku denger kamu tadi sakit Al? Sakit apaan?" Tanya Ranggas membuka percakapan sambil memainkan PS.

"Enggak tau, kata dokter semuanya normal. Tapi akhir-akhir ini aku ngerasa ada yang nggak beres sama badan aku. Mual, tiba-tiba pusing yang begitu sampai nggak bisa ngapa-ngapain. Tapi menjelang jam-jam segini akan membaik tinggi sisa lemas aja.

"Kok gue curiga ya..." Sahut Ando.

"Curiga apaan bro?" Ranggas bertanya.

"Ya aneh aja, kalo kata dokter Lo baik-baik aja.. pasti istri Lo yang nggak baik-baik aja, Al." Pertanyaan Ando seketika sukses membuat Al bingung.

Lha apa hubungannya sama sang istri. Kok bisa Ando berfikir seperti itu.

"Lo ya Ndo, kebanyakan nonton lawak. Sayang lawakan Lo garing...." Jawab Bima sambil nonyor kepala Ando.

"Eh Lo sialan ya Bim... Gue serius. Ini tuh gejalanya kaya waktu bini gue hamil. Dia yang hamil mah nggak ngerasa apa-apa, tapi aku yang mengalami masa-masa sulit ibu hamil. Ngidam, sakit, moody..."

Semuanya tiba-tiba hening meresapi setiap kata yang Andi barusan keluarkan. Terima Al.

Hamil....
Yuki Hamil....

Membayangkan nya saja membuat Al berbunga-bunga... Ah besok Al akan mengajak Yuki ke dokter untuk oriksa kalo gitu.

"Lo harus segera bawa istri Lo kerumah sakit atau beliin dia tespk dulu..."

Hamil...

Yuki hamil....
Si kembar punya adik....
200710

Don't Let MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang