Bagian 17

1.9K 216 14
                                    

Bagian 17

Nathan dan Nafea

#yuki

Pukul lima pagi aku bangun, mengingat urusanku di Jakarta sudah selesai maka aku segera berkemas untuk kembali ke Bandung. Sesungguhnya aku ingin berkunjung terlebih dahulu ke rumah Mommy dan Daddy, namun aku tak mau menemui mereka dengan keadaan suntuk begini. Mungkin lain kali aku akan berkunjung dengan membawa si kembar, aku yakin mereka juga saling merindukan. 

Usai sholat subuh yang sudah sedikit terlambat, aku meneliti kembali barang-barang kemudian keluar dari kamar. Hal pertama yang aku lihat adalah yang sedang duduk di sofa sambil menyilangkan tangannya di perut. Punggungnya berdandar dengan mata tertutup dan wajah mengarah kelangit-langit.atiku cukup menghangat ketika melihat penampilan Al, dia mengenakan baju koko dan sarung. Aku mengenal Al bukan sehari dua hari, bahkan saat kemarin di Jepang saja sangat susah mengajaknya untuk beribadah. 

Aku menutup pintu kamar dengan pelan, serta berjalan dengan ringan berharap Al tidak mendengar langkahku meski kecil kemungkinannya. Namun aku sedikit bernafas lega karena hingga langkahku mendekati pintu utama Al tetap terjaga. 

"Berhenti disitu." Kata Al saat aku hendak membuka pintu. Oh sial, ternyata dia mengetahui aksiku atau memang dia berpura-pura tidak tahu. 

Aku memutar badan dan berata kagetnya aku ketika tubuh tinggi Al sudah berada tepat didepanku, bahkan jaraknya sangat dekat. Mata kami saling beradu tatap sesaat. Kambali aku mengagumi dirinya dengan pakaian yang religius ini, sungguh Al kelihatan begitu mempesona. 

"Yuki. lo berada dalam mode marah saat ini. Please kondisikan otak lo supaya tetap normal." KAtaku dalam hati.

"Why..."

"Mau pulang kan?"

"Ya,,,"

"Tunggu, aku akan mengantar kamu." Kata Al kemudian mengunci pintu dan mengambilnya. Tak lupa ia pun mengambil kartu akses yang aku miliki. 

"Al..."

"Tunggu saja, lima menit."

Tidak ada yang bisa aku lakukan selain mengalah. Aku pun kembali duduk sambil mengecek ponsel, mencari info pekerjaan baru karena aku resmi mengundurkan diri dari perusahaan di Jepang begitu juga Al. Mommy pernah bilang jika Al akan mengelola beberapa restoran yang ada di Jakarta. Sebenarnya mommy menyuruhku untuk memegang restorannya juga, namun aku menolak. Kali ini aku ingin mencari pekerjaan sendiri atau mungkin membuka usaha kecil-kecilan sendiri, aku masih galau juga.

"Ayo berangkat," suara Al mengintrupsi.

Aku pun berdiri, berjalan mengekor di belakangnya. Kami berhenti di meja resepsionis untuk cek out. Setelah urusan selesai, Al menggenggam tanganku. Tak mau berlama-lama bersentuhan aku pun berusaha melepaskannya, namun aku tak berhasil karena semakin aku berusaha melepaskan Al semakin erat menggenggam hingga aku merasakan sedikit rasa sakit karena genggamannya itu. 

"Diamlah, kita akan pulang ke Bandung bersama. Mobil sudah ada di depan."

"Al, aku bawa mobil sendiri."

"Aku tahu, kita akan pulang menggunakan mobilmu. Mobilku sudah diambil sopir semalam."

Apalagi ini Tuhan, kenapa aku harus terjebak dengan pria seperti ini. 

"Tunggu, tapi bagaimana bisa mobil ada di depan? Kuncinya?"

"Semalam sudah aku ambil sayang, bukankah kamu sendiri yang meletakkannya di meja."

Don't Let MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang