"Sedang apa nak?" Tanya sang Mama
"Hai, ma. Yuki lagi beresin mainan anak-anak." Jawab Yuki sembari merapikan bekas mainan anak-anak di atas ranjangnya.
"Mereka sudah tidur, ma?" Tanya Yuki memastikan.
Sang mama duduk di tepian ranjang putrinya, "Sudah nak, ditemani papah." Tina baru saja menemani cucu-cucunya yang sedang marah dengan Yuki karena tidak bisa bertemu dengan Daddy mereka. Setalah si kembar tertidur Tina meninggalkan cucunya bersama suaminya untuk menemui Yuki.
"Mama bukan sedang membela, tapi mama memintamu untuk berfikir kembali demi anak-anak. Mama tahu Al salah, mama tidak membenarkan tindakan yang Al lakukan. Tapi melihat cucu-cucu mama begitu bahagia ketika bersama ayah mereka, mama tidak tega nak."
Jika mama Tina aja tidak tega, bagaimana dengan Yuki. Yuki pun tak tega, tapi....
"Yuki pun sama, mah. Tapi Al sudah menalak Yuki dulu dan kita sudah berpisah terlalu lama. Al sudah menghianati hati dan juga pernikahan kita ma, meski aku tahu semua ini tak lepas dari hasutan wanita itu. Yuki tak yakin ma, jika Al masih mencintai Yuki."
"Mama tahu, nak. Mama tak pernah membayangkan begini rumit perjalanan rumah tangga kalian. Kamu berhak nak memperjuangkan kebahagiaan diri kamu."
"Aku hanya ingin memastikan apakah masih ada cinta diantara kami atau tidak. Selama di Jepang aku merasa hanya aku saja yang berusaha memperbaiki hubungan kami. Aku tidak merasakan usaha Al, terkadang aku merasakan perhatian Al tapi itu hanya sekedar rasa sayang biasa, bukan cinta."
"Kalian bukan lagi anak remaja Yuki, kalian sudah punya anak. Cinta diantara kalian memang pernah rusak, tapi cinta itu akan tumbuh kembali seiring berjalannya waktu. Kasihan anak-anak, jika mama boleh saran, perjuangkan perasaan cinta kami yang sedikit itu untuk menyirami cinta di hati Al demi anak-anak."
"Tapi bagaimana dengan papa?"
Papa Bagas berada di garda terdepan untuk menolak Al. Sejak kepergian Al, Bagas menjadi orang pertama yang mendukung Yuki untuk membiarkan Al pergi. Apalagi sejak surat cerai itu Al kirim untuk istrinya, Bagas meminta Yuki untuk menandatangani perceraian itu. Hanya saja Yuki menolak Yuki masih percaya jika Al akan kembali saat itu.
Bagas tidak akan menyerahkan anaknya kepada orang yang sudah menyia-nyiakan putrinya, apalagi dengan tega meninggalkan putrinya begitu saja tanpa kabar dan berita.
Tina menepuk pundak putrinya 'Kamu tenang aja, papamu akan jadi urusan mama."
"Mama ke kamar dulu, makanlah nak. Jangan banyak pikiran. Anak-anak akan baik-baik saja. Mereka hanya sedih, sebentar lagi juga baikan."
Yuki mempercayakan apa yang mamanya katakan mengenai anak-anaknya. Namun tak dipungkiri jika Yuki takut akan menimbulkan efek negatif kepada anaknya akan perpisahan orang tua mereka.
Beberapa hari setelah anak-anak mengenal sosok ayah mereka kemudian berpisah itu saja cukup membuat si kembar sedih karena tidak menemukan ayah mereka apalagi nanti. Sebisa mungkin Yuki akan membuat anak-anak mereka bahagia.
Pagi harinya Yuki bangun cukup siang. Yuki memutus untuk terlelap kembali setelah menunaikan kewajibannya sholat subuh. Setelah membersihkan diri Yuki meninggalkan kamar untuk menemui anak dan keluarganya.
Terdengar suara teriak anak-anak menggema di ruang keluarga. Senyum Yuki pun mengembang mendengar keceriaan anak-anak nya. Yuki mengintip apa yang sedang dilakukan anaknya. Kedua bocil sedang duduk diatas karpet bulu dengan mainan bertebaran kemana-mana dan tablet yang berada di depan wajah mereka.
"Daddy, nanti pulang kan ke rumah nini? We miss you dad!" Kata anak perempuannya.
"Daddy miss you too, Nak."
Mendengar sekilas percakapan mereka Yuki tahu apa yang membuat anaknya ceria yaitu Daddy mereka. Ternyata mereka sedang melakukan video call.
"bring us lots of toys."
Giliran putra mereka bersuara. Sontak Al tertawa mendengarnya.
"Yes, Daddy will bring it. Tapi harus Soleh, jangan sedih lagi. Nurut sama mommy, nini dan juga aki ya?"
"Siap bos!"
Tak selang lama percakapan mereka berhenti, Yuki berfikir pasti mereka sudah selesai video call. Maka Yuki memberanikan diri menemui mereka.
"Mommy...!" Teriak anak-anak kompak ketika melihat Yuki.
Yuki mempercepat langkahnya,duduk bersama anaknya tak lupa mencium keduanya.
"Tadi kita telpon Daddy, Daddy bilang Will bring toys for us, Mommy."
"Oh ya? Baik dong Daddy?"
"Ya, kan Daddy love us."
"Daddy besok katanya mau ke sini, mau ajak kita jalan-jalan juga dan makan yang banyak." Cerita putrinya dengan antusias.
"Mom diajak?"
"Iya, Daddy bilang tadi mom boleh ikut."
"Kalo begitu sekarang siapa yang mau temani mom makan?"
"Kita ..."
Tangan mungil di kembar digandeng oleh Yuki menuju ruang makan, tak lupa ia meminta bantuan asisten rumah tangganya untuk merapikan barang-barang bekas main anak-anak. Mama Tina pergi ke kebun untuk melihat tanamannya.
"Anak-anak mau makan lagi?"
"Yes mom. Buatkan kita sereal, please." Mohon sang putra dengan lucu.
"Baiklah bos kecil, mommy akan buatkan kalian sereal. Duduk yang manis."
Anak-anaknya duduk dengan manis sembari memainkan sendok yang menghasilkan nada-nada indah, tidak terlalu keras sehingga Yuki tetap membiarkannya.
Tangan Yuki dengan terampil membuatkan sereal untuk kedua anaknya. Setelah menumpahkan beberapa sendok sereal kedalam mangkok kecil, Yuki menyiramnya dengan air susu kemasan yang biasa dikonsumsi anaknya. Kemudian memberikan sereal tersebut kehadapan putra putrinya.
"Makanlah dengan pelan, jangan lupa berdoa." Pesan Yuki sembari mengusap bergantian kepala anaknya.
"Terimakasih mom."
"Sama-sama sayang."
Lepas mengurus anak-anak, Yuki mengambil nasi yang tak jauh dari meja makan kemudian mengisi piring tersebut dengan lauk sebagai pelengkap sarapannya yang sudah cukup siang ini.
"Mommy makan ikan?" Sang putri bertanya dengan mata memandang penasaran.
"Ya sayang, seperti makan kalian tadi bersama aki dan nini. Adek mau lagi?" Tanya Yuki yang dijawab dengan gelengan.
"Mom, makan yang banyak. Biar cepet besar sama kaya kakak."
Yuki tertawa mendengar penuturan putranya "Ya, mom makan banyak. Mom juga makan sayur biar tambah besar. Kakak dan adek nanti juga harus banyak makan sayur, oke?"
"Oke," kompak mereka.
"Mommy, apa nanti Daddy kesini dan tidur bersama kita?"
"Mungkin Daddy akan tidur bersama adek dan juga kakak, tapi tidak dengan mom."
"Why?"
"Karena tempat tidurnya sempit kalo tidur bertiga."
"Kalo begitu kita bisa tidur di lantai. Lantai kan luas." Ucap sang putri sembari merentangkan kedua tangannya.
"Tapi dingin sayang, nanti sakit. Kalo sakit nanti nggak bisa main lagi dong sama daddy. Katanya mau main sama dad?"
"Iya, adek gimana si. Kakak juga nggak mau tidur dilantai. Nggak enak, keras."
"Ade juga nggak mau."
Kepolosan keduanya sungguh membuat Yuki semakin gemas.
20/05/07
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Let Me
RomanceJudul awal Japan in my story Tapi karena kesini sini ceritanya jarang ada jepang-jepangnya jadinya aku ganti Don't Let Me