Gemerlap lampu dan suara musik terdengar menggema disetiap sudut ruangan,Suara dentingan gelaspun ikut menghiasi malam rendra.
Semenjak kejadian sepulang sekolah tadi,ia pergi ketempat pelarianya tempat dimana ia menenangkan dirinya yang sudah menjadi candu dalam dirinya.
Jujur dia sudah lama tak pergi keclub malam,azikalah yang melarangnya,
Namun dalam keadaan seperti ini ia tak dapat menahan dirinya untuk tak pergi ketempat ini.Sosok ramah seperti diapun dapat terjerumus dalam dunia malam yang merusak hidupnya namun,ia menggapnya sebagai kebagiaan yang bisa mengusir segala keresahan.
Gabriel menyenggol siku kelvin,kelvin mengangkat dagunya tanda bertanya 'kenapa?' kepada gabriel.
Gabriel menujuk rendra dengan dagunya.
Gabriel membulat bibir,"lo tanyain lah,"kelvin berbisik
Gabriel sedari tadi nampak memperhatikan rendra yang terdiam.
Gabriel menepuk pundak rendra pelan.
Rendra menoleh,"kenapa?,"tanya rendra.
Gabriel berdecak,"harusnya gue yang nanya gitu,"gabriel memberi jeda,"lo kenapa?,"
Rendra hanya tersenyum,senyum yang dipaksa untuk menutupi semua lukanya,jujur teman-temanya tak tau keadaan keluarga rendra.
Rendra memang sengaja tak pernah menceritakan keadaanya kepada mereka berdua.
*****
"Loh dek ko belum tidur?udah malem loh dek"
Fatimah sempat terkejut dengan azika yang masih termengu didepan kaca riasnya,biasanya dijam-jam sekarang azika sudah tertidur pulas.
"Umi?,"
Fatimah mendekat kearah azika,"kamu kenapa?,"
Azika menggeleng cepat,"gapapa kok,emangnya adek kenapa?,"azika memberi jeda,sambil menghela nafasnya.
"Adek cuma khawatir sama rendra umi,dia belum pulang dari pulang sekolah tadi,"
Azika menautkan jari-jarinya sambil tertunduk,fatimah tersenyum,lalu jarinya bergerak untuk mendongokkan kepala anaknya.
"Kamu percaya sama rendra kan dia gak akan ngelakuin hal aneh-aneh?,"
Azika mengangguk pelan tertanda dia percaya,namun ada yang sedikit mengganjal dihatinya.
Ceklek
Pandangan mereka mengarah keambang pintu,terlihat rohman berdiri sambil memegang knop pintu.
"Kenapa bi?,"
"Enggak mi,itu ada bundanya rendra,nyariin rendra disini,tapi rendra gak disini kan?,"
Azika beranjak dari duduknya,"adek kedepan dulu ya,"
Azika keluar kamar lalu menghampiri dewi.
"Bundaa,"
Dewi-ibu rendra tersenyum hangat,lalu merentangkan tanganya,azika langsung ambruk dipelukan dewi,rasanya sangat nyaman,rasanya seperti dipeluk fatimah.
"Bunda kira rendra disini,"dewi mengelus pucuk rambut azika yang terbalut hijab
Azika mendongok dalam dekapan dewi,"bunda,"
"Iya?,"
"Adek khawatir sama rendra,adek takut kal-,"
"Hust udah,rendra gak papa,dia udah besar,udah gapapa,"
Dewi semakin erat memeluk azika,azika sudah terlanjur nyamanpun hanya diam didekapan dewi.
Setetes air mata berhasil keluar dari kelopak mata azika,dirinya sudah tak bisa menepis rasa jika dia teramat mengkhawatirkan rendra.
Kedatangan fatimah dan rohman memaksakan azika dan dewi melepas pelukan mereka.
Azika mengusap wajahnya kasar,ia mencoba untuk menghilangkan jejak air matanya.
"Aku pamit dulu,"
Dewi berniat berpamitan,ia mendekat kearah fatimah.
Tiba-tiba fatimah memeluknya dan menangis,fatimah rasa ia merasakan apa yang dewi rasakan,mereka sudah lama bersahabat, mereka tau keadaan mereka masing-masing
"Adek masuk yuk,Ikut abi"
"Iya bi"
Kini hanya dewi dan fatimah yang masih berada diteras rumah,lalu setelah tangis dewi dan fatimah sudah mulai berhenti,fatimah membawa dewi ke ruang tamu.
"Wi aku tau apa yang kamu rasakan,"fatimah mengenggam erat tangan dewi.
"Aku menyerah fat,aku menyerah,aku sudah membuat surat perceraian antara aku dengan mas bram,"
Fatimah menggeleng cepat,ia tak mau dewi seperti ini.
"Aku mohon,jangan menyerah, perceraian adalah salah satu tindakan yang tidak disukai Allah,aku mohon wi,"
"Kamu harus bertahan demi rendra dan semuanya wi"lanjut fatimah
Dewi menghela nafasnya,lalu tersenyum,"terima kasih fat,terima kasih,aku akan bertahan sekali lagi"ucap dewi lalu memeluk fatimah kembali
*****
"Bro udah hampir jam 2 nih,lo mau pulang apa mau nginep tempat gue"tawar gabriel kepada rendra.
Rendra berfikir sejenak,ia bimbang apakah dia harus pulang dan bertemu dengn kedua orang tuanya atau ikut gabriel kerumahnya.
"Gue mau pulang"
*****
Rendra sedikit gemetar,ingin rasanya ia membuka pintu yang kini didepan matanya,namun ia harus menyiapkan mentalnya.
Dengan yakin dia membuka pintu rumahnya,didalam sepi tak ada suara sama sekali,ia fikir ayah dan bundanya telah tidur.
Rendra melangkahkan kakinya menuju kamarnya dan melewati tangga.
"Dari mana saja kamu,jam segini baru pulang!"
Rendra membalikan badannya
"Memang ayah peduli?"ucap rendra
"Kurang ajar kamu sama orang tua!"
Bram mendekat kearah rendra yang berada dianak tangga,lalu.
Plakkk
Pipi rendra memerah karena tamparan bram yang sangat keras
"Stoppp!!!!" dewi terisak sambil berlari menuju kearah rendra.
Sebenarnya dewi sudah tertidur namun mendengar ada kebisingan ia terbangun dan keluar kamar.
Rendra tersenyum sinis sambil memegang pipinya yang memerah.
"Sudah bram sudah!biar aku saja yang selalu disakiti oleh tanganmu itu! Jangan rendra!"
"Ibu anak memang sama saja!sama-sama tidak bisa diuntungkan!"bentak bram kepada keduanya lalu pergi
"Kamu tidak apa-apa ndra?"tanyanya.
"Tidak apa-apa bun,yasudah rendra kekamar dulu"
Rendra lansung melanjutkan langkahnya untuk pergi kekamarnya.
*****
Bersambung...

KAMU SEDANG MEMBACA
Freindzone(END)
AléatoireSahabat jadi cinta?mungkin itu yang terjadi. Namun dengan seiring datangnya sebuah masalah dan ketidak jujuran diantara mereka apakah bisa membuat mereka bertahan dngn memendam perasaan mereka masing-masing? ...