EMPAT PULUH

1.8K 129 17
                                    

Happy Reading

WARNING!: TYPO BERTEBARAN:v


***

Aca berjalan sedikit berlari bersama Mungga, menuju ruangan tempat Nk ditangani oleh dokter. Tidak lupa, Aca sudah mengobati lukanya karena tak mau membuat Nk khawatir.

Ketika sampai, terlihat Abun, Amri, Putra, Diva, dan Jua.

"Nk mana?" tanya Aca.

"Didalem, sama Bang Dika" jawab Diva dan diangguki oleh yang lainnya.

Aca langsung membuka pintu perlahan dan sebelum masuk sepertinya Aca mendengar sesuatu.

"Kenapa si bang? Kenapa Nk harus kecelakaan terus amnesia? Kenapa Nk malah lupain Fesha ketika dia lagi butuhin Nk? Padahal kalo Nk butuhin Fesha, Fesha pasti ada di samping Nk. Kenapa bang" kata Nk sambil menangis dan ditenangkan oleh Dika.

"Gausah nyelahin diri lo sendiri, ini semua udah takdir, Fesha mungkin tersernyum disana, karena sekrang lo udah inget sama dia" jawab Dika sambil memeluk adiknya.

Aca sengaja mengetuk pintu agar terdengar suara orang yang akan masuk. Aca masuk dan melihat Nk yang sedang menangis dan memeluk Dika.

Dika melihat kedatangan Aca langsung disambut dengan muka tidak mengenakan.

"Lo!" kata Dika sambil melepas pelukan dan menghampiri Aca.

Aca sudah pasrah, apapun yang akan dilakukan oleh Dika padanya ia akan terima.

"Lo, udah nyelamatin nyawa ade gue. Gue berterimakasih sama lo, dan maaf atas kejadian kemaren" kata Dika sambil menepuk pelan pundak Aca.

Aca yang memejamkan matanya perlahan membuka mata, dan tersenyum.

"Gapapa bang, semua orang pasti melakukan kesalahan, semua orang berhak marah apalagi yang menyangkut orang yang dia sayang" jawab Aca yang diangguki oleh Dika.

"Kayaknya Nk butuh penjelasan dari lo sekrang, dia udah lumayan inget ko" kata Dika sambil berjalan keluar, meninggalkan Aca dan Nk berdua.

Aca mendekat kearah Nk yang tengah menatapnya sedih.

"Cengeng" kata Aca pada Nk, keadaan lumayan canggung karena sudah agak lama mereka tidak berbicara, jangankan berbicara, bertergur sapapun enggak.

Nk hanya tersenyum getir dan kembali menangis. Aca mendekat dan memeluk Nk yang tengah menangis.

"Nangisin sepuasnya, gue tau rasanya kehilangan" kata Aca sambil mengelus rambut Nk pelan.

"Fesha, Ca. Fesha" kata Nk dengan getir.

"Iya, Fesha. Dia udah tenang ko dialam sana dan dia pasti gak mau melihat malaikat kecilnya nangis kayak gini" kata Aca menenangkan.

Nk bangun dan membersihkan air matanya yang masih mengalir.

"Ada-ada hubungan apa Fesha sama lo?" tanya Nk pada Aca.

Aca terdiam, dan memilih duduk didebelah Nk.

"Fesha, saudara gue. Umurnya beda 2 tahun sama kita. Dia itu anaknya periang, kadang suka jail, pinter, pokoknya sifat Fesha bertolak belakang sama sifat gue sekrang.

My Boyfriend Is A BadBoy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang