Sena's PoV
Gina duduk di sofa di depan tempat tidurku. Aku minum obat lalu berbaring. Kepalaku rasanya berat dan pusing sekali.
Sejenak aku memikirkan Gina. Dia begitu baik terhadapku. Dia mau-maunya mengantarku pulang, menunggu dan menjagaiku. Aku tersenyum mengingat perlakuannya.
Duh, makin lama kepalaku semakin terasa sakit, pening dan badanku ngilu. Aku memejamkan mata dan mencoba untuk tidur.
Aku bangun karena merasa gelisah. Kulihat jam, sudah jam 11.30. Dua jam lebih aku tidur, namun tidak terasa membaik. Aku mencoba bangun dan menyandarkan punggung pada sandaran tempat tidur, berharap dapat mengurangi sakit kepala yang kurasakan.
Menyadari aku bangun, Gina menoleh. "Gimana, Sen? Membaik atau masih lemes?"
"Lemes, sakit kepala juga," aku menjawab dengan mata terpejam.
Dia menghampiri dan menyentuh keningku.
"Agak panas. Harusnya tadi langsung di kompres aja. Bentar aku ambil dulu." Gina turun dari kasur.
"Kompres ya Sen. Abis ini makan lagi, terus minum obat dan istirahat lagi."
Aku menggangguk. Dia menempelkan handuk dingin pada keningku.
"Kok ada handuk dingin? Kamu ngambil dimana?"
"Tadi aku beli di bawah. Niatnya cari kompresan, ternyata ga ada. Jadi beli handuk terus aku simpen di kulkas."
See? Sekali waktu dia bisa sangat menyebalkan. Tapi sekali waktu juga dia bisa sangat perhatian seperti ini.
"Makannya aku suapin ya. Ga ada penolakan!"
Aku hanya pasrah karena tidak punya tenaga untuk melawannya. Aku makan sedikit karena tidak selera.
"Kamu makan obatnya 30 menit lagi ya? Terlalu dekat jaraknya sama yang tadi. Sekarang bagian lehernya di kompres juga deh, supaya panasnya cepet turun."
Lagi-lagi aku hanya mengangguk. Gina menyimpan piring kotor di bak cuci piring dan kembali dengan handuk di tangannya.
"Oh by the way, kamu punya kunci cadangan ga? Boleh aku pinjem? Tadi waktu ke bawah aku ga kunci pintu karena nanti aku ga bisa masuk. Aku khawatir kalo ninggalin kamu dengan kondisi pintu ga terkunci. Belum kalo misalnya nanti aku harus keluar beli sesuatu untuk kamu."
Aku tersenyum tipis mendengar jawabannya. Merasa senang karena dia mengkhawatirkan diriku.
Kunci utama masih ada di saku celanaku. Aku berikan padanya.
"Ini kunci utama, titip dulu. Cadangannya tar aku cari. Lupa."Gina berpindah duduk di sebelahku, mengarahkan kepalaku untuk bersandar di bahunya.
"Sini senderan, Sen, biar ga pegel."
"Modus!"
"Ga pa-palah sekali-kali. Hehe." sahutnya cengengesan. "Senderan dulu aja, 30 menit lagi baru minum obat."
"Kok ga maju-maju dari tadi masih 30 menit aja?"
"Supaya kamu nyender ke akunya lama. Hahahaha."
Kembali aku tersenyum tipis. Dasar. Ya sudahlah kali ini aku biarkan saja.
Ketika aku terbangun lagi, sakit kepalaku sudah berkurang meskipun masih ada pusing. Gina sedang duduk di sofa dan sibuk dengan ponselnya.
Sudah sore ternyata. Hari ini aku banyak menghabiskan waktu untuk tidur. Aku mencoba bangun. Gina menoleh ke arahku karena menyadari ada pergerakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Happy When I'm With You
RomanceRegina, biasa dipanggil Gina : cewek extrovert, manis, periang, cuek sama diri sendiri tapi care sama pasangan, mantan player. Sena : cewek introvert, cantik, kalem, cerdas dan penyabar. Tapi Sena ga bisa sabar menghadapi kelakuannya Gina.