7 bulan kemudian
Gina's PoV
Hari ini hari pernikahan Mario dan Selly. Baru kemarin malam aku sampai ke Jakarta. Ini pertama kalinya aku datang ke Jakarta lagi sejak aku pindah ke Bali. Sebisa mungkin aku menyerahkan pekerjaan di Jakarta kepada Mario dan partner kami yang lain. Untungnya, Mario mengerti.Aku menolak datang ke Jakarta untuk meminimalisir kemungkinan bertemu Sena.
Awalnya aku ragu untuk datang ke pernikahan Mario, karena aku yakin pasti akan bertemu dengan Sena. Tapi sangat tidak mungkin jika aku tidak hadir di hari bahagia sahabat baikku sejak SMA ini.Aku tidak tau apa yang harus kulakukan jika bertemu dengan Sena. Jangan tanyakan soal rindu. Jelas aku merindukannya. Bukan karena aku benar-benar tidak ingin bertemu Sena lagi, hanya saja pasti rasanya awkward. Apalagi kami tidak saling berkomunikasi sejak terakhir bertemu.
Well, kita lihat nanti bagaimana. Semoga aku tidak terlihat bodoh di hadapannya.Berhubung pesta pernikahan mereka diadakan di salah satu hotel, maka aku memesan satu buah kamar di hotel tersebut untuk kutempati agar tidak perlu bolak-balik antara rumah dan hotel. Hanya perlu naik dan turun lift. Praktis, jangan dibuat susah.
Pagi menjelang siang ini, aku sedikit terlambat datang ke acara pemberkatan. Maklum, aku masih lelah dan mengantuk. Karena terlambat, aku memilih duduk di bangku barisan belakang. Mengikuti acara sampai akhir. Tidak terlalu lama. Hanya 45 menit. Pemberkatan selesai, mempelai akan berjalan keluar.
Ketika Mario dan Selly sudah mendekati tempatku, aku mendatangi keduanya untuk memeluk mereka berdua serta mengucapkan selamat. Aku turut berbahagia atas resminya hubungan mereka.Aku melihat Sena dan mamanya berada di tiga barisan di belakang mempelai. Sena terlihat cantik. Reaksinya tenang saat melihatku. Aku yang dag dig dug melihat Sena lagi setelah sekian lama. Aku melangkah menghampiri Tante Susan dan Sena.
"Halo Tante, apa kabar?"
"Gina! Kabar baik Gin. Kamu cantik sekali. Sudah lama Tante ga lihat kamu." Tante Susan memelukku.
Aku tersenyum padanya. "Tante bisa aja. Tante juga ga kalah cantik kok sama pengantin. Hehe."
"Ck. Ada-ada aja. Gin, dengar-dengar kamu sudah tidak di Jakarta ya?"
"Iya, Tan. Aku pindah ke Bali. Udah setengah tahun lebih di sana."
"Iya, selama itu Tante ga dengar kabar anak Tante yang satu ini. Ga ada yang heboh lagi waktu telepon atau video call."
Oh Tuhan! Tante Susan masih bersikap baik padaku, bahkan masih mau menganggapku sebagai anaknya. Aku terharu tapi juga merasa bersalah. Aku malah pergi meninggalkan anak kesayangan satu-satunya.
"Maaf, Tan. Aku janji nanti akan sering telepon."
"Baiklah. Tante doakan apapun yang terbaik buat kamu ya." Beliau menepuk pipiku pelan. Perhatiannya benar-benar seperti pada anaknya sendiri. Aku merasa bersalah karena tidak memenuhi amanatnya untuk menjaga Sena.
"Terima kasih banyak, Tante. Semoga Tante selalu sehat ya."
"Amiinn. Tante duluan ya Gin. Masih ada acara keluarga."
"Iya silahkan, Tan."
Aku berpaling pada Sena yang dari tadi diam saja. "Hai Sen. Kamu apa kabar?" Aku nerveous. Seperti ababil sekali aku ini.
Dia melihatku, mengangguk pelan. "Baik," jawabnya. "Aku duluan Gin." Sena meninggalkanku menyusul mamanya dan rombongan pengantin untuk acara selanjutnya.
Seperti perkiraanku. Awkward.
Sena terlihat baik-baik saja. Baguslah. Meskipun sudah tidak bersama, tapi aku senang melihat Sena dalam keadaan baik.Selesai dari pemberkatan, aku kembali ke hotel. Sebentar lagi jam makan siang. Setelah itu aku akan beristirahat. Lumayan ada waktu beberapa jam untuk tidur hingga acara resepsi nanti.
* * *
Sena's PoV
Resepsi akan dilangsungkan pada jam 6 sore ini. Masih ada waktu 3 jam lagi sampai jam 5 untuk sesi foto bersama.
Sebaiknya sekarang aku beristirahat dulu. Aku cukup kelelahan karena sudah bangun dari pagi hari untuk melaksanakan serangkaian tradisi dan ceremony di hari bahagia sepupuku ini.Setelah acara makan siang bersama, aku memilih untuk kembali ke kamar.
Mario dan Selly menyewa beberapa kamar di hotel ini yang diperuntukkan bagi keluarga. Berhubung mama memilih menemani Tante Ria - adiknya a.k.a mamanya Selly - sehingga aku diberi satu kamar untuk kutempati sendiri.Aku masuk lift untuk naik ke lantai tujuh di mana kamarku berada. Keluar dari lift aku melangkah ke kanan lalu berbelok ke kiri. Kamarku ada di lorong ini.
Begitu berbelok, aku melihat sosok Gina yang membelakangiku dan sedang berjalan bersama seorang wanita yang tidak kukenal. Gina membawa sebuah koper sementara teman wanitanya berjalan di sampingnya.
Aku memelankan langkah. Gina berhenti di depan sebuah kamar, membukakan pintu, lalu keduanya masuk ke kamar tersebut.
Kamar Gina berada selisih 5 kamar dariku.Siapa wanita itu? Kekasih barunya-kah? Kamu datang ke pesta pernikahan sahabat terbaikmu dengan menggandeng seseorang. Hampir bisa dipastikan bahwa orang itu spesial.
Bagaimana tidak spesial jika mereka menginap bersama di sebuah kamar suite?
Aku kenal kamu, Gin. Kamu ingin menunjukkan pada orang lain apa yang menjadi milik kamu. Seperti dulu setiap kita pergi berdua.
Dan rasanya menyakitkan membayangkan apa yang akan mereka berdua lakukan di dalam kamar.
Berpelukan sepanjang malam? Berciuman? Bermesraan?
Gosh!Apakah kamu sengaja agar dapat menunjukkannya padaku? Kamu pasti tau seberapa besar kemungkinan kita akan bertemu.
Apakah kita benar-benar telah selesai, Gin? Tidak adakah kesempatan untuk kita berdua kembali bersama?
Mengapa dadaku terasa sesak membayangkan kemungkinan Gina sudah memiliki tambatan hati baru sebagai penggantiku?
Kenapa pula aku harus menangis karena melihat kamu bersama dengan wanita lain?
Aku benci dengan diriku yang cengeng setiap mengingat kamu, setiap menyadari bahwa kita tidak lagi bersama.
* * *
Knock knock
Aku menghampiri pintu, melihat siapa yang datang kemudian membukanya."Kamu kenapa?" tanyanya sambil masuk ke dalam kamar.
"Apanya?" Aku balik bertanya padanya.
"Kenapa nangis?"
"Ga kenapa-kenapa."
"Gina?" tebaknya.
Aku menatapnya. Dia tau arti dari tatapanku yang membenarkan tebakannya.
"Dia datang?"
Aku mengangguk.
"Kita bakal ketemu dia dong ya?
"Sepertinya begitu."
"Hmm... I can't wait."
"Kamu jangan macem-macem deh."
"Ngga kok."
"Aku serius, Audy."
"Iya aku juga ga akan macam-macam. Tenang aja, sayang."
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Happy When I'm With You
RomanceRegina, biasa dipanggil Gina : cewek extrovert, manis, periang, cuek sama diri sendiri tapi care sama pasangan, mantan player. Sena : cewek introvert, cantik, kalem, cerdas dan penyabar. Tapi Sena ga bisa sabar menghadapi kelakuannya Gina.