1 : First Meet

27.8K 1K 29
                                    

"Halo?" Dengan mata yang masih terpejam, Gina menjawab panggilan telpon dari nomor yang belum terdaftar di kontak ponselnya.

"Halo? Bisa bicara dengan Regina?"

"Ya saya sendiri. Ini dengan siapa?"

"Saya Sena. Saya sudah menunggu Anda sejak 30 menit yang lalu di cafe saya."

Dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul, Gina menjawab "Umm sorry, menunggu saya untuk apa ya?"

"Mario bilang temannya yang bernama Regina akan menjadi fotografer food product cafe saya. Apa Mario belum menghubungi Anda?"

"Ah...ya ya ya, sorry. Saya lupa. Ummm...bersedia nunggu satu jam lagi? Satu jam lagi saya sudah disana."

"Okey. Tapi maaf sebelumnya...saya kurang respect sama orang yang ga disiplin, terutama soal waktu. Well...I'm waiting. One hour."

Regina's PoV
Setelah bahasa penutup yang kurang enak didengar dari seberang sana, aku kemudian bangun dan melihat ponselku. Ada banyak pesan WhatsApp yang masuk. Aku baca pesan dari Mario.

Heh...jangan lupa besok lo ada janji jam 9 pagi di Sense Cafe. Jangan sampe keasikan trus lo telat. Pesan dikirim jam 23.12.

Hmm...jam segitu sepertinya aku lagi dibuat melayang sama cewek cantik di sebelahku ini, pikirku sambil tersenyum dan menatap pacarku yang masih terlelap. Mungkin dia kelelahan setelah permainan panas kami semalam, pikirku lagi.

Aku lalu bangun dan melangkah menuju kamar mandi. 15 menit kemudian aku keluar dan melihat tempat tidurku kosong.

Selesai mandi, aku berpakaian lalu menuju dapur. Kulihat pacarku sedang mengoleskan selai pada roti tawar. Kuhampiri dan kupeluk dia dari belakang. "Pagi sayang. Kamu kayaknya semalem pules banget bobonya. Tumben udah bangun."

Dia membalikkan badan dan tersenyum, "Kerjaan siapa coba semalem hmm?"

"Kerjaan kamu sama aku kan?" aku menggodanya.

"Iyain aja deh biar cepet. Btw, kamu mau kemana udah rapi gini?"

"Aku ada janji sama client. Sayangnya aku lupa, dan udah telat ini. Makanya sekarang aku pergi dulu ya."

"Oke, tapi kamu sarapan dulu."

"Aku sarapan sambil jalan aja ya. Maaf ga bisa nemenin kamu sekarang." Aku pamit dan kukecup sekilas bibirnya.

20 menit beriendara, aku sampai di cafe yang dimaksud.
Aku masuk dan seorang perempuan menghampiri.

"Regina?" tanyanya.

"Gina aja. Saya mau ketemu samaaa....." aku berusaha mengingat siapa nama cewek yang meneleponku itu, "umm sepertinya dia pemilik cafe ini."

Cewek itu menjawab, "Bukan sepertinya, saya memang pemilik cafe ini."

Penampilannya santai namun terlihat elegan. Tipe cewek kalem yang membosankan, pikirku.

Kenapa aku tau dan sampai berpikir seperti itu? FYI, I'm an expert. Haha. Tapi itu dulu. Sekarang nggak lagi. Udah tobat.

"Hmm...terlambat 87 menit," katanya sambil melihat jam tangannya.

"Rasanya ngga telat sih ya. Kan tadi gue bilang sejam. Terhitung dari waktu telepon tadi. Jadi, masih kelebihan 3 menit," jawabku santai sambil tersenyum. "Anyway, sepertinya kita seumuran. Pake lo gue aja biar ga kaku. Kirain yang nelfon ibu-ibu, soalnya formal banget pake saya-anda," lanjutku kemudian.

"Teknisnya, terhitung dari waktu yang dijanjikan, lo telat hampir 1.5 jam," jawabnya tenang sambil menatapku dingin. "Dan, bahasa saya-anda itu namanya profesional. Lagipula kita ga saling kenal."

"Oke kalo gitu kenalin, gue Regina, panggil aja Gina. Dan nama lo? Sorry, gue...lupa"

Dia memutar bola matanya namun tetap menjabat tanganku "Sena. kalo bukan karna Mario nunjukin portofolio punya lo, gue ga akan mau pake fotografer slenge'an macem lo."

Masih dengan tersenyum aku menjawab, "Kalo bukan Mario yang bilang client gue kali ini cantik dan baik, kayanya gue juga ga akan mau. Dan, secara ga langsung, lo bilang kalo foto-foto gue itu bagus. Tenang aja, lo ga akan nyesel kok "

Kulihat pipi Sena memerah. Mungkin kesal karena perkataanku. Harus kuakui, aku suka melihat ekspresinya. Dia lucu.

"So, can we start?"

"Okay... Kita ke ruangan gue aja, lo tinggal atur-atur propertinya sambil nunggu makanannya selesai."

Satu jam kemudian pekerjaanku selesai. Aku perlihatkan hasil foto-fotoku pada Sena.

"Okelah. Hasil foto lo udah cukup bagus."

"Wait. Lebih tepatnya bagus, bukan cukup bagus"

"Iya. Bagus. Makanya gue bilang cukup. Kalo kurang, gue bakal bilang jelek."

"Serah deh. Yaudah, lo pilih mana aja yang mau dipake, tar gue retouch, 3 hari lagi gue kirim hasilnya."

"Kenapa pake retouch segala? Gue rasa hasil tadi udah oke. Gue gamau di edit berlebihan, tar menipu ga sesuai kenyataan."

"Tenang aja. Gue juga ga suka edit berlebihan. Gue cuma sesuaikan exposure-nya aja."

"Mana sini gue liat dulu?"
Dia menghampiriku yang sedang melihat hasil foto tadi di laptop. Posisinya berada di samping kananku. Dia membungkukkan badannya sehingga wajahnya sangat dekat dengan wajahku. Aku dapat mencium aroma mawar dari parfumnya. Tipe cewek girly banget.

5 menit dia masih melihat dan memilih foto-foto itu, selama itu pula aku diam. Entahlah, mungkin menikmati aroma parfumnya yang menenangkan. Atau mungkin menikmati wajah cantiknya dari samping seperti ini.

Dan entah apa yang kupikirkan, aku menarik pinggangnya ke arahku supaya dia dapat memilih foto sambil duduk. Dia terduduk di pangkuanku.

"Pilih fotonya sambil duduk aja, tar pegel berdiri dengan posisi gitu terus," ucapku di telinganya.

Kemudian dia berdiri. "Kursinya cuma untuk satu orang. Lo bangun, baru gue duduk," dia menjawab tanpa melihat padaku.

Mungkin dia nerveous. She's funny, i think.
Aku tersenyum kecil dan berdiri, lalu membereskan peralatan fotografiku.

"Gue udah pilih beberapa yang menurut gue udah oke. Coba lo check lagi. Gue minta saran lo."

"Are you sure? Gue kira lo ga akan nanya pendapat gue."

"Kenapa lo berpikir gitu? Sok tau."

"Yaah...dari awal gue ga kasih kesan yang baik di mata lo."

"Emang. 5 menit dari lo ga dateng aja gue udah males. Jujur aja gue kurang suka sama orang-orang yang ga disiplin. Sama diri sendiri aja ga disiplin, apalagi sama hal lain. Tapi gue punya pertimbangan. Satu, lo rekomendasi dari Mario, ga mungkin dia kasih gue yang asal-asalan. Dua, gue liat foto lo emang bagus. Tiga, lo expert di bidang ini, jadi ga ada salahnya gue minta masukan dari lo. Untung aja hasil lo emang ga mengecewakan."

"Hmm... gue anggap itu pujian. Thanks."

"Tapi next time gue gamau lo telat lagi kaya tadi."

"Okay, itu artinya lo udah booking gue untuk project selanjutnya?"

"Kalo lo telat, gue cari fotografer lain."

"Oke. Don't take it so serious, beib," kataku sambil mengerlingkan mata padanya.

Kulihat wajahnya memerah. Omigot, sepertinya aku suka menjahilinya.

"Tiga hari lagi gue kesini anterin hasil foto-foto ini."

Aku kemudian pulang dengan membawa rasa penasaran tentang Sena di pikiranku. Well, cewek kalem kaya Sena gitu emang bikin penasaran. Kalo ga inget aku udah tobat, mungkin aku bakal flirt sama dia. Lol.

To be continue

I'm Happy When I'm With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang