28 : One More Chance

7K 537 87
                                    

Sena's PoV
Seperginya wanita itu, Gina kembali menoleh padaku.
"Boleh ngobrol sebentar Sen?"

"Soal apa?"

"Banyak hal."

"Tentang?"

"Kita."

Aku mengernyitkan dahi, merasa heran dengan kata 'kita'. Maksudnya tentang 'kita' yang sudah berakhir? Ataukah 'kita' di masa yang akan datang?

Untuk saat ini, kenyataannya tidak ada lagi "kita" antara diriku dan dirinya.

"Kamar kamu dimana? Bisa ngobrol di kamar kamu?"

Aku menggangguk. Aku berjalan menuju kamar 707, membuka pintu, mempersilahkannya masuk duluan.
Gina melangkah mendekati sofa yang berada di kamar ini lalu duduk.

"Mau ngomong apa?" Aku bertanya sambil berjalan menuju meja rias untuk melepas aksesoris dan juga menghapus make up. Aku memunggunginya namun aku dapat melihatnya melalui cermin.

Sejujurnya aku sudah tidak tahan untuk memeluk erat dirinya. Apalagi di lift tadi kami berjarak sangat dekat. Aku mengerti dia berlaku posesif seperti itu untuk menjagaku.
Setelah selama ini, dia masih menjagaku dengan caranya.

Gina tidak menjawab. Dia hanya menatapku dari tempatnya duduk.

"Gin?"
Gina mengerjapkan matanya saat aku memanggilnya, seperti baru tersadar. Sepertinya dia melamun.

"Umm, I just curious, Sen."

"Soal apa?" Aku sedang melepas anting yang kupakai.

"So, you're with Audy now?"

Aku memandangnya lagi. "I'm not with Audy. I've never been with Audy." Jawabku tegas.

"Yeah, tapi kalian ciuman. Dan tadi kalian terlihat sangat mesra. Sweet couple. You gals look so happy."

"Dia yang cium aku. Kamu juga waktu itu ga tau ngapain sama cewe entah siapa." Aku membalikkan badan menghadapnya.

"It didn't mean anything."

"It did to me."

"Ga ada yg bisa kita lakukan mengenai hal yang udah terjadi, Sen. It's over now."

"Kita putus karena itu, Gin!" Nada bicaraku sedikit naik. Aku heran dengan Gina yang seolah menyepelekan masalah kami dulu.

"Waktu itu aku ga ngapa-ngapain, Sen. Sama sekali ga berbuat apa-apa. Kita putus karena kita ga saling percaya. Terlepas dari adanya pihak ketiga atau ngga."

Kuhela napas, mencoba meredam emosi. "Lebih tepatnya, kita putus karena kita berdua sama-sama insecure, Gin. Khawatir dengan sesuatu yang belum tentu terjadi." Aku menyampaikan pemikiranku.

"Yeah, kamu benar."

Aku menuju tempat tidur, duduk di tepinya.
"Kadang, aku mikirin kamu, Gin." Kutatap Gina, dia hanya diam melihatku.

"Aku ga tau keadaan kamu, apa yang kamu lakukan, apa kamu baik-baik aja, atau bahkan apa kamu udah melupakan aku? Yang aku tau, sekarang kita udah ga sama-sama lagi."

Gina mengangguk. Setelah hening sejenak lalu dia berkata, "I met someone, Sen."

"Oh. You try to tell me that you have a new girlfriend?" Emosiku naik lagi. Seingatku, tadi dia ingin membicarakan tentang 'kita', bukan tentang dirinya bersama dengan seseorang yang lain.

"Nope."

"So?"

"I don't know. Cuma merasa perlu bilang sama kamu."

I'm Happy When I'm With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang