Sena's PoV
Tiga bulan ini Gina mengisi hari-hariku dengan senyum dan tawa, yang tentu saja tercipta karena kelakuannya yang tidak jelas. Membuatku pusing sekaligus senang karena tingkahnya dapat mewarnai hari-hariku yang biasanya flat. Kalo istilahnya Gina katanya aku terlalu lurus dan terlalu kaku.Meskipun begitu, dia memperlakukanku dengan sangat baik, perhatian dan romantis. Sikap manisnya membuat hatiku meleleh. Dia memang pecicilan namun sikapnya gentle. Kombinasi yang unik dan aneh.
Dari awal berpacaran, Gina selalu mengantar dan menjemputku setiap harinya. Tidak peduli sepagi atau semalam apa, dia pasti sudah standby untukku. Katanya dia ingin bertanggung jawab terhadap pacarnya. Gina juga tidak rela jika aku naik transportasi online khususnya motor karena jarak duduk antara aku dan driver pasti berdekatan. Gina pernah berkata, "Aku ga mau driver-nya modus karena boncengin cewe secantik kamu. Ga rela juga kalo kamu pegang-pegang pinggang si abang. Mending pegangan sama aku sini."
Aku rasa itu pengalaman dia saat modus terhadap perempuan. Dasar.
Sejak resminya hubungan kami, dia tidak pernah lagi bersikap genit atau jelalatan melihat perempuan lain. Mungkin aku yang terlalu insecure dikarenakan masa lalunya. Malah seringkali aku menangkap perempuan lain yang mencari perhatian pada Gina ketika kami pergi berdua, namun Gina tidak pernah menoleh pada mereka. Tatapannya hanya tertuju padaku. Hal itu membuatku merasa spesial.
Gina juga mengerti diriku. Dia tau kapan bisa menjahiliku dan kapan aku sedang ingin serius. Dia tidak akan mengganggu jika aku sedang bekerja atau sibuk dengan urusan cafe tapi dia akan langsung usil saat aku sudah beres. Tingkahnya dapat memancing tawaku sehingga aku tidak stress jika sedang kelelahan. Dia akan memelukku dalam diam saat aku sedang bad mood. Dia juga akan menjadi pendengar yang baik ketika aku bercerita mengenai masalah yang ku hadapi. Ini pengalaman pertamaku berpacaran namun aku sudah merasa klop dengannya.
Dua bulan ini, kami tinggal bersama. Kadang di apartmentku kadang juga di rumah Gina. Jarak antara rumah Gina dengan Sense Cafe lebih dekat daripada ke apartmentku. Hal ini berawal saat aku pulang terlalu larut dari cafe. Aku kasihan jika Gina harus mengantarku pulang lalu kembali lagi ke rumahnya. Sementara pada hari itu dia sudah sibuk dengan pekerjaannya dari pagi hingga malam. Maka malam itu aku minta untuk menginap saja di rumahnya, supaya dia tidak perlu menyetir jauh dan dapat cepat beristirahat. Si mesum ini tentu saja senang.
Sejak tinggal bersama, aku semakin mengenal dan mengetahui kesehariannya. Dia orang yang mementingkan kesehatanku tapi mengabaikan kesehatannya. Jam makan dan jam tidur tidak pernah teratur. Makan ala kadarnya karena malas memasak, padahal rasa masakannya cukup enak. Karena hal itu, aku memaksanya untuk meluangkan waktu agar kami dapat makan bersama, entah itu saat sarapan, makan siang atau makan malam. Aku juga memaksanya untuk membiasakan tidur di bawah jam 11 malam. Pekerjaan terkadang memang mengharuskannya untuk begadang. Jika Gina sedang begadang, aku menahan diri untuk tidak tidur dan menemaninya. Tapi Gina selalu tidak tega jika aku ikut begadang, jika sudah begitu dia akan mengalah untuk menunda pekerjaannya dan menemaniku tidur.
"Haduuh pacarku posesif amat sih," katanya sambil berbaring memelukku saat aku berniat menemaninya bekerja di malam hari.
"Ini namanya protektif. Supaya kamu punya pola hidup teratur. Yang posesif itu kamu. Aku mau kemana kamu selalu pengen ikut."
"Iya dong, kan aku ga mau pacarku yang lucu ini sampe diculik."
As we know, ya. Dia selalu menjawab dengan tidak serius.
Pagi ini aku sedang membuat pancake untuk sarapan kami berdua.
"Pagi sayang." Gina tiba-tiba datang memeluk dari samping lalu mencium pipiku. "Hmm...wangi banget."
"Apanya yang wangi? Pancake atau aku?"
"Ya kamulah. Sepagi ini udah mandi aja."
"Aku kan rajin. Emangnya kamu? Jam segini baru bangun dan bau iler. Mandi dulu gih."
"Baru juga jam 8 Sen. Kamu juga libur ngapain bangun pagi?"
"Aku mau belanja keperluan bulanan dan bahan-bahan untuk cafe."
"Ya udah aku mandi dulu deh, nanti aku anter," katanya menawarkan diri.
"Jam 10-an aja ya perginya?"
"Oke. Beres belanja nonton yuk."
"Boleh. Horor ya?" Aku tau Gina itu penakut. Aneh, playgirl pecicilan tapi penakut.
"Nnnggg...nggak."
"Horor ih biar seru. Lagi booming filmnya."
"Hidup udah horor, kamu ga usah nambah-nambah."
"Penakut!"
"Biarin."
Begitulah, hari-hari kami diisi dengan keisengan dan lelucon receh.
"Lucu ya filmnya. Selama nonton ketawa-ketawa terus." Ucap Gina setelah kami selesai menonton film.
"Aduh film bocah. Ga cocok banget deh kamu setua ini nontonnya kartun."
"Hey, kita cuma beda satu tahun ya. Jangan sok muda!"
"Tetep aja kamu lebih tua. Terima kenyataan, jangan protes."
"Duh untung sayang, kalo ngga udah adu debat nih kita." Gina berkata sambil mengecup kepalaku.
"Gin! Tempat umum ih!" Aku khawatir ada yang melihat dan berpikir aneh tentang kami.
"Biarin, cuek aja. Nanti kalo tempat pribadi aku ciumnya lebih dari barusan."
Aku memukul bahunya. "Serius dikit sih!"
"Iya ini kan aku serius sama kamu, sayang."
Oke, ralat pernyataanku di awal. Selain mengisi hari-hariku dengan senyum dan tawa, dia tetap saja Gina yang menyebalkan.
Tapi penilaian tersebut tidak berlaku bagi mamaku. Mama menyukai Gina dikarenakan tingkahnya yang ceria dan tanpa beban dapat mempengaruhi orang sekitarnya untuk tersenyum, termasuk mama. Gina seringkali nimbrung saat aku sedang video call dengan mama, seperti malam ini.
"Halo tante apa kabar?"
"Hai Gin. Kabar baik, kamu sendiri gimana?"
"Aku baik kok, Tan. Tante sehat?"
Ya, sikapnya yang sopan dan hangat seperti itu yang dapat menarik perhatian mama.
"Puji Tuhan sehat. Kamu nemenin Sena lagi malam ini?"
"Iya, Tan. Sena manja minta ditemenin terus."
Aku menginterupsi karena tidak terima dengan omongannya. "Ih tadi siapa yang mau nginep? Kalo gitu pulang sana!"
"Tuh kan Tan dia masih galak aja. Hahahah."
Aku menghadapkan layar HP ke arahku.
"Kalian ini, selalu aja ribut terus." Mama geleng-geleng sambil tersenyum.
"Kenapa mom? Udah malem kok belum tidur?"
"Iya nih kangen sama anak mama yang sekarang sibuk terus dan belum pernah pulang." Mama menyindirku.
"Yaa maaf ma, cafe masih belum terlalu bisa ditinggal. Udah hired manajer tapi tetep harus di control. Nanti aku atur waktu sama Selly ya kapan aku bisa ambil day off beberapa hari."
Gina ikut nongol di layar HP. "Minggu depan ada tanggal merah tuh. Nanti aku anter Sena pulang kampung deh tan. Dijamin sampe ke hadapan tante dengan selamat. Selanjutnya bisa tante marahin sepuas hati. Hahaha."
Aku memukulnya. "Ih kamu ikut-ikutan aja. Sana dulu."
"Boleh juga. Itu kan hari raya, cafe pasti tutup kan? Liburan, jangan kerja terus." Mama setuju dengan usul Gina. Aku tau mama kangen, begitupun denganku.
Baiklah, minggu depan kita berlibur.
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Happy When I'm With You
RomanceRegina, biasa dipanggil Gina : cewek extrovert, manis, periang, cuek sama diri sendiri tapi care sama pasangan, mantan player. Sena : cewek introvert, cantik, kalem, cerdas dan penyabar. Tapi Sena ga bisa sabar menghadapi kelakuannya Gina.