Audy’s PoV
Sena dan Gina baru muncul setelah satu jam aku menunggu di resto hotel. Sedikit banyak, mungkin Sena sudah mengatakan padanya apa tujuanku menemui mereka.Tapi sebelum mengatakan maksud yang sebenarnya, sepertinya seru jika aku mengganggu emosi Gina lagi. Aku janji ini terakhir kalinya.
Let's start.
"So, Gin? Apa lo ga merasa pernah ketemu gue sebelum ini?" tanyaku membuka percakapan setelah mereka berdua duduk.
Gina menjawab malas-malasan. "Gak. Lagian ga penting juga gue nginget-nginget lo."
"Hmm...gitu ya? Do you remember about Arq?" Aku masih ingin memancingnya dengan menyebutkan nama tempat dimana kami bertemu dulu.
Kedua alis Gina berkerut. Masih belum ingat rupanya.
"Aussie? Empat tahun lalu?" Aku mencoba membawa ingatannya dan juga untuk memastikan apakah ia benar-benar lupa atau pura-pura lupa.
Gina semakin mengerutkan keningnya.
"Bule seksi berambut merah yang nyiram lo pake minuman."
Setelah beberapa detik ia mulai melihatku dengan sorot mata sedikit ketakutan, kemudian menggelengkan kepalanya. Aku tersenyum sinis. Kini dia sudah ingat padaku.
“Sena berhak tau mengenai betapa brengseknya lo.”
“Sena udah tau semua baik buruknya tentang gue.” Baiklah, dia mencoba bertahan.
“Are you sure?” Aku makin tertarik mengganggunya lebih jauh.
“Memangnya ada apa? Kalian pernah ketemu sebelum ini? Bule seksi siapa?” Sena melihatku dan Gina bergantian.
“Pernah. Udah lama,” jawabku.
“Ketemu di mana?”
Gina mencegah aku menjawab. “What do you want, Audy?”
Aku melihat langsung padanya. “Oh. For obvious reason, I want her.” Aku memberi isyarat dengan mataku dengan maksud menunjuk Sena.
Gina tersenyum meremehkanku. “Go ahead. It's been a long time. Gue udah ga pernah macem-macem lagi sejak ketemu Sena.”
“Kalau setelah gue cerita terus Sena memutuskan untuk berpisah sama lo, lo harus terima.”
“You wish!”
“Lo terlalu pede, Gin. Sena sangat berhak mendapatkan seseorang yang jauh lebih baik daripada lo.”
Gina diam. Mungkin dia sangat ingin melawanku tapi dia tau kalau aku mengetahui rahasia kecilnya, yang bisa saja membahayakan hubungan mereka lagi.
“Kenapa? Takut dia pergi ninggalin lo?” Well, harus kuakui, aku suka menantangnya seperti ini.
“Dua kali lo pergi ninggalin dia. Boleh dong kalau kali ini Sena yang meninggalkan lo? Dan lo ga perlu khawatir, gue akan jaga Sena baik-baik. Seperti yang gue lakukan beberapa bulan ini, saat lo pergi.”
“Mau lo apa sih? Jangan berbelit-belit deh.” Gina menggebrak meja. Untung resto sudah mulai sepi karena sudah menjelang siang.
Aku menoleh pada Sena yang dari tadi hanya menonton. “Apa yang kamu lihat sih Sen dari orang emosian macam dia? Mending juga sama aku.”
Sena tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya.
“Kamu jangan ganggu dia lagi. Udah sana omongin yang sebenernya.”“Seru tau gangguin dia. Gampang meledak.”
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Happy When I'm With You
RomanceRegina, biasa dipanggil Gina : cewek extrovert, manis, periang, cuek sama diri sendiri tapi care sama pasangan, mantan player. Sena : cewek introvert, cantik, kalem, cerdas dan penyabar. Tapi Sena ga bisa sabar menghadapi kelakuannya Gina.