4. taruhan

438 55 2
                                    

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

"Loh Olivia nya mana Kai?"

Niel menatap bingung Kaila yang hanya masuk seorang diri.

"Gue usir dianya."

Kaila menjawab dengan enteng pertanyaan Niel.

"Kenapa di usir sih?"

"Niel.. lo tanya kenapa?? Lo lupa kalau hanya kita aja yang boleh masuk ke sini. Bahkan guru-guru enggak boleh masuk. Bagaimana bisa dia dengan gampangnya masuk kesini."

Kaila menjawab sewot pertanyaan Niel.

Tara menyerahkan satu handuk berwarna putih kepada kaila. Dan dengan senang hati kaila menerima handuk tersebut.

"Yah.. Olivia kan beda."

Gerakkan kaila yang sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk berhenti. Dia menatap tajam Niel.

"Dengar ya Niel. Kalau lo tertarik dengan Olivia, itu sama sekali enggak bisa buat dia masuk kedalam ruangan ini. Jadi jangan harap Olivia masuk kesini. Dan juga Tara.. gue enggak nyangka lo lebih mentingi Olivia itu dari pada gue. Lo dengan gampangnya berikan jaket lo sama dia, yang seharusnya itu untuk gue. Kalian berdua ini sudah dihipnotis sama dia."

Dengan kesal kaila membanting handuk yang diberikan oleh Tara tadi. Dia juga keluar dari ruangan dan menutup pintu ruangan dengan sangat keras.

"Emangnya Olivia pesulap. Sampai bisa hipnotis kita?"

Niel menggelengkan kepalanya menatap kepergian kaila.

Tara membuka seragamnya yang basah itu dan hanya tersisa kaos hitam yang sangat pas di tubuh atletis nya itu.

"Udah lah.. lo kayak enggak tau kaila aja. Kalau udah bicara tentang perempuan dia jadi sensitif."

Niel menatap Tara dengan senyuman yang jahil. Dia segera mendekat kepada Tara.

Melihat kelakuan aneh Niel membuat Tara sedikit bingung.

"Kenapa?"

"Gue punya ide."

"Ide?"

"Gimana kalau kita taruhan."

"Taruhan apaan sih Niel. Gak usah yang aneh-aneh deh."
Tara tertawa mendengar ide Niel yang tidak masuk akal itu.

"Kita taruhan. Siapa yang akan dapetin Olivia dia yang menang."

"Gila nih! Jangan jadiin dia taruhan dah. Kita gak tau akibatnya nanti."

"Alah Tara.. gue tau kali, kalo lo juga tertarik kan sama Olivia? Jadi enggak usah sok gak tertarik gitu."

"Yang menang dapat apa?"

"Kayaknya ada yang semangat nih."

Tara yang mendengar olokan Niel segera berdiri dan menatap tidak suka Niel.

"Ya udah kalau enggak dapat apa-apa. Untuk a--"

"Yang kalah akan bayarin semua ongkos dan keperluan kita untuk liburan di London nanti."

Tara yang mendengar itu sedikit terkejut.

"Lo yakin?"

Niel hanya menganggukkan kepalanya dengan yakin.

"Itu gak murah loh."

"Ya makannya itu yang kalah siap-siap aja. Emangnya kenapa? Bokap lo dah bangkrut makannya gak berani?"

"Siapa bilang gue gak berani? Oke kalau gitu. Gue setuju."

Niel yang mendengar itu tersenyum. Dia berdiri dan menjulurkan tangannya kepada Tara.

"Tapi ingat.. taruhan ini enggak boleh sama sekali pakai perasaan."

"Tentu aja. Lagian Olivia bukan tipe gue. Deal?"

Tara pun menjabat tangan Niel dengan yakin.

"Deal!"

---

Setelah kaila sudah berganti pakaian, dia langsung masuk kedalam kelas yang sedang tidak ada guru itu. Semua guru memang sedang mengadakan rapat untuk ujian semester mereka.

Dengan santainya kaila memasuki kelas, padahal dia masuk di jam terakhir.

Kelas khusus perempuan itu sama sekali tidak menanggapi kedatangan kaila. Mereka hanya sibuk dengan urusan masing-masing. Ada yang berdandan, bergosip dengan teman-teman ataupun hanya membaca dan belajar.

Setelah Kaila duduk di bangkunya, dia langsung mengeluarkan handphone genggamnya. Kaila pun asik dengan dunianya sendiri.

Tapi kaila menatap tidak suka kepada perempuan yang disampingnya.

"Ngapain lo duduk disitu?"

Olivia hanya menatap sekilas kaila dan melanjutkan mengerjakan soal-soal yang ada di bukunya itu.

"Kalau orang tanya itu dijawab!"

Kaila yang tidak dihiraukan oleh Olivia sedikit membesarkan suaranya. Kelas yang tadinya ribut kini hening seketika.

Olivia mengehentikan tulisannya dan menghela nafas panjang. Dia dengan kasar menutup bukunya dan menatap dengan senyum miringnya kearah kaila.

"Kenapa? Ada masalah sama lo?"

"Pindah!"

Kaila menatap Olivia dengan tak kalah tajamnya.

"Hak gue untuk duduk dimana aja. Gak ada hubungannya kan sama lo?"

"Ada lah! Kalau lo disebelah gue, gue jadi gak konsen belajar."

Mendengar perkataan kaila, Olivia berdecak dan tersenyum miring.

"Belajar? Sejak kapan lo belajar? Bahkan lo baru masuk kelas di jam terakhir. Itu yang namanya belajar?"

Seluruh siswi dikelas itu menertawakan Kaila. Mereka sangat setuju dengan ucapan Olivia. Bahkan banyak diantara mereka yang bertaruh siapa yang akan menang debat itu. Apakah Olivia atau kaila.

Tapi mendengar tawaan para siswi membuat Kaila geram dan dia langsung berdiri dari tempat duduknya.

Dia mendekati Olivia yang masih menatapnya dengan pandangan tajam itu.

"Anak baru kayak lo itu kayaknya harus dikasih pelajaran."

"Lo pikir gue takut dengan ancaman murahan lo itu?"

---
Hai-hai teman-teman... Saya kembali lagi.. masih dengan cerita yang sama tentunya. Gimana part yang satu ini?

Aku mau ngingetin, jangan lupa kasih bintang dan komentar kalian serta tambahin bloody bet ke reading list kalian yaaaa..

Dan satu lagi jangan lupa follow aku supaya kalian bisa baca cerita-cerita aku yang lainnya..

See you...

Medan, 10 Januari 2020

bloody bet { END }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang