11.Ajakan

289 33 1
                                    

--Kaila menghentikan permainannya ketika dia mendengar seseorang yang mengetuk pintu ruangan dari luar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


--
Kaila menghentikan permainannya ketika dia mendengar seseorang yang mengetuk pintu ruangan dari luar.

Kaila segera berdiri dan berjalan mendekati pintu. Dia membukakan pintu dan tersenyum kepada pria paruh baya yang notabennya sopirnya itu.

Sopir Kaila membawakan satu loyang pizza kesukaan Kaila. Dan dengan senang hati Kaila menerima pizza yang terbungkus dengan kotaknya.

"Makasih ya pak."

Setelah mengucapkan terimakasih Kaila kembali menutup pintu dan meletakkan pizza itu diatasnya meja. Dia juga membukanya dengan semangat. Dia tidak sabar untuk memakan pizza tersebut.

"Wah.. akhirnya makan pizza juga."

Kaila tersenyum setelah berhasil membuka kotak pizza. Dia langsung mengambil satu potong pizza dan dengan cepat memasukkan pizza itu kedalam mulutnya.

Dia memang sudah lama tidak makan pizza. Pasalnya managernya sangat tidak suka jika dia memakan pizza. Kaila memang harus menjaga berat badannya. Tapi untuk hari ini dia tidak perduli dengan hal itu. Dia sangat kesal dan ingin melampiaskan kekesalannya itu dengan memakan pizza.

Belum sampai potongan ketiga Kaila menghentikan makannya dan menatap pria yang masuk kedalam ruangan itu.

Dia tersenyum dengan ceria menatap pria itu.

"Mau gak??"

"Lo harusnya jaga berat badan Kai. Gimana kalau nanti manager lo marah-marah lagi?"

Kaila menghela nafas panjang mendengar ocehan Tara.

"Sekali-kali Tar.."

Kaila menunjukkan wajah cemberut kepada Tara. Tara yang melihat itu hanya bisa bernafas panjang.

Tara langsung mengambil sepotong pizza dan memakannya. Kaila yang melihat itu hanya tersenyum dan kembali melanjutkan makannya.

"Udah selesai belajarnya?"

Kaila mencoba membuka pembicaraan.

"Udah. Gue dengar lo keluar dari kelas. Kenapa?"

Kaila langsung mengehentikan kegiatan makannya. Dia tidak mungkin memberitahukannya kepada Tara kalau dia diancam oleh Olivia.

"Gue cuman lagi malas aja. Lo tau kan semalam gue syuting sampai malam. Jadi gue mau istirahat aja."

"Setidaknya lo harus dikelas Kai. Gimana nanti pendapat murid lain?"

"Sejak kapan kamu peduli sama pendapat yang lain Tar?"

Kaila menatap tidak suka kepada Tara. Biasanya Tara akan acuh dengan pendapat orang lain.

"Ya gue cuman bilangin yang benar sama lo. Kai sekali-kali lo tuh harus berfikiran dewasa. Enggak semua orang akan selalu tunduk sama lo."

Mendengar perkataan Tara,Kaila langsung meletakkan kembali. Pizza nya dan langsung berdiri serta mengambil tas ranselnya.

"Dan akan gue pastikan semua orang akan selalu tunduk sama gue."

Setelah mengatakan hal itu, Kaila pergi meninggalkan Tara.

---

Olivia memejamkan kedua matanya, menikmati udara yang semilir itu. Buku yang tadi dia baca diletakkan di sampingnya. Dia sangat beruntung memasuki sekolah ini. Setidaknya dia tidak akan mendapatkan perlakuan yang sama dengan yg didapatnya di sekolah lamanya.

Olivia tersenyum dan masih memejamkan kedua matanya, dia sangat beruntung memiliki orang tau yang dengan cepat langsung memindahkannya ke sekolah ini. Kalau saja dia masih di sekolah yang lama, entah apa yang akan terjadi nantinya.

"Olivia?"

Olivia tersentak mendengar seseorang yang memanggil namanya. Dia langsung menoleh ke sumber suara.

"Lo suka disini ya?"

Tara mendekati Olivia dan duduk disampingnya.

"Bisa dibilang begitu."

Olivia kembali memejamkan kedua matanya dan menikmati udara.

"Nanti sore.. mau jalan sama gue gak?"

"Kemana?"

Olivia menjawab pertanyaan itu dengan santai. Dia tidak terkejut mendengar tawaran dari Tara itu.

"Kemana aja yang lo mau."

"Gue lagi mau nyari Novel. Gimana?"

Tara tersenyum mendengarnya. Dia sudah bisa menebak jika Olivia pasti mau pergi ke tempat yang berbau dengan buku.

"Tentu aja. Gue juga lagi mau nyari buku pelajaran. Gue akan jemput lo di rumah."

Olivia tertawa mendengarnya. Dia tertawa sangat lepas. Tawanya itu membuat pipi Tara sedikit memanas.

"Kenapa?"

Olivia menggelengkan kepalanya sambil tertawa. Dia belum bisa berhenti untuk tertawa saat ini. Wajah Tara yang sedikit polos serta pipinya yang sedikit merah membuat Olivia semakin tertawa.

"Lo yakin?"

Tara menganggukkan kepalanya dengan yakin. Olivia perlahan mengontrol tawanya.

"Lo aja takut masuk rumah gue, gimana nanti?"

Tara tersenyum malu mendengar Olivia. Dia memang waktu itu sangat takut untuk menerima tawaran Olivia yang mengajaknya masuk kerumahnya. Tapi kini dia akan berusaha keras untuk membuang rasa takutnya itu.

"Ah... Waktu itu gue hanya sedikit terkejut. Tapi kalau gue ke rumah lo lagi, akan gue pastiin gue enggak akan takut."

Tara sangat meyakinkan Olivia jika dia tidak akan takut lagi. Olivia hanya membalasnya dengan senyuman tipisnya.

"Yaudah kalau gitu, jam empat gue tunggu."

Olivia berdiri dari duduknya dan tak lupa membawa novel kesukaannya itu.

Melihat Olivia berdiri, Tara juga ikutan berdiri dan masih setia menatap Olivia.

"Oke kalau gitu."

Olivia pun berjalan meninggalkan Tara. Tapi belum sempat dia merah knop pintu, Tara berteriak kepadanya.

"Pakai baju putih dan dandan yang cantik ya Liv!"

Olivia sedikit tidak mengerti maksud perkataan Tara. Dia hanya tersenyum tipis dan kembali melanjutkan langkahnya.

---

Hai-hai aku kembali lagi.. dengan cerita yang sama tentunya.

Mau bilang, jangan lupa kasih bintang, komentar dan juga tambahin Bloody Bet ke reading list kalian.

Love you guysss..

Medan, 13 Februari 2020

bloody bet { END }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang