Diam adalah kunci dari sebuah amarah.
-A&K-
---
"Lo bilang apa?"
Kaila sedikit tersentak ketika Olivia membicarakan semua yang dia alami.
Olivia menatap ke sekelilingnya. Dia menghela nafas panjang dan tersenyum menatap Kaila.
"Gue enggak bodoh, jadi lo jangan coba-coba sekali lagi ngusik kehidupan gue."
Olivia memberi peringatan kepada Kaila. Dia tidak suka jika seseorang mengusik hidupnya. Apalagi perempuan di depannya ini.
"Lo ngancam gue?"
Kaila menatap Olivia dengan pandangan tak bersahabat. Dia menatap Olivia tajam dan bahkan dia mengeraskan rahangnya.
Mendengar hal itu, Olivia tertawa. Dia tidak percaya apa yang di ucapkan oleh Kaila. Mengancam katanya?
Olivia berjalan mendekati Kaila. Dia mengelus bahu Kaila dengan lembut.
"Gue enggak pernah ngancam lo. Tapi kalau lo berfikir seperti itu.. ya itu terserah lo."
Kaila menahan amarahnya. Dia tidak bisa berlama-lama dengan perempuan ini. Kaila langsung berbalik hendak pergi dari tempat itu. Tapi baru beberapa langkah dia berjalan, Kaila berhenti ketika Olivia berbicara.
"Gue bisa dengan gampangnya memberi tau semua murid di sekolah ini. Kalau princess mereka iri dengan murid baru. Dan juga, kedua sahabatnya itu membela murid baru dari pada dia."
Kaila yang mendengar itu langsung membalikkan badannya kearah Olivia.
"Menarik bukan?"
Olivia tersenyum miring ketika melihat Kaila gemetar. Olivia kembali mendekat kepada Kaila. Dia mendekatkan bibirnya ke telinga Kaila.
"Jadi jangan pernah ngusik hidup gue lagi."
Olivia menekankan omongannya. Dan setelah mengatakan itu, dia pergi meninggalkan Kaila yang masih diam mematung.
Kaila sangat ingin menjambak perempuan itu dan menjatuhkannya dari atas roof top ini. Tapi jika dia melakukannya, otomatis dia akan jadi tersangka.
Dan imagenya akan semakin memburuk. Jadi saat ini Kaila hanya bisa diam dan menahan seluruh amarahnya.
Kaila kembali berjalan meninggalkan roof top dan berjalan menuju ruang kelasnya.
Dapat Kaila lihat Olivia sudah duduk dengan tenang di bangkunya. Dia masih saja membaca novel kesukaannya itu.
Kaila saat ini tidak mau mengganggu Olivia, dia berjalan kearah kursinya dan mengambil tas yang dia letakkan di atas mejanya dengan kasar.
Banyak siswi yang melihat hal dan menatap bingung Kaila. Mereka pada berkumpul dan kembali menggosipkan Kaila.
Ketika Kaila hendak keluar dari kelas, guru mereka datang dan menatap Kaila.
"Kamu mau kemana?"
"Keluar."
Kaila hanya mengatakan satu kata itu dan keluar dari kelas tersebut. Guru mereka hanya bisa diam mendapatkan perlakukan seperti itu.
Guru tersebut tidak bisa menahan Kaila. Dia hanya menghela nafas panjang dan menyapa murid lainnya dengan senyuman.
Kaila pergi menemui salah satu seseorang yang akan membantunya. Dia yakin pria itu akan membantunya dengan mencari tau semua tentang Olivia.
Kaila berjalan memasuki gudang yang biasanya tempat pertemuan mereka berdua. Pria itu memang suka bertemu di gudang sekolah mereka.
Kaila langsung menghidupkan lampu untuk menerangi ruangan yang gelap gulita itu.
Setelah Kaila menghidupkan lampu, dia dapat melihat pria dengan Hoodie hitam duduk disalah satu bangku yang tersedia. Pria itu menutupi kepalanya dengan Hoodie nya.
Kaila segera menghampiri pria itu dan duduk di depannya. Kaila memberikan foto seseorang kepada pria yang ada didepannya.
"Gue mau lo nyari tau semua tentang dia semuanya. Terutama alasan kenapa dia pindah sekolah."
Pria yang menutup kepalanya dengan memakai Hoodie itu mengangguk-angguk kepalanya. Dia melihat foto yang diberikan oleh Kaila.
"Dia lumayan."
Kaila membesarkan kedua matanya. Dia tidak percaya jika pria yang ada didepannya ini juga tertarik dengan Olivia.
"CK.. sebegitu menawannya dia? Padahal dia tidak ada apa-apa dibandingin gue."
Kaila berdiri dari tempat duduknya dan kembali menyandang tas sekolahnya.
"Jangan sampai semua ini ketahuan sama Tara dan Niel. Satu lagi, cari tau itu secepat mungkin."
Setelah mengatakan hal itu Kaila pergi menuju pintu keluar. Tapi sebelum dia keluar dari gudang itu, Kaila kembali mematikan lampu. Dia tau jika pria itu sama sekali tidak menyukai tempat yang terang.
Pria itu masih menatap foto itu dengan seksama. Dia tersenyum miring.
"Olivia Chandra."
---
Kaila kembali menaiki tangga dan menuju ruangan tempat mereka berkumpul.
Dia sangat malas untuk ke kelas. Jika dia dikelas, otomatis dia akan bertemu dengan Olivia. Untuk saat ini Kaila sama sekali tidak ingin bertemu dengan perempuan licik itu.
Kaila juga sudah menelfon sopirnya untuk membelikannya beberapa cemilan. Dia sangat bosan jika tidak ada cemilan yang tersedia.
Kaila menatap pintu yang bercat hijau itu. Dia memegang kenop pintu dan membukanya.
Sepi. Tidak ada satu orang pun didalam itu. Kaila sangat yakin jika Niel sedang ada syuting atau kegiatan lainnya. Sedangkan Tara dia pasti sedang berada di perpustakaan untuk membaca ataupun mengerjakan soal-soal yang sulit dia mengerti.
Kaila berjalan meletakkan tas ranselnya di meja dan langsung duduk di salah satu sofa.
Kaila menatap seluruh ruangan itu, dan dia tersenyum menatap salah satu benda favoritnya itu.
Kaila sudah lama tidak memainkan alat musik yang berada di ruangan itu. Dia langsung berdiri dan berjalan mendekati piano yang berdiri tegak di sudut ruangan.
Kaila duduk di kursi kecil yang ada di depan piano itu. Dia meletakkan kedua tangannya di atas tuts piano itu.
Dia menekan tuts piano dengan lincah dan penuh penghayatan. Kaila memang sangat lancar jika bermain Piano.
Seluruh ruangan itu terdengar suara alunan musik yang penuh makna itu.
Biasanya Kaila akan memainkan pianonya ketika Tara dan Niel ingin mendengarnya. Tapi kali dia memainkan piano itu tanpa ada Tara maupun Niel yang mendengarkan.
---
Hai-hai teman-teman.. aku kembali lagi..
Jangan lupa kasih bintang, komentar dan juga tambahin Bloody Bet ke reading list kalian ya..
Dan juga jangan lupa pollow aku.. supaya kalian bis baca cerita-cerita aku yang lainnya..
See you..
Medan, 8 Februari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
bloody bet { END }
JugendliteraturOlivia Chandra seorang siswa baru di SMA Kartika. Sosok Olivia yang misterius menarik perhatian dua siswa populer di sekolah itu yaitu Tara dan Niel. Tara dan Niel yang begitu tertarik kepada Olivia membuat Kaila yang notabennya sahabat mereka menja...