17. fakta

295 32 2
                                    


Dendam,enam huruf yang akan terus membuatmu berada dalam bayang kebencian.

-A&K-

---

Jam istirahat sudah berbunyi dan membuat para siswi yang berada dikelas Kaila langsung berhamburan keluar untuk mengisi perut mereka. Tidak lupa juga mereka berdandan terlebih dahulu.

Kaila yang mendengar bel tersebut langsung menyusun bukunya dan menyimpannya kedalam Tas.

Dia bangkit dan berjalan menuju Bangkunya Olivia yang berada di sebelahnya.

"Ayok kita keluar!"

Olivia menatap Kaila dan mengernyit kan dahinya.

"Kemana?"

"Ruangan."

"Ruangan apaan?"

"Ruangan yang hanya bisa dimasuki oleh aku, Tara, Niel dan sekarang Kamu. Ayo cepat."

Dan lagi, mau tidak mau Olivia bangkit dan berjalan mengikuti Kaila. Mereka berdua berjalan beriringan. Banyak pasang mata yang menatap tidak percaya kearah mereka. Pasalnya rumor bahwa mereka berusaha yang bertengkar sudah menyebar, dan sekarang Kaila bahkan mengajak gabung Olivia kedalam kelompoknya.

Jadi mereka berdua menjadi pusat perhatian semua murid yang ada di koridor.

Kaila yang sudah biasa menjadi pusat perhatian hanya berjalan santai tanpa menghiraukan para siswa-siswi yang melihat mereka.

Tapi tidak dengan Olivia. Dia sedikit risih menjadi pusat perhatian banyak orang.

"Udah santai aja. Anggap aja mereka gak ada."

Kaila yang mengerti risih nya Olivia langsung menoleh dan tersenyum kepada Olivia.

Olivia yang mendengar itu kembali membalas senyuman Kaila.

Mereka berdua akhirnya berjalan dengan santai walupun banyak orang yang melihat kearah mereka.

Akhirnya Kaila dan Olivia sampai di depan ruangan yang sangat ingin Olivia masuki itu.

Kaila membuka pintu ruangan itu dan masuk duluan dan diikuti oleh Olivia.

Dia tersenyum melihat Tara dan Niel telah berada didalam.

"Guys lihat nih aku bawa siapa!"

Tara dan Niel langsung melihat kearah Kaila. Mereka berdua terkejut melihat keberadaan Olivia. Olivia yang ditatap seperti itu hanya tersenyum kikuk.

"Olivia kenapa bisa di sini?"

"Olivia sekarang udah jadi kelompok kita. Jadi dia sekarang akan berada disini tentunya."

Tara dan Niel bukannya terkejut malah tersenyum mendengar perkataan Kaila. Mereka berdua sangat senang jika Olivia berada didekat mereka.

Kaila berjalan duduk di sofa terdekat dan mengambil satu potong ayam yang sudah berada di atas meja itu.

Sedangkan Olivia, dia masih serius melihat sekeliling ruangan yang hanya bisa dimasuki oleh Tiga orang itu.

Dia sangat mengagumi isi dari ruangan ini.

Kaila yang melihat itu tersenyum.
"Olivia.. duduk sini!"

Kaila menepuk sofa yang kosong disampingnya. Olivia pun berjalan mendekati sofa dan duduk di samping Kaila.

"Makan aja Liv ayamnya."

---

Kaila kembali memasuki gudang sekolah mereka. Dia pergi kesini tanpa sepengetahuan Tara ataupun Niel.

Dia memang sudah memiliki janji dengan Khan. Dan sekarang Khan sedang berdiri menunggu kedatangannya.

Kaila segera menghampiri pria itu dan tersenyum kepadanya.

"Gimana berhasil drama yang lo lakuin?"

Kaila mendekat kearah kursi yang ada dan duduk disitu. Dia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.

"Semua yang lo suruh udah gue lakuin. Sekarang gue mau lo bertindak. Gue enggak mau kalau Olivia terus dekat sama kami. Keluarin dia dari sekolah atau lo bisa lakukan apapun supaya dia tidak ada di depan gue."

Khan tertawa mendengar perkataan Kaila. Dia mendekat kearah Kaila dan mengelus puncak kepala Kaila.

"Sabar Kaila.. semua ada waktunya. Lo hanya perlu buat Olivia ada di dekat lo dan saat itu gue akan bertindak. Akan gue buat dia menyesali perbuatannya."

Tatap mata Khan tajam. Senyuman yang tadi lembut berubah menjadi senyuman miringnya. Dia sangat ingin membuat Olivia merasakan apa yang sudah dia alami selama ini. Perempuan itu harus menanggung perbuatannya.

"Gue dari dulu penasaran. Apa yang dia lakukan hingga lo jadi seperti ini?"

Kaila menyingkirkan tangan Khan yang tadi mengelus puncak kepalanya dengan kasar.

"Lo enggak perlu tau. Yang terpenting kita sama-sama ingin menghancurkan Olivia."

"Gue enggak bisa kerja sama dengan orang yang tidak transparan sama gue. Gue memberitahu lo semuanya, tapi lo?"

"Gue udah bilang lo engg--"

"Kalau lo masih enggak kasih tau semuanya, gue enggak mau kerja sama dengan lo."

Kaila berdiri dari tempat duduknya ingin keluar dari gudang, tetapi belum jauh dia berjalan, Khan membaut langkahnya berhenti.

"Dia udah bunuh adik gue. Bahkan dengan cara yang sangat keji."

Kaila menghadap kearah Khan dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Dia sangat terkejut mendengar perkataan Khan.

Dia tidak percaya jika Olivia mampu membunuh orang dengan tangannya sendiri.

"Jangan bercanda Khan. Mana mungkin Olivia membunuh orang"

"Gue gak bercanda. Dia ngebunuh adik gue dengan cara keji dan bahkan dia membuat tangan gue menjadi seperti ini."

Khan menunjukkan tangannya yang terdapat bekas sayatan pisau dan bekas tersebut sangat banyak.

"Kenapa.. kenapa dia ngelakuin itu sama lo?"

Khan tersenyum miring. Tetapi tatapannya sendu.

"Adik gue.. Adelia, membuat masalah dengan Olivia. Dia membuat Olivia menjadi malu dan marah. Dan lo tau apa pembalasan Olivia? Dia menyekap Adelia dan mengikatnya. Dia bahkan mematahkan satu persatu jari jari Adelia dan mengirim jari itu ke rumah kami. Ibu yang melihat itu sangat shock dan ibu perlahan menjadi stress.

"Dan seminggu kemudian polisi menemukan mayat Adelia di gudang belakang sekolahnya dengan keadaan yang tersayat dengan pisau tanpa jari. Mungkin kalau lo jadi gue, lo akan sangat ingin membunuh Olivia. Setelah gue tau kalau dia yang membunuh Adelia, gue segera mendatangi dia dan ingin membunuhnya, tapi dia lebih lincah dari gue. Dia mengikat gue dan melakukan apa yang dia lakukan kepada Adelia. Tapi masih di tangan gue. Karena saat itu, polisi datang. Dan dia langsung pergi begitu saja."

Kaila hanya bisa diam ditempatnya. Dia tidak tau apa yang ada dipikirannya saat ini.

"Olivia.. dia psikopat?"

----

Yuhu... Gimana part kali ini gess.. udah mau sampai puncak konflik nih.. jadi tungguin terus ya..

Ily..

Medan, 15 Maret 2020

bloody bet { END }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang