Jangan takut dengan apa yang kamu lihat. Tetapi takutlah dengan apa yang kamu perbuat.
-As&Ka-
🌵🌵🌵
Olivia menatap buku-buku itu dengan seksama. Dia meneliti setiap buku yang akan dia ambil.
Olivia memang sangat suka pergi ke toko buku. Dalam seminggu mungkin dua atau tiga kali dia akan pergi ke toko buku.
Apalagi toko buku Gramedia yang ada di mall center point. Toko buku favoritnya itu.
"Ini dia!"
Olivia mengambil satu buku yang lumayan tebal itu. Dia memasukkan buku tersebut kedalam keranjang yang tadi diambilnya.
Dia kembali berjalan mencari buku lainnya. Hingga tanpa sengaja dia menabrak seorang pria yang sangat ia kenali.
"Olivia?"
Olivia sedikit terkejut melihat pria itu.
"Tara."
Tara tersenyum melihat keterkejutan Olivia.
"Lo juga suka kesini?"
Olivia menganggukan kepalanya. Dapat dia lihat Tara membawa beberapa buku pelajaran yang akan dia beli.
Olivia kembali memilih buku tanpa mengindahkan keberadaan Tara.
"Oliv.. masalah di sekolah tadi lo enggak usah pikirin ya."
Olivia menghela nafas panjang.
"Gue sama sekali enggak mikirin itu."
"Gue senang dengarnya. Gue pikir lo masih kepikiran dengan masalah itu."
"Bisa berhenti bahas tentang itu?"
Olivia menatap Tara dengan pandangan memohon. Dia tidak suka jika membahas hal yang sudah berlalu.
Setelah mengambil beberapa buku, Olivia berjalan menuju kearah novel. Dia sudah habis membaca novel sebelumnya, jadi dia hendak membeli yang baru.
Tara masih saja mengikuti Olivia.
"Novel pembunuhan lagi?"
Olivia memang mengambil dua novel tentang pembunuhan.
"Lo itu memang suka ya sama pembunuhan-pembunuhan gitu?"
"Lo ini enggak ada urusan lain ya? Sampai harus ngikutin gue gini?"
Olivia menatap tajam Tara. Dia sangat risih jika diikuti terus-menerus.
"Tadinya ada. Tapi setelah gue lihat lo, urusan gue sekarang ada di depan gue." Tara tersenyum manis kepada Olivia.
Mendengar hal itu, Olivia memutar bola matanya. Dia sudah biasa dengan gombalan dan semua omong kosong dari banyak pria.
Olivia berjalan menuju kasir. Dia ingin menyudahkan belanjaannya untuk hari ini.
Tara masih saja mengikutinya, bahkan dia juga membayar belanjanya.
Setelah Tara selesai, dia menunggu Olivia.
Setelah Olivia selesai, Tara kembali mengikuti Olivia.
Dia mengikuti Olivia dari belakang. Dan tanpa Olivia sadari Tara memfotonya dari belakang.
Setelah mendapatkan hasil yang bagus, Tara berjalan mendekati Olivia.
Olivia yang melihat hal itu berhenti. Dia menatap Tara jengah.
"Lo kenapa ngikutin gue mulu sih?"
"Emangnya kenapa lo enggak suka?"
"Gue mau pulang Tara. Jadi berhenti ngikuti gue!"
"Lo lapar gak?"
"Jangan ngalihin pembicaraan!"
"Gue traktir deh.. lo mau makan apa?"
Olivia tidak menjawab pertanyaan Tara. Dia kembali berjalan. Tapi kali ini Olivia memasuki salah satu tempat makan favoritnya.
Tara yang masih mengikuti arah perginya Olivia langsung tersenyum. Dia tidak tau jika gampang sekali membujuk Olivia.
Setelah duduk di tempat makan itu, Olivia langsung meminta menu kepada pelayannya.
"Lo suka pizza?"
Olivia hanya menganggukkan kepalanya dan memesan pizza dan minuman untuk dirinya. Begitu pula dengan Tara.
"Gue pikir lo tadi enggak mau diajak makan."
"Siapa yang enggak mau kalau di bayarin."
Tara hanya tertawa mendengar perkataan Olivia. Tanpa mereka sadari percakapan mereka mulai semakin menarik. Yang tadinya Olivia hanya berbicara singkat, kini dia bahkan bisa tertawa mendengar lelucon yang Tara lontarkan.
Mereka berdua hanyut lama percakapan mereka. Bahkan setelah pesanan mereka datang, mereka masih saja berbicara sambil makan.
Setelah membayar pesanan tadi, Tara dan Olivia berjalan keluar.
"Mau gue anterin pulang?"
Olivia yang mendengar tawaran itu sedikit bingung.
"Udah malam loh Liv. Enggak baik anak perempuan pulang malam-malam. Gue anterin aja ya?"
"Ya udah kalau lo enggak keberatan."
"Dengan senang hati malahan."
🌵🌵🌵
Tara menatap rumah yang ada didepannya. Dia tidak percaya jika Olivia tinggal di sana.
Rumah itu memang besar, tapi pencahayaan yang kurang dan terlebih lagi banyaknya pepohonan membuat rumah itu semakin mengerikan. Bahkan dengan melihat rumah itu saja, Tara merinding. Apalagi jika dia masuk kedalam rumah itu.
"Makasih udah nganterin."
Olivia melepaskan seat belt nya. Tapi sebelum Olivia keluar Tara menahan tangan Olivia.
"Lo tinggal sendiri?"
"Enggak.. orang tua gue lagi pergi keluar kota. Gue tinggal sama Abang gue kok. Tapi biasanya dia pulang malam."
Tara menganggukkan kepalanya.
"Gimana kalau lo kerumah gue aja. Atau enggak kita jalan-jalan dulu? Kalau Abang lo udah pulang baru kita balik kesini lagi."Olivia tertawa mendengar tawaran Tara. Dia tau jika Tara takut dengan keadaan rumahnya.
"Gue udah biasa Tara. Jadi lo enggak perlu khawatir. Gue turun ya. Makasih udah anterin."
Tara hanya menganggukkan kepalanya. Olivia akhirnya turun. Setelah Olivia turun dari mobil Tara, Olivia melambaikan tangannya melihat kepergian Tara.
Setelah mobil Tara pergi, Olivia tersenyum miring.
"Sama rumah gue aja takut. Dasar pecundang."
🌵🌵🌵
Hai-hai teman-teman saya kembali lagi..
Gimana part ini?
Jangan lupa untuk kasih bintang, komentar dan juga tambahin bloody bet ke reading list kalian yaaaa..
Serta jangan lupa follow author nya..
Love you..
Medan, 19 Januari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
bloody bet { END }
Teen FictionOlivia Chandra seorang siswa baru di SMA Kartika. Sosok Olivia yang misterius menarik perhatian dua siswa populer di sekolah itu yaitu Tara dan Niel. Tara dan Niel yang begitu tertarik kepada Olivia membuat Kaila yang notabennya sahabat mereka menja...