3.Olivia

446 55 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




🔺🔻🔺🔻

"Olivia."

Olivia menatap Niel dengan pandangan menilai.

"Lo ngapain disini? Sini gabung sama kita aja."

Niel mencoba untuk membuat Olivia bergabung dengan mereka. Olivia pun berjalan mendekati mereka. Tapi, belum sempat dia mendekat kaila langsung membuatnya berhenti.

" Harus berteman dengan yang setara dengan kita, lo harus ingat itu Niel!"

Niel menoleh menatap kaila. Dia tidak tau kenapa kaila bersikap seperti itu kepada Olivia.

Olivia yang tadinya berhenti berjalan, kini dia kembali berjalan kearah mereka. Dia bahkan dengan berani duduk di sofa yang tadinya kaila, Tara dan Niel duduki. Bahkan dengan santainya dia duduk bersilang di sofa itu.

Melihat perbuatan Olivia, kaila sangat marah melihatnya.

"Berani banget lo duduk di sofa itu. Berdiri!"

Olivia melihat kemarahan kaila hanya tersenyum miring. Dia membuka ikat rambutnya dan merapikan rambut panjangnya. Olivia membiarkan rambut panjangnya itu diterpa oleh angin.

"Tadi gue dengar lo bilang harus berteman dengan yang setara dengan kalian? Gue baru tau jika sekolah ini ada geng seperti itu."

"Geng? Kami bukan geng seperti yang lo kira."

"Jadi kami semua ini sama sekali enggak setara sama kalian? Jadi kami rendahan gitu makannya kalian tidak setara dengan kami? Atau kalian yang rendahan makannya kami tidak setara dengan kalian?"

Olivia tersenyum melihat reaksi kaila. Dia tersenyum miring.

"Lo suka novel pembunuhan?"

Tara mencoba untuk membuat suasana kembali menjadi tentram. Dia bertanya karena Olivia sedang memegang novel yang dia tau jika novel itu bercerita tentang pembunuhan berantai.

Olivia yang tadinya menatap kaila, kini menoleh kearah Tara.

"Ini?"

Olivia mengangkat sedikit novelnya. Memastikan jika novel itu yang dimaksud oleh Tara.

"Iya itu. Itu cerita tentang pembunuhan berantai satu keluarga kan? Gue dulu pernah baca setengah. Tapi enggak gue lanjutkan karena ceritanya sangat mengerikan."

Olivia tersenyum miring mendengar perkataan Tara.

"Menurut gue pembunuhan itu sangat menyenangkan."

"Psikopat!"

Kaila menatap sinis kepada Olivia.

Olivia hanya tersenyum membalas perkataan kaila.

Mereka berdua bertatapan tanpa satu dari mereka untuk mengalah. Hingga hujan dengan derasnya menerpa mereka berempat.

Dengan sigap Olivia berdiri dari duduknya. Dia segera melindungi novel yang sedang dia pegang.

Tapi Olivia sama sekali tidak merasakan air hujan membasahinya.

Dengan refleks Olivia menatap keatas dan melihat seseorang telah melindunginya dari hujan dengan meletakkan jaketnya tepat di atas kepala Olivia.

"Tara.. Lo?"

Kaila tidak percaya menatap Tara, yang baru saja menyakinkan dirinya bahwa tidak ada air hujan yang dapat mengenai kaila. Tapi sekarang, bukan dirinya yang dilindungi oleh Tara, melainkan perempuan baru yang tiba-tiba muncul dan mencuri posisinya itu.

Sedangkan Niel, dia langsung berlari menyelamatkan kamera yang tadi hanya diletakkan di lantai oleh Tara. Dia tidak perduli akan hak apapun, dipikirannya saat ini adalah kameranya yang akan rusak.

Kaila menatap Olivia yang tidak basah oleh air hujan, sedangkan dia, dia sudah basah oleh air yang sangat menyebalkan itu.

Kaila langsung berlari menuju tempat berlindung.

Dapat kaila lihat Olivia berjalan bersama Tara. Tara masih saja melindungi Olivia dengan jaket kulitnya itu.

"Olivia lobasah? Astaga.. gimana kalau nanti lo jadi sakit?"

Kaila menatap tidak suka kepada Niel.

"Apaan sih Niel? Lo enggak lihat gue udah basah kuyup gini? Dia itu cuman kena sedikit air hujan tapi lo langsung perhatiannya kaya gitu?"

"Astaga.. gue gak sadar kalau princess kita basah kuyup. Ya udah yok kita balik ke ruangan aja. Nanti lo sakit lagi."

Mendapatkan persetujuan dari kaila dan Tara membuat mereka memutuskan untuk kembali ke ruangan khusus mereka itu.

Sesampainya di pintu masuk ruangan, Olivia yang hendak masuk itu langsung digalang oleh kaila.

Kaila merentangkan tangannya untuk menghalangi masuknya Olivia.

"Lo mau masuk kemana?"

Olivia dengan polos menjawab. "Ke dalam lah."

Dia menunjukkan ruangan itu dengan bibirnya.

Kaila tertawa mendengar jawaban Olivia.

"Eh anak baru.. lo itu enggak bisa dan enggak pernah bisa masuk kedalam ruangan ini. Ruangan ini, khusus untuk gue, Tara dan Niel. Jadi orang kayak lo itu enggak bisa untuk masuk kesini. Ngerti?"

Setelah mengatakan hal itu, kaila masuk kedalam menyusul Tara dan Niel. Kaila meninggalkan Olivia sendiri dengan perasaan yang campur aduk.

Dia menatap pintu ruangan itu dengan senyum miring di bibirnya.

"Lihat aja nanti. Gue pastiin akan masuk kedalam ruangan yang khusus buat kalian itu."

Olivia segera meninggalkan tempat itu dan kembali kedalam ruangan kelasnya.

🔺🔻🔺🔻

Hai-hai teman-teman.. hari ini aku update part selanjutnya..

Gimana nih part hari ini?

Mau ngingetin, jangan lupa kasih bintang, komen dan juga tambahin Bloody Bet ke reading list kalian.

Dan juga jangan lupa follow aku ya.. supaya kalian bisa baca cerita-cerita aku yg lainnya..

Mau promosi in ig aku nih.. maysahsabrina4802.. di follow yaa..

Bye-bye..

Medan, 2 Januari 2020

bloody bet { END }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang