22. Kabur

316 30 1
                                    


"Bagaimana kalau giliran Kaila?"

Olivia tersenyum melihat Kaila yang menangis dengan kencang.

"Kalau dia, seharusnya kamu yang menanganinya. Perempuan harus sama perempuan kan?"

"Ide yang bagus."

Olivia mengambil palu yang dipegang Kris dan berjalan mendekati Kaila.

"Lo harusnya bersikap baik sama gue, Kai."

Olivia menatap tajam Kaila dan memukul tulang kaki Kaila dengan keras.

Jeritan kencang keluar dari mulut Kaila.

"Bajingan! Lepasin Kaila!"

Niel berteriak kepada Olivia. Olivia pun mengentikan gerakkannya dan menatap kepada Niel. Olivia tersenyum licik.

"Bang.. dekatkan Kaila dan Tara dan taruh mereka di depan Niel."

Kris yang diperintahkan oleh Olivia langsung mengerjakan permintaan Olivia.

Dia menarik kursi Kaila dan Tara tepat di depan Niel.

"Ambil garam di dapur bang!"

Olivia kembali menyuruh Kris. Dan Kris kembali menuruti permintaan Olivia.

Sementara Kris pergi dan Olivia sedang sibuk kepada Niel, Kaila berusaha untuk mengambil pisau yang masih tertancap di tangan Tara.

Tara yang mengerti maksud dari Kaila, hanya bisa menahan kesakitan yang amat sangat.

Dan kerja keras Kaila membuahkan hasil. Dia berhasil mencabut pisau itu dari tangan Tara. Dan dengan segera Kaila membuka tali yang mengikat tangan Tara dengan memotongnya.

Tara kembali Menggambil pisau itu untuk memotong tali yang ada di tangan kanannya.

Setelah kedua tangan Tara bebas, dia berniat untuk membuka tali di tangan Kaila. Tapi niatnya berhenti ketika Kris datang. Tara dengan segera menyimpan pisau itu dan meletakkan tali di atas tangannya.

"Kita mulai dari mana Niel? Tapi gue paling suka melukai tangan seseorang."

Olivia mengambil pisau dan menggarit lengan Niel. Bukan hanya satu garitan, tapi terdapat tiga garitan. Setelah darah Niel keluar, Olivia meminta garam yang tadi di ambil oleh Kris. Dia meletakkan garam di atas luka Niel. Suara jeritan Niel sangat nyaring.

Tawa Olivia dan Kris sangat keras memenuhi gudang itu.

Ketika mereka berdua sibuk dengan Niel, Tara berusaha untuk membuka tali yang mengikat perutnya. Dia memotongnya dengan pisau. Setelah tali itu lepas, Tara membantu Kaila melepaskan talinya.

"Kita jangan terlalu bermain lama dengan mereka. Kita harus cepat membereskan mereka Liv."

Kris mencoba mengingatkan Olivia supaya tidak terlalu lama dengan Niel.

"Baiklah, sekarang giliran Abang."

Olivia mundur beberapa langkah. Dan Kris tersenyum dan berjalan mengambil alat yang sangat dia sukai.

Gergaji mesin yang berwarna merah. Kris menarik tali untuk menghidupkan gergaji mesin itu. Setelah gergaji itu hidup, Kris mengarahkan gergaji itu tepat di samping kepala Niel.

Niel berteriak histeris. Dia sangat takut dengan suara gergaji itu. Tapi dia tidak bisa apa-apa.

Tara dan Kaila yang melihat itu hanya bisa menangis dan meratapi sahabatnya itu.

"Bye Niel!"

Setelah mengucapkan dua kalimat itu, Olivia menyuruh untuk langsung membereskan Niel.

Kris akhirnya memotong kepala Niel dengan perlahan. Darah segar mengalir deras dari leher Niel. Darah segar itu mengenai wajah Kris dan Olivia. Olivia dan Kris tertawa ketika darah Niel mengenai wajah mereka.

Kris menghentikan gergaji itu setelah memastikan Niel benar-benar sudah tewas. Tapi dia tidak memotong habis leher Niel. Tetapi dia menyisahkan sedikit supaya kepala Niel tidak sampai putus.

Setelah Kris mematikan gergaji mesin itu, dia meletakkan gergaji itu dan mengelap wajah nya yang penuh dengan darah.

"Sekarang giliran siapa?"

Kris kembali bertanya kepada Olivia. Olivia sedikit berfikir. Siapa yang duluan akan dia bunuh.

"Bagaimana kalau Kaila duluan. Ladies first, right?"

Olivia tersenyum miring kepada Kaila.

Tetapi sebelum Olivia mendekati Kaila, tubuhnya langsung terhayun ke belakang karena Tara mendorong Olivia ke belakang sehingga kepala Olivia mengenai lantai gudang.

Setalah Olivia terjatuh, Tara mendekati Kris dan mengayunkan tangannya yang memegang pisau ke dada Kris.

Kris yang mendapatkan serangan tiba-tiba tidak bisa melakukannya apa-apa. Tapi bukan hanya sekali Tara menusuk Kris. Setidaknya tiga kali dia menusuk dada Kris. Setalah dia mengetahui keadaan sedikit aman, Tara mengajak Kaila untuk lari keluar dari gudang ini.

Kaila pun segera menghampiri Tara dan memegang tangan Tara erat. Setelah itu mereka pergi berlari keluar dari gudang.

Ketika mereka sudah keluar, Tara melihat handphonenya yang tergeletak di meja ruang tamu. Dia mengambil handphonenya dan menelfon polisi.

Setelah memberitahukan alamat villa ini dan menyuruh untuk datang cepat, Tara langsung mematikan handphonenya dan kembali berlari keluar dari villa itu dengan Kaila.

Tetapi jalan mereka tidaklah kencang, karena kaki Kaila yang tadi ditusuk dengan pisau oleh Olivia.

"KAILA!! TARA!! KALIAN MAU LARI KEMANA? GUE PASTI AKAN MENEMUKAN KALIAN!"

Jeritan lantang Olivia membuat mereka semakin mempercepat jalannya.

"Lo harus pergi Tar.. pergilah. Gue udah enggak sanggup lagi. Gue capek Tar. Selamatkan diri lo."

Kalian melepaskan genggaman tangannya dengan Tara.

"Tidak.. tidak akan. Gue tidak akan tinggalin lo, Kai. Gue mohon bertahanlah. Berjuanglah dengan gue. Cukup Niel yang meninggalkan kita. Gue enggak mau lo meninggalkan gue juga.  Gue mohon.."

Tara mencoba untuk menggenggam kembali tangan Kaila.

"Setidaknya salah satu diantara kita harus hidup Tar. Gue enggak mau kita berdua mati disini. Pergilah. Lagian lo udah menelfon polisi. Gue percaya polisi akan segera datang menyelamatkan gue. Pergilah Tar.."

Kaila tersenyum sendu menatap mata Tara. Dan tanpa sadar dia meneteskan air matanya.

---

Jangan lupa kasih bintang komentar dan juga tambahin Bloody Bet ke reading list kalian yaa..

Love you..

Medan, 17 April 2020

bloody bet { END }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang