---
Tara menghentikan mobilnya di salah satu toko bunga yang tidak sengaja dia lihat. Dia tidak tau harus memberikan apa kepada Olivia, jadi kebetulan dia melihat satu toko bunga.
"Ada yang bisa saya bantu mas?"
Tara tersenyum kepada salah satu pelayan toko tersebut.
"Saya mau nyari bunga untuk teman saya."
Pelayan itu tersenyum menggoda kepada Tara. Dia tau jika 'teman' yang dimaksud itu dalam artian lain.
Tara yang mengerti pelayan tersebut sedang menggodanya hanya bisa tersenyum malu dan menggaruk kepalanya canggung.
"Disini mas bunganya. Bisa dipilih."
Pelayan itu menunjukkan bunga-bunga yang tersusun dengan rapi serta berwarna-warni.
Tara melihat, mana bunga yang cocok untuk Olivia. Dan pilihannya jatuh kepada bunga tulip berwarna putih.
Tidak tau kenapa, bunga tulip mengingatkannya kepada Olivia.
"Saya ambil yang itu mbak. Tolong di bungkus yang bagus ya Mbak."
Pelayan tersebut tersenyum dan mengambil beberapa tangkai bunga tulip.
"Ditunggu ya mas."
Setelah Tara menerima bunga dan membayarnya dia langsung kembali ke mobil dan menuju rumah Olivia.
Dia tidak sabar bertemu dengan Olivia dan memberikannya bunga tulip ini.
Tara masih saja merinding melihat rumah yang ada didepannya ini. Mobilnya sudah dia pakirkan di luar pagar Olivia. Tara menghela nafas panjang.
Perlahan tapi pasti dia memasuki halaman rumah Olivia dan sekaligus melihat sekeliling rumah itu. Dia tidak menyangkal jika rumah ini sejuk dan damai tapi jika itu dilihat di sore ataupun siang. Jika sudah malam, Tara tidak bisa mendeskripsikannya.
Tara kembali membenahi rambutnya. Dia tidak mau rambutnya berantakan ketika dilihat oleh Olivia.
Setelah sampai di depan rumah Olivia, Tara memencet bel rumah tersebut.
Tidak lama kemudian seseorang membukakannya pintu. Perempuan yang akan dia ajak jalan itu berdiri tepat dihadapannya.
"Udah datang?"
Tara tersenyum kepada Olivia dan dan memberikannya bunga yang sudah dia beli tadi.
"Buat lo."
Olivia dengan senang hati menerima bunga tersebut dan mengucapkan terimakasih kepada Tara.
"Kita jalan sekarang?"
Olivia menganggukkan kepalanya dengan antusias.
"Tapi gue ambil tas sebentar sekalian taruh bunganya didalam. Lo kalau mau nunggu di dalam enggak papa."
Tara yang mendengar tawaran itu tersenyum dan menolak halus.
"Oh.. gak usah. Gue tunggu disini aja. Nanti tetangga lihat lagi."
Olivia tertawa mendengar penuturan Tara.
"Rumah gue jauh dari rumah lainnya Tar. Mana mungkin tetangga lihat. Tapi yaudah tunggu sini ya."
Olivia kembali memasuki rumahnya untuk mengambil tasnya.
Tara menepuk pelan keningnya. Dia sangat bodoh. Rumah Olivia kan memang yang paling pojok dan jauh dari rumah lainnya. Kenapa dia menjawab seperti itu.
Alasan Tara tidak mau memasuki rumah itu bukannya dia takut dilihat tetangga. Tapi dia sangat takut memasuki rumah Olivia. Rumah besar itu sangat sepi dan itu sangat membuatnya takut.
Tidak beberapa lama kemudian Olivia kembali dengan tas selempang yang berwarna senada dengan gaunnya.
Juga rambut panjangnya yang tergerai indah dengan pita yang diletakkan di samping poninya.
Tara sangat menyukai gaya Olivia. Dia sangat cantik jika berpakaian seperti ini dibandingkan dengan pakaian sekolahnya.
Olivia mengunci rumahnya dan pergi menuju mobil Tara. Belum sempat Olivia membuka pintu mobilnya, Tara malah yang membukakannya untuk dia. Olivia hanya bisa tersenyum dan masuk kedalam mobil.
Setelah mereka berdua masuk kedalam mobil, Tara menghidupkan mesin dan pergi ke tempat tujuan mereka.
"Lo mau toko buku yang dimana? Di Gramedia atau di tempat lain?"
"Gue sih mau nyari di titi gantung."
"Titi gantung? Lo yakin? Disana bukannya bukunya bekas ya?"
"Ada yang baru kok. Lagian emangnya kenapa kalau yang bekas? Lo enggak level sama barang gituan?"
Tara tertawa dan menatap Olivia sekilas.
"Ya enggak gitu. Gue cuman denger kata orang-orang aja."
"Lo harusnya jangan terlalu dengerin kata orang."
"Gue enggak tau loh kalau ternyata lo ini enak juga diajak ngobrol."
Olivia menaikkan alis matanya satu. Dia tidak mengerti maksud dari Tara.
"Maksudnya gimana?"
"Yah.. gue pikir lo itu orangnya pendiam, gak suka banyak bicara, dan lain-lain lah pokonya. Ternyata gue salah."
Olivia tertawa mendengar perkataan Tara. Dia memang mengakui hal itu. Banyak orang yang bilang seperti itu padanya.
Mendengar Olivia tertawa membuat Tara kembali melihat kearah Olivia. Dia dengan refleks tersenyum melihatnya.
"Lo cantik kalau ketawa."
Olivia seketika menghentikan tawanya dan memukul pelan lengan Tara.
"Lo ternyata jago gombal ya?"
"Gue ngomong fakta loh. Lagian lo enggak capek diam mulu di sekolah? Sekali-kali tuh senyum kaya gini baru ngobrol sama teman-teman lo."
"Enggak ada gunanya kali gue ngelakuin hal itu."
"Kok lo ngomongnya gitu?"
"Ya buat apa gue bergaul sama mereka yang hanya bisa berkumpul ketika ada bahan gosipan? Bahkan kadang teman sendiri bisa mereka gosipkan. Gue enggak butuh teman seperti itu. Lebih baik gue menyendiri dan melakukan hal-hal yang gue suka."
Tara tidak mengerti pemikiran dari perempuan yang ada disampingnya.
Satu pertanyaan langsung terlintas dipikirannya. Emangnya pertemanan perempuan seperti itu?
---
Hai-hai aku kembali lagi... Gimana part kali ini guys??
Jangan lupa kasih bintang, komentar dan juga tambahin Bloody Bet ke reading list kalian yaa..
Jangan lupa juga pollow author.. biar kalian bisa baca cerita-cerita aku yang lainnya..
See you..
Medan, 18 February 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
bloody bet { END }
Teen FictionOlivia Chandra seorang siswa baru di SMA Kartika. Sosok Olivia yang misterius menarik perhatian dua siswa populer di sekolah itu yaitu Tara dan Niel. Tara dan Niel yang begitu tertarik kepada Olivia membuat Kaila yang notabennya sahabat mereka menja...