15. Berita

6 1 0
                                    

Rudi tampak di antara kerumunan orang yang mungkin datang untuk menjemput kerabat mereka, seperti dirinya. Rainie mencari Topan di sana, tetapi adiknya itu tak kelihatan. Ia lalu mengajak Andra mendekati Rudi.

Rudi tersenyum melihat Rainie, tetapi secara samar tampak semyumnya sedikit memudar saat melihat Andra.

"Hai, Rud," sapa Rainie.

"Halo, Rai." Rudi meraih koper yang dipegang Rainie. Rainie membiarkannya memegang kopernya.

"Oya, kalian belum pernah kenalan, kan?" kata Rainie. "Kawan-kawan, kenalin. Rudi, Andra. Andra, Rudi." Rainie menunjuk masing-masing pemilik nama sambil menyebut tiap nama.

Kedua pria itu bersalaman dan saling mengucapkan basa-basi. Setelah itu Andra pamit meninggalkan mereka untuk mencari taksi.

"Mau kami anterin?" tawar Rudi.

Andra tampak mempertimbangkan tawaran itu sesaat, tetapi kemudian menolak sambil tersenyum. Setelah Andra berlalu, Rudi memimpin Rainie berjalan menuju tempat parkir. Di dalam mobil Rainie mendapati Topan sedang mengetik dengan komputer jinjingnya. Namun begitu Rainie masuk, ia segera menghentikan pekerjaannya. Segera mobil pun beranjak meninggalkan bandara.

Rainie mengeluarkan sekotak kue yang dibelinya di toko oleh-oleh di bandara lalu mengulurkannya ke belakang pada Topan. "Udah ada pisau dan sendok plastiknya di dalam kalau kamu mau langsung makan," kata Rainie.

Topan langsung membuja kotak itu dan mencicipi isinya.

"Aku nggak dibeliin, Rai?" tanya Rudi sambil melirik Rainie yang duduk di sebelahnya.

"Ada, kok. Tapi kamu kan lagi nyetir. Nggak mungkin mau makan sekarang, kan?"

Rudi terkekeh.

"Teman-teman kamu yang lain, kamu beliin?" tanya Topan dari belakang.

Rainie mengangkat bahunya. "Terpaksa enggak. Aku kan nggak bilang-bilang kalu aku mau ke Jakarta. Mana hari Jumat kemaren aku bilangnya sakit, kan."

"Makanya, jangan suka bohong," tegur Topan.

Rainie menjulurkan lidahnya pada Topan melalui cermin di depannya. "Aku kan bantuin orang," ujarnya sambil merentangkan tangannya dengan telapak terbuka ke atas. "Ada orang dengan masalah keluarga minta bantuan, mana tega aku nolak, kan." Ia memasang cengiran lebar di wajahnya.

"Jadi urusannya gimana?" timpal Rudi.

"Lancar. Urusan sama aku sih beres." Rainie diam sebentar, lalu melanjutkan, "Orangnya ternyata nggak semenakutkan yang aku bayangin, kok."

"Sampai jam berapa kamu semalam di rumah mereka?"

"Aku nginep di sana semalam. Kemaren pagi aku keluar dari hotel."

Rudi menoleh cepat sebelum mengembalikan pandangannya ke jalan. "Kamu nggak bilang?"

Rainie mengerutkan keningnya sambil menatap Rudi, lalu mencibirkan bibirnya sambil berkata dengan nada bercanda, "Ngapain juga aku ngasih tahu kamu?"

"Aku kan cemburu, Rai," balas Rudi dengan nada main-main juga.

Keduanya lalu tertawa, sementara di belakang terdengar suara Topan mendengus.

Tak lama kemudian mereka tiba di pantai yang dituju. Rudi menyetir mobilnya ke arah restoran yang dibangun dengan konsep terbuka di tepian laut, dengan dinding rendah mengelilingi area makannya yang menyajikan pemandangan tak terhalang ke arah laut. Angin berembus ke dalam restoran di antara tiang-tiangnya. Jika laut sedang pasang, airnya akan mencapai bagian bawah restoran sehingga terasa seolah bangunan itu ada di atas laut. Mereka bertiga masuk dan mengambil meja di dekat dinding yang menghadap laut. Airnya tampak kelabu siang itu, pemandangan yang tak asing sebenarnya saat laut sedang surut seperti saat ini.

Rooms Full of PerfumesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang