Jam dua belas siang Rainie bersiap-siap meninggalkan kantornya dan bertemu Andra. Andra sudah menghubunginya sejam yang lalu dan memberitahukan tempat makan yang dipilihnya. Sebenarnya ia menawarkan untuk menjemput Rainie, tetapi Rainie lebih memilih untuk pergi sendiri saja. Lagipula, restoran yang dipilih Andra tidak jauh dari area perkantoran pemerintah tempat Rainie bekerja.
Saat sedang memasukkan barang-barang pribadinya ke dalam tas, ponsel Rainie berbunyi. Ia mengeluarkan benda itu yang telah dimasukkannya ke dalam tas, dan membaca pesan yang masuk. Chat WhatsApp dari Rudi. Pria itu memberitahu bahwa pesawatnya akan segera berangkat. Rainie membalas pesannya dengan ucapan selamat jalan dan meminta Rudi agar berhati-hati--walau dalam hati ia berpikir bahwa sebenarnya ucapan berhati-hati lebih tepat disampaikan ke pilotnya--lalu memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas.
Saat sedang menyampirkan tasnya, seorang rekan kerjanya menghampiri.
"Makan siang, Rai?" tanyanya.
"Iya, nih," jawab Rainie.
"Bareng, yuk, sama aku sama Tiara."
Rainie tersenyum. Ia memang biasa pergi makan siang bersama kedua orang ini. Namun kali ini ia harus menolak. "Aku nggak ikut ya hari ini. Udah janjian duluan."
Temannya tersenyum jenaka. "Cieee... Udah janjian sama siapa? Ehem."
Rainie tertawa. "Bukan gitu. Yuk ah, bareng keluarnya. Tiara mana?"
"Lagi di toilet," jawab temannya sementara mereka berjalan keluar ruangan.
Di halaman parkir Rainie berpisah dengan kedua rekannya. Ia melajukan motornya ke arah gerbang masuk jalan area perkantorannya. Menyeberangi persimpangan, dan masuk ke jalan di seberangnya, ia pun sampai ke restoran tempat Andra sudah menunggunya. Rainie tahu pria itu sudah menunggunya karena ia mengenali mobilnya di tempat parkir. Rainie memasuki restoran dan melihat Andra duduk sendiri di meja sudut dekat jendela.
"Maaf bikin menunggu," kata Rainie saat ia sudah mendekati meja Andra.
Andra tersenyum menyambutnya. "Aku sudah pesan duluan, soalnya takut lama. Kamu suka seafood, kan?"
"Suka banget."
"Baguslah. Nggak ada alergi, kan?"
"Aman," jawab Rainie.
"Aku sebenarnya alergi kepiting. Tapi lagi kepingin." Andra tertawa.
"Eh, nekad banget. Enggak apa-apa? Nanti masuk rumah sakit," kata Rainie khawatir.
"Nggak masalah. Efeknya cuma gatal-gatal, kok. Mengganggu, tapi nggak fatal," jelas Andra.
Rainie masih menatapnya ketika pesanan minuman mereka datang. Dua gelas air dingin bening. Rainie menyesap minumannya dan merasakan rasa asam manis dengan aroma khas jeruk nipis.
"Pesan kepiting untuk makan siang gini apa nggak repot? Kamu masih harus balik ke kantor, kan?" tanya Rainie.
"Enggak. Iya," jawab Andra singkat. "Kamu mau kan makan kepiting?"
"Mau. Tapi sebenarnya lebih suka kalau situasinya lebih santai, yang aku nggak buru-buru atau hati-hati biar bajuku nggak kotor."
"Kamu ceroboh, ya?" tanya Andra sambil mengangkat alis.
"Enggak, kok," jawab Rainie defensif.
"Kamu makannya kayak anak-anak, ya?"
"Enak aja," balas Rainie.
"Kalau gitu aman kayaknya," kata Andra sambil tertawa kecil.
Kemudian makanan pesanan Andra datang. Kepiting, udang, ikan bakar, sayur kangkung tersaji di meja. Rainie takjub melihatnya. Sepertinya semua itu terlalu banyak kalau hanya untuk mereka berdua. Di sisi lain, semua itu jadi mengingatkannya pada hidangan yang Rudi pesan pada hari kepulangannya dari Jakarta. Sesaat Rainie teringat lagi pada Rudi yang pada detik itu mungkin sudah mengudara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rooms Full of Perfumes
ChickLitRainie benar-benar tak menyangka saat tunangan sahabatnya memintanya berpura-pura menjadi tunangannya, menggantikan sahabatnya yang menghilang tanpa kabar. Gila? Pastinya. Seru? Mungkin. Dengan alasan ingin menolong orang dalam kesulitan, Rainie ber...