18. MUSLIHAT

1.6K 92 3
                                    

25+ #NWR #DOMINATRIX #DANCER #FIKSI #ROMAN #DEWASA

25+ #NWR #DOMINATRIX #DANCER #FIKSI #ROMAN #DEWASA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

LUIS

"Aku akan menidurimu, entah bagaimana caranya, bila perlu memperkosamu," kataku dengan marah.

Sandrina bermain jinak-jinak merpati, mau dicium, dipeluk, digrepe-grepe, tapi aku tak punya kesempatan menyalurkan hasratku kepadanya. Ia pintar berkelit.

"OK, tapi dengan caraku!" akhirnya ia menyetujui, setelah aku berhasil menyatukan diriku ke dalamnya. Kalau dia menolak, aku tinggal memegang erat kedua tangannya dan menikmatinya dengan paksa, aku sudah masuk, ia tak bisa mengelak lagi.

"Kau mau menipuku seperti kita menipu Carolus?" aku tertawa, "Aku pilih memperkosamu sekarang."

"Kau sudah hafal setiap lekuk tubuhku, bagaimana mungkin aku bisa menipumu?" tanyanya menantang, "Atau .... kau tidak bisa membedakan bila matamu ditutup?"

"Aku tidak mau mataku ditutup saat foreplay." Aku tak mau ditipunya.

"OK," katanya berkompromi, "Tapi aku akan menutupnya saat kau mau masuk."

"Aku tidak mau tanganku diikat. Aku ingin bebas meraba dan meremas tubuhmu saat kita menyatu." Apa enaknya bila aku tak bisa meremas-remasnya?

"OK, besok, Shangri-La hotel, aku yg booking kamarnya."

"Aku mau terjun bebas." Aku tak mau ada penghalang saat aku menyatu dengannya.

"Kalau aku hamil?"

"Aku memang ingin punya anak darimu." Kataku. "Aku mau bertanggung jawab, kau bisa membawa ketiga anakmu meninggalkan Miguel, aku tidak keberatan." Aku toh menyayangi mereka semua.

**


Sampai di parkiran Shangri-La hotel aku menelpon Sandrina, ia menyebutkan nomor kamarnya, sudah check in. Ia membukakan pintu, memakai celana dalam dan bra berenda berwarna hitam, sangat mencolok di balik daster transparannya.

Aku memastikan pintu tertutup dengan sempurna, memeriksa kamar mandi meyakinkan tak ada perempuan lain bersembunyi di situ, menyibakkan gorden.

"Kopi?" Sandrina menawarkan.

Aku mengambil teko listrik, mengosongkan isinya di wastafel, membuka segel air mineral sendiri. Aku tak mau diberi obat tidur.

"Teh," kataku waktu Sandrina akan membuka sachet kopi instant. "Tanpa gula." Imbuhku melihat sachet gula sudah dibukanya.

Aku duduk di ranjang, membuka pakaianku sambil mengawasi semua gerakannya.

"Kau mencurigaiku, Luis." Katanya, aku kagum dengan ketenangannya.

Sandrina menyeduh teh, dan sambil menunggu panasnya berkurang, ia mendekatiku, duduk di pangkuanku. Aku merasa curiga, Sandrina tidak agresif.

Ia menciumku sambil tangannya disisipkan ke dalam celana dalamku, satu-satunya pakaian yg melekat di tubuhku, aku langsung mengeras. Tanpa melepaskan ciuman ia membuka dasternya, lalu bra berendanya. Aku mengangkat tubuhnya berdiri dan menarik turun celana dalamnya, ia melakukan hal yg sama kepadaku.

DOMINATRIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang