Harapan hanya membawa luka, jika kenyataan tak segaris lurus dengannya
Petik
Petik
Petik
🎶 it's been a while, it's been so long since the day that we have meet...
"Sehun!!"
Aktifitasnya terhenti, Sehun menaruh gitar kala suara ibu berkumandam nyaring hingga ke kamar.
Malam ini, hampir saja dia kembali menjadi sendu memikirkan bait perbait yang harus dirangkai agar lagu itu lekas selesai.
"Iya, Bu?" jawab Sehun, sesampainya dilantai bawah.
"Katanya temen kamu mau datang kan?"
"Eh? Iya Bu, Sehun lupa."
"Kamu ini, ibu udah siapin camilan, kamu langsung ambil aja di kulkas ya. Soalnya ibu mau pergi dulu sebentar."
"Ibu mau pergi kemana?"
"Itu Tante Rya, dia minta tolong ibu buat persiapan hajatan anaknya."
"Oh, yang bungsu itu Bu?"
"Iyah Hun, yaudah ibu berangkat dulu ya."
"Hati-hati Bu,"
"Eh kelupaan, adek kamu kalau udah pulang suruh makan, sama itu siapa tetangga baru kita? Aduh, siapa ya. Ah, dek Seulgi ajak juga Hun, kasian dia gak ada temen."
"Seulgi?"
"Iya, assalamualaikum."
"Wa'alaikumsallam."Celana olahraga selutut yang sudah belel tiba-tiba membuat Sehun gatal. Ia memang penyuka barang vintage tipikel yang tak akan membuang barang sebelum benar-benar tak layak pakai.
Masih berdiri disana, Sehun keheranan sendiri, siapa seulgi? Apa wanita tempo hari yang ia hadiahi soto saat sore itu?
Telpon genggam Sehun berdering menampilkan nama Wendy dengan panggilan video menanti.
Tak butuh waktu lama untuk ia menjawab lalu mengobrol biasa, seperti hari-hari.
"Hah? Tentangga baru? Cewek cowok Hun?"
"Cewek Wen,"
"Cie Sehun, gak lapuk lagi ni ye."
"Apaan sih, Lo."
"Yaudah ajakin, Goblog."
"Gak apa apa emang?"
"Emang kenapa? Lagian kita juga mau main kan di rumah Lo,"
"Yaudah deh,"
"Setengah jam lagi gue sama Kai nyampe nih,"
"Iya hati-hati,"
"Siap babu!"Berganti celana jeans dan kaos sederhana, Sehun keluar kamar meninggalkan rumah.
Rupanya jalan sepi, seperti ini lah kehidupan komplek jika para bocah sudah tumbuh besar seperti dirinya. Jarang ramai atau bising.
Di hadapan rumah 025 Sehun berdiri gugup, sebenarnya ia juga masih bingung. Tak tahu apa ini keputusan yang benar? Tapi, mengingat Wendy adalah seorang ekstrovert sejati maka Sehun tak akan kewalahan untuk menghindari canggung jika memang terjadi.
"Nyari siapa?"
Oh, Tuhan jantung Sehun.
Ia berbalik, ketika suara wanita berhasil mengejutkannya.
"Seulgi,"
Jawabnya seraya menatap lekat dari atas sampai bawah, tak ketinggalan kantung kresek dan eskrim yang sedang digenggam wanita itu.
"Hm? Kamu cowok soto itu kan?"
Eh?
Yah, rupanya kesan tersebut yang melekat pada gadis dengan rambut diikat layaknya buntut kuda.
"Iya, aku yang nganterin soto tempo hari."
"Oh, bener ternyata. Ada apa?"
"Kamu lagi sibuk?"
"Engga juga,"Lalu setelah ini, kata apa yang sebaiknya Sehun utarakan?
A. Ayo main kerumah ku, ada uler tangga sama video film terbaru loh!
B. Kamu pengangguran ya gak punya kerjaan?
C. Mau main ke rumah ku gak? Sekalian makan cemilan bikinan ibu? Enak banget aku jamin!
D. Ngapain sih kamu di luar malem-malem? Ngangetin tau!
E. Mau main sama aku?Sial. Sungguh kesialan.
Mereka bahkan tak saling mengenal, akan tabu rasanya jika Sehun tiba-tiba mengundang ke rumah untuk bermain.
"Hei?"
Lambai tangan wanita itu, melihat Sehun seperti melamun namun juga berpikir dengan keras.
"Aku Sehun,"
"Oh,"
"Kamu seulgi bukan?"
"Iya, kenapa?"
"Dapet eskrim itu dari mana?"
"Toko kelontong pertigaan,"
"Ah, toko Ko Ernes?"
"Iya emang? Gak tau, aku asal jalan aja."
"Oh yaudah makasih,"
"Sama-sama."Sehun sudah berbalik, ia menunduk malu mengutuk diri yang meninggalkan Seulgi begitu saja.
"Hei,"
Panggil Seulgi, membuat Sehun berhenti sejenak kembali menengok.
"Ini,"
Sodornya, salah satu eskrim dari kantung kresek hitam yang sedari tadi digenggam.
"Aku beli banyak kok, buat kamu, ambil aja."
"Enggak usah,"
"Udah ambil."Paksanya, hingga Sehun tak kuasa menolak.
"Makasih buat sotonya, enak banget sumpah. Anggap aja ini balasan aku, selamat malam ya Sehun."
Kini, wanita itu telah menghilang dari pandangan. Memasuki pagar rumah menyisakan Sehun yang diam mematung merasakan angin malam yang lebih dingin dari hari sebelumnya.
NOTED
Gue lagi suka banget sama FLAVA hehehehe
to be continued ...
KAMU SEDANG MEMBACA
FLAVA
Non-Fiction𝙨𝙩𝙖𝙩𝙪𝙨 : 𝙛𝙞𝙣𝙞𝙨𝙝 Banyak orang bilang menjalin persahabatan dengan lawan jenis hanya mitos belaka, kalau tak si lelaki yang menaruh hati maka si wanita lah yang jatuh hati. Namun bukankah romansa di antara persahabatan membuat dilema keada...