Senja tak seindah kemarin, kenangan yang membuatnya bermakna
Master edit video, dibuat seperti tayangan televisi? Vlog atau influencer terkenal? Amatir untuk keperluan tugas-tugas? Serahkan pada Soojung, dia adalah ahli dalam menggunakan Adobe premier atau Sony Vegas. Berkat bakat yang terus diasah sejak SMA, Soojung sudah bisa mengumpulkan pundi rupiah dari skillnya ini. Meski berstatus freelance saat menerima job tapi sangat cukup untuk mengisi uang saku selama sebulan.
Jendela kamar masih tertutup, begitu pun dengan gorden berwarna kuning.
Jangan ada yang menganggu.
Begitulah titah wanita dipenghujung usia 21 itu, memberikan peringatan pada siapa saja yang berusaha masuk ke dalam kostan untuk menemuinya. Kucing sekali pun tak diberi izin masuk jika laptop, earphone dan job edit video sedang dikerjakan. Master butuh ruang dan waktu sendiri tak bisa ditawar.
Kecuali,
Ketika HP bergetar menampilkan nama sang pujaan hati, maka ia akan memberi lima menit untuk mengobrol.
"Kamu gak ke kampus?" Kata suara lembut namun cukup berat juga intonasi menggemaskan seperti anak kecil di ujung sana.
"Mau kok, habis ngedit."
"Jam berapa?"
"Dua jam lagi,"
"Ketemuan yu, aku baru gajian nih."
"Asssssssik! Aku mau makan bbq yaaaaaa."
"Okeeeeee!!!!!"
"Habis kelas kita ketemu,"
"Iyah, nanti aku telpon lagi."
"Bye,"
"Bye,"Memaknai gajihan sebagai baru saja mendapat uang dari pekerjaan freelance seperti status Soojung, tak membuat Soojung ingin berbaik hati untuk meminta sang pujaan hati menabung. Alih-alih menjadi malaikat Soojung lebih condong memiliki hobi menghabiskan uang lelaki itu selagi bisa. Tolong garis bawahi, Soojung bukan perempuan matre, ia bersumpah hanya melakukan hal ini pada sang pujaan hati bahkan mantan kekasih hingga Ayahnya saja tak pernah diposisi serupa. Entah mengapa, rasa nyaman dan tak berdosa tiap kali mendapat traktiran dari sang pujaan hati selalu mampir begitu saja.
Usai mengedit video Soojung bergegas kuliah, ia masuk kelas dan mengikuti kegiatan belajar dengan... tidur, seperti biasa.
"Bangun Jung,"
Baekhyun sudah menyentuh pundak gadis itu beberapa kali namun tak juga direspon.
"Pelor anjir."
"Pelor apaan, Hyun?"
"Nempel Molor. Kebiasaan emang si Soojung mah, orang lain di kelas belajar dia tidur, sampe dosen pergi tetep gak nyadar."
"Ohhhh... Baru tau gue."
"Kamus baru Gi. Eh, gue mau ke kantin duluan, Lo yang bagunin Soojung ya."
"Pesenin gue makanan,"
"Tapi gue mau poop dulu."
"Gak jadi."Sebenarnya ada satu mantra mujarab jika ingin membangunkan Soojung, cukup dengan sebaris kalimat. Seulgi berbisik pelan dan benar saja, mata Soojung terbuka dengan sendirinya. Tak pelak senyuman penuh kemenangan menghiasi wajah gadis yang sedang memakai kaca mata itu.
"Ayo makan."
"Enggak dulu Gi, gue udah janjian mau makan di luar."
"Temenin gue makan kalau gitu,"
"Tapi jangan lama-lama ya,"
"Mau berangkat sekarang?"
"Nunggu ditelpon sih,"
"Itung-itung sambil Lo nunggu,"
"Mau makan apa?"
"Dimssssssssssssum sama Coca cola."
"Ngemil anjir itu mah,"
"Iya emang?"
"Yaudah ayo."Kaca mata Seulgi taruh ke dalam tas, ia sangat anti memakainya jika bukan untuk belajar.
Di pelataran taman kampus, Seulgi duduk bersama Soojung menikmati seporsi dimsum ayam dan air mineral. Dari pada menghabiskan waktu di kantin, mereka lebih suka tempat terbuka dengan pemandangan tak terbatas atau singkatnya tempat tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLAVA
Non-Fiction𝙨𝙩𝙖𝙩𝙪𝙨 : 𝙛𝙞𝙣𝙞𝙨𝙝 Banyak orang bilang menjalin persahabatan dengan lawan jenis hanya mitos belaka, kalau tak si lelaki yang menaruh hati maka si wanita lah yang jatuh hati. Namun bukankah romansa di antara persahabatan membuat dilema keada...