Jangan memuja aku tak ingin kau damba
Apa sih yang disukai dari belajar di kelas? Kalau bukan diskusi jelas saja seulgi tak akan pergi dari rumah sepagi tadi. Oh, atau mungkin satu hal baru yang sedang duduk di depan mendengarkan dosen dengan seksama.
Sejak tadi, manik seulgi enggan beranjak. Jika saja ia tak sedang bermain kucing-kucingan agar Soojung tak tahu, barangkali disuguhkan enam sks full untuk menatap tak akan membuat Seulgi jenuh.
Dasar Seulgi, walau coba menampik sudah beberapa Minggu ini ia justru semakin merasa yakin.
Kelas bubar, menyisakan tugas yang disumpahi pelan beberapa mahasiswa dan diterima senang hati oleh sebagian kecil lainnya.
"Kelompok nih?"
"Iyah, Lo udah gabung sama kita aja."
"Tapi kan harus berempat,"
"Yaudah ajak Dali, dia anaknya rajin kok."
"Dali siapa?"
"Tuh, cewe rambut panjang yang punya poni kayak anak SD."
"Serius?"
"Iyah Gi, udah ayo cabut! Kita makan."Tadinya, meskipun hanya rencana sepintas ada orang lain yang hendak seulgi ajak masuk dalam kelompok. Tapi, Soojung lebih dulu membentuk, ia jadi kehilangan kesempatan untuk mengusul.
Kantin kampus ramai seperti biasa, mereka menghabiskan waktu untuk mengobrol, makan dan sesekali berdiskusi masalah tugas, hanya rutinitas mahasiswa.
"Gimana betah sama kampus?"
"Betah Hyun,"
"Lingkungan rumah Lo?"
"Gak ada anak kecil disana, sepi kok, enak."
"Gimana kalau kita nugas di rumah Lo?"
"Mau emang kalian?"
"Ya, itung-itung silaturahmi kan sama Kaka Lo. Kita belum pernah dateng ke rumah Lo sejak Lo pindah kesini."
"Boleh aja si, mau hari ini?"
"Gimana Jung?"
"Gue sih ayo aja."Tiga suapan terkahir masuk ke mulut Baekhyun dengan lahap, ia berfokus pada piring meski sejak tadi mengobrol serius.
Krystal sendiri tak jauh berbeda, hanya saja sesekali ia akan menatap lawan bicara.
"Lo gak kangen Bandung?"
"Kangen lah Jung,"
"Kita kan ada tugas berita perjalanan, kalau mau ke Bandung entar gue temenin."
"Enggak, gue gak mau ke Bandung."
"Oke, yaudah."Selesai urusan, mereka melanjutkan rencana pergi kerja kelompok ke rumah Seulgi. Hampir satu jam waktu yang dihabiskan untuk melewati jalanan Jakarta yang macet juga panas.
Rumah seulgi sepi, sehubungan dengan tak ada orang didalamnya.
Memasuki kamar, mereka langsung rebahan mengambil waktu untuk istirahat sejenak. Sedangkan Seulgi pergi ke dapur menyiapkan camilan juga minuman.
Lepas mengobrol atau tepatnya ghibah mereka pun fokus untuk mengerjakan tugas hingga tak terasa waktu berlalu dengan cepat.
Tok
Tok"Seulgi bisa turun ke bawah dulu sebentar,"
"Iya Ka,"Seulgi beranjak, memenuhi permintaan Kaka perempuannya.
Di rumah luas yang tengah mereka tinggali, hanya ada empat orang.
Pertama Kaka perempuan seulgi, dia berumur cukup jauh dan sedang melanjutkan program Magister di Jakarta. Lalu suami kakaknya yang bekerja pada salah satu perusahaan multinasional dan terakhir keponakannya yang sudah menengah pertama.
Hari-hari mereka semua lebih sering berada di luar, waktu berkumpul biasanya malam seperti saat ini.
"Gi, bantu Kaka kasihin ini ke tetangga sebelah."
"Kasih apa Ka?"
"Tadi di jalan Kaka beli ayam goreng sama martabak."
"Oh, mau dikasihnya ke siapa aja?"
"Kaka mau ke tetangga depan kita, kamu kasihin ke yang waktu itu ngasih soto, ya."
"Oh yaudah, mana?"Kakanya menyodorkan dua tupperware berukuran sedang.
"Nih, sama temen kamu sebelum pulang suruh makan dulu ya."
"Iya Ka."Kini seulgi telah berdiri di depan pagar, karena tak terkunci ia langsung masuk tanpa permisi.
Di depan pintu ia hendak mengetuk, namun tertahan kala mendengar petikan gitar dari halaman. Tanpa pikir lama, ia berpindah tempat berjalan ke samping.
Dilihatnya sekitar tak ada orang, tapi lantunannya kian terdengar jelas.
Seulgi terus mencari hingga menangkap sosok pria diambang jendela lantai dua tengah bermain gitar. Ada lagu asing yang dinyanyikan, pria itu terus mencoba-coba mencari chord yang pas untuk kelanjutan nada.
Sementara seulgi, berdiri diam menikmati.
"Astagfirullah!" Teriak kaget, pria diatas sana. "Siapa itu?"
"Seulgi! Aku mau nganterin ayam sama martabak nih," jawabnya tersenyum pasta gigi sambil mengangkat tangan sejenak menunjukan tupperware titipan kakanya.
"Iya tunggu sebentar,"
Kini mereka saling berhadapan, tupperware telah berpindah tangan. Sementara Sehun, masih berdiri kikuk saat seulgi enggan beranjak.
"Lagu kamu ya?"
"Eh?"
"Enak tau, suara kamu juga."Sehun bersemu merah, wajahnya lebih menarik perhatian daripada kaos hitam yang dikenakan.
"Ma, makasih."
"Sama-sama, jangan lupa dimakan ya. Assalamualaikum."
"Iya, wa'alaikumsallam."NOTED
Mereka manis, shit.
to be continued ...
KAMU SEDANG MEMBACA
FLAVA
Non-Fiction𝙨𝙩𝙖𝙩𝙪𝙨 : 𝙛𝙞𝙣𝙞𝙨𝙝 Banyak orang bilang menjalin persahabatan dengan lawan jenis hanya mitos belaka, kalau tak si lelaki yang menaruh hati maka si wanita lah yang jatuh hati. Namun bukankah romansa di antara persahabatan membuat dilema keada...