64. Terbit Terbenam

491 113 15
                                    

memandang dengan suasana berbeda

Pengambilan gambar, footage dan keperluan lain untuk iklan distro milik teman Chanyeol akhirnya rampung dalam tiga hari pengerjaanya, tersisa timelapse dari atas gedung pencakar yang belum diambil.

"Udah timelapse tinggal edit kan?" Ucap Kai, "Gue izin tapi gak bisa ikut ngeshoot, Soojung ada acara keluarga dia minta gue bantuin, kebetulan udah seminggu ini gue gak ketemu."

"Yaudah biar sama gue sama Chanyeol aja, Lo bantu Soojung dulu kalau ada waktu lebih tapi ke sini lagi, cuman kalau engga titip salam buat Soojung lancar gitu acara keluarganya."
"Ini jangan-jangan Lo mau lamaran?"
"Anjir. Bukan lah Chanyeol, masa iya."
"Ya kan siapa tau,"
"Tapi gue aminin sih, yaudah gue duluan ya."
"Oke,"

Kai mengambil langkah berbeda dengan Chanyeol juga Wendy.

Setengah jam kemudian Wendy dan teman lelakinya itu sampai di gedung yang dimaksud, setelah mengkonfirmasi izin mereka kini sedang menaiki lift menuju rooftop gedung.

"Demi apa ya, kita ke sini jam lima pagi." Ujar Wendy.

"Demi dapat hasil bagus."
"Padahal tinggal nyimpen tripod di sana aja udah selesai."
"Iya sih cuman kalau gak ditunggu entar ada noise gimana?"
"Ngerti kok gue."
"Tapi kayaknya kalau bukan karena kita bergadang di cafe buat edit foto shoot, gak mungkin Lo ada di sini nemenin ngambil time lapse."
"Lo bener, palingan gue lagi tidur sekarang."
"Tau kok gue."

Sesampainya di rooftop Chanyeol memasang kamera pada tripod kemudian mencari angle yang pas untuk membidik matahari terbit agar mendapat hasil sempurna.

"Udah deh tinggal nunggu,"
"Mau sampai jam berapa Yeol?"
"Kayaknya jam 9 juga udah cukup."
"Oke deh,"
"Bentar gue cari kursi dulu."
"Oke,"

Matahari mulai terbit dari ufuk timur, perlahan tapi pasti kini Chanyeol juga Wendy duduk dalam keheningan menikmati momen berharga itu berteman tiupan angin yang cukup kencang.

"Pake jaket gue," ujar Chanyeol, ia telah melepaskan jaketnya sebelum kemudian melingkarkan benda itu di tubuh Wendy, "Dingin banget ternyata."

"Sok romantis Lo."
"Bukan sok romontis, tapi sok gentle. Kan kalau di drama-drama biasanya kayak gini."
"Dasar korban drama."
"Jadi gak mau nih?"
"Maulah, gue kedinginan juga."
"Susah banget bilang iya doang."
"Gengsi bos."

Menunggu memang bukan sesuatu yang menyenangkan, setelah memakai jaket Chanyeol, Wendy bahkan terlelap di pundak lelaki itu karena bosan menanti matahari dalam tangkapan kamera.

Waktu berlalu, dua insan yang kelelahan setelah mengerjakan project iklan tertidur cukup pulas di atas kursi. Hingga salah satunya terbangun oleh cahaya matahari,

"Udah jam setengah sembilan Yeol." Ujar Wendy, menepuk-nepuk pipi Chanyeol di sebelahnya.

"E, eh iya, bentar gue cek kamera dulu."

Chanyeol setengah tersadar saat menghampiri kamera lalu terdiam kaku.

"Gue mau ngapain, ya?"
"Nyawa Lo belum ke kumpul anjir."

Wendy bangun, ia melangkah ke arah Chanyeol dan kini mereka saling berhadapan.

"Kayaknya udah cukup deh Yeol, kita stop aja ya."
"Oh iya kita lagi ngambil time lapse."
"Habis ini mening Lo pulang."
"Iya nih, gue musti tidur."

Dengan cekatan Wendy melepas kamera dari tripod lalu mematikan dan menyimpannya ke dalam tas.

"Pas banget batre kameranya mau habis."
"Ahhh iya bener, Wen."
"Ngomong-ngomong, makasih ya Yeol."
"Makasih... buat apa?"
"Gue denger dari owner distro Lo."
"Ohh itu. Iyah Wen, gue kan gak bisa jenguk Lo atau Seulgi waktu di Jakarta padahal gue temen kalian. Gue denger dari Kai tentang kondisi Lo, terus gue kepikiran itu deh."
"Lo dapat dari mana bahannya?"
"Karena waktu pertama kali gue bikin di Jogja, jadi kayaknya buat produksi bahan bakal tetep di kirim dari Jogja."
"Enak banget sumpah, adem."
"Syukur deh,"
"Makasih banyak Yeol,"
"Sama-sama Wen, makanya gue mau Lo jadi modelnya karena gue bikin edisi sekarang emang khusus buat Lo."

Wendy terdiam, ia menatap Chanyeol.

Sehari lalu saat sesi pemotretan, edisi pakaian distro yang dikenakan Wendy untuk promosi adalah desain khusus yang diproduksi Chanyeol. Baju berbahan sejuk yang membuat kulit tak iritasi membantu Wendy lebih mudah untuk berpenampilan modis, belum lagi konsep lengan panjang dan beberapa yang menerawang dengan padu padan overall atau baju oversize membuat Wendy bisa kembali memunculkan rasa percaya dirinya walau memiliki bekas luka bakar.

"Kok bisa Lo sampe kepikiran bikin baju?"
"Gue pengen bantu Lo. Bekas luka bakar pasti berat banget, apalagi Lo perempuan ditambah gue yang gak bisa nengok Lo sama seulgi jadi... yaudah gue bantu Lo dengan cara gue."
"Lo bikin juga buat Seulgi?"
"Um, enggak. Seulgi hilang ingatan, gue gak tau harus bantu kayak gimana selain datang ke rumah bude. Makanya gue ngerasa seneng waktu Seulgi ke Jogja, akhirnya gue punya kesempatan buat bantu, meskipun belum berdampak apa-apa."
"Makasih ya Lo udah mau peduli sama gue, padahal kita juga kenal masih hitungan bulan."
"Gue suka banget sama fashion dan kebetulan masalah Lo bisa gue tanganin sama keahlian gue. Oiya, kedepannya Lo mungkin bakal di kontrak sama distro temen gue buat promosi lebih lanjut, karena gue mau concern buat bikin baju-baju modis yang nyaman untuk Lo. I mean Lo musenya tapi setiap orang yang punya masalah serupa dengan Lo bisa ikut kebantu sama edisi khusus ini."
"Padahal Lo marketing tapi ikut ngedesain sampai produksi juga."
"Ini lah enaknya kalau kerja di tempat temen, kadang gue jadi multitasking."
"Chan..."
"Hm?"

Cup!

"Thankyou so much."

Chanyeol mematung saat Wendy melayangkan sebuah kecupan singkat di pipinya, sementara gadis itu berjalan terburu meninggalkan rooftop seraya membawa kamera.

NOTED

kalau Lo ada di posisi Wendy apa yang bakal Lo lakuin?

to be continued ...

FLAVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang