penantian panjang
Semilir angin sore, menyusup pada kaca jendela yang terbuka. Seorang gadis sedang termenung sendiri di depan cermin, ia menatap usang takdir yang menyertai. Di sentuhnya jemari, tangan kiri menggapai yang kanan dengan lembut.
Kian hari kian banyak tabir yang terbuka, di antara berpuluh takdir mana kah yang seharusnya menjadi miliknya? Apakah sebuah luka tanpa kebahagiaan atau sejatinya ia bisa membuat takdir sendiri tanpa kepedihan?
Seulgi hanya diam. Runtutan pertanyaan berubah menjadi rantai panjang dan berat yang membebani pikiran.
"Gi? Lagi ngapain?" Ucap Sunmi, ia berada di ambang pintu saat melihat sang adik hanya diam seraya bercermin.
"Oh, masuk Ka."
Kini Sunmi telah duduk di kursi, tak berada jauh dari adiknya.
"Udah tiga hari kamu diem di kamar terus, memang gak ada kuliah?"
"Enggak ada Ka, besok aku mulai kuliah. Kemarin dosen cancel masuk."
"Kamu gak jenuh?"
"Jenuh ya? Gak tau Ka,"
"Mau gak temenin Kaka belanja?"
"Kayaknya enggak hari ini ya, Ka."
"Kamu lagi mikirin apa sih?"
"Um, aku boleh nanya gak Ka?"
"Boleh dong."
"Menurut Kaka cinta itu apa?"
"Eh? Kamu lagi bingung sama hal ini?"
"Iya."
"Kenapa gak dari kemarin coba tanya Kaka?"
"Aku malu Ka."Ada tawa kecil yang menjadi teman obralan mereka.
"Cinta itu tentang ketulusan, sebuah perasaan yang mengalir dan kamu gak bisa buat memaksakan perasaan itu untuk tetap bertahan atau pergi. Cinta dinamis artinya bukan berarti kamu gak akan terluka saat kamu jatuh cinta."
"Cinta harus saling memiliki Ka?"
"Gak selalu. Tapi, cinta bakal terasa lengkap saat kita bisa dicintai kembali dan memiliki apa yang kita cintai."
"Hati aku kok sakit ya Ka waktu denger ada laki-laki yang cinta sama aku tapi aku gak bisa ngebalas perasaan dia."
"Apa karena dia itu bukan Baekhyun?"Wajah Seulgi mulai sendu, ia menatap cermin dan diam untuk beberapa saat.
"Iya, dia bukan Baekhyun."
"Kamu ngerasa sungkan harus nolak karena kamu jatuh cinta sama Baekhyun? Atau kamu kecewa karena harus nolak laki-laki yang kamu cintai?"Seulgi menunduk, ia tak lagi menjawab.
Bumi terus mengitari matahari, tanggal berganti dan perasaan Seulgi kian gundah tanpa kejelasan arti.
"Habis ini Lo mau ke mana?" Tanya Soojung, mereka masih berjalan menuju gerbang kampus selepas perkuliahan usai.
"Gue aja janji sama Baekhyun, katanya dia pengen ngajak gue pergi."
"Wih, mau ngapain tuh?"
"Gak tau. Lo mau ikut?"
"Enggak lah, gue ada janji sama Kai. Lagian dia ngajak Lo sebagai pacar bukan sahabat, ya, masa iya gue gangguin kalian."
"Um, kok gue ngerasa aneh ya tiap kali kita gak bertiga karena gue pacaran sama Baekhyun."
"Gak aneh, um, iya aneh deng. Lo baru pacaran hitungan bulan sedangkan kita bertiga sahabatan hitungan tahun,"
"Emang sih, cuman kerasa terlalu beda."
"Gak apa-apa, nikmati aja. Ngomong-ngomong Lo pake cincin dari siapa? Perasaan gak pernah Lo lepas? Baekhyun udah ngasih cincin ke Lo? Kok desainnya beda ya?"
"Baekhyun mau ngasih gue cincin?"
"Oh belum? Yah, keceplosan gue."
"Ini cincin Mami, gue dapet sebagai warisan."
"Ha? Jadi itu cincin Tante?"
"Gue gak mau trauma gue kambuh, pake cincin ini bikin rindu gue sedikit terobati. Makanya, Ka Sunmi dapet cincin punya Papi biar masing-masing dari kita pegang satu."
"Gue kira Lo udah lamaran sama Baekhyun, tapi kok gue gak di kasih tau? Kan aneh."
"Menurut Lo, kami bakal nikah?"
"Mana gue tau, yang ngejalanin hubungan kan kalian berdua."
"Sue."
KAMU SEDANG MEMBACA
FLAVA
Não Ficção𝙨𝙩𝙖𝙩𝙪𝙨 : 𝙛𝙞𝙣𝙞𝙨𝙝 Banyak orang bilang menjalin persahabatan dengan lawan jenis hanya mitos belaka, kalau tak si lelaki yang menaruh hati maka si wanita lah yang jatuh hati. Namun bukankah romansa di antara persahabatan membuat dilema keada...