daun hijau menari dalam tiupan angin
Liburan telah usai, perkuliahan kembali dimulai begitupun sidang kasus Gian.
Sehun, Wendy juga beberapa saksi lain seperti Jaehyun turut hadir memberikan sejumlah keterangan yang memberatkan pihak Gian. Hal ini tentu tak dengan mudah diterima pengacara dan keluarga Gian, meski tetap berkahir dengan penyudutan yang mungkin mengundang hukuman berat.
"Skripsiiiiiiiiiiiii! Apa perlu gue ganti pacar dari Soojung jadi skripsi? Waktu gue kayaknya bakal banyak habis buat ngerjain skripsi dari pada bareng Soojung. Huh, jauhkan hamba dari rasa malas ya Tuhan dan selamatkan hubungan hamba ditengah kesibukan hamba nanti."
Wendy menyentuh pundak Sehun disebelahnya,
"Akhir-akhir ini Kai jadi religius banget, dia berdoa mulu. Bener ya apa kata orang, skripsi bikin stres... dia belum mulai aja gue udah dibikin stres sama kelakuannya."
Sehun balas tersenyum, ia sama sekali tak kesal dengan sikap Kai juga Omelan Wendy, baginya mereka berdua sebuah hiburan penuh kehangatan di dalam senyap hidupnya saat ini.
"Gimana luka Lo?"
"Udah 95% sembuh Wen, paling gue harus checkup aja buat mastiin gak ada hal serius."
"Gak kerasa udah sebulan lebih sejak kita semua ada di rumah sakit. Gue bersyukur kita pada akhirnya bisa balik normal lagi kayak sekarang."Ada anggukan kecil yang Sehun beri di sela Kai yang terus saja mengkomat-kamit bibir berdoa dengan suara terdengar. Mereka kini sedang berada di taman kampus, menikmati hari ketiga kuliah dengan dosen yang mendadak tak jadi masuk.
"Trauma Lo gimana Wen?"
"Gue masih ikut terapi sama minum obat. Jangan khawatirin gue, kondisi gue udah jauh lebih baik kok Hun."
"Waktu di pengadilan gue takut banget sesuatu terjadi sama Lo,"
"Karena ada Gian?"
"Iyah Wen."
"Um, sebenernya gue gugup banget, gue sampe keringet dingin dan susah fokus tapi kadang kala ketakutan harus kita hadapi karena gue gak bisa terus bersembunyi."
"Wih, Lo makin tumbuh jadi dewasa ya."
"Bangga Lo sama gue?"
"Kapan gue gak bangga sama Lo?"
"Ya iya lah Wendy gitu, kapan coba bikin orang gak bangga sama gue?"
"Gue! Gue! Gue gak bangga sama Lo kalau Lo udah pede keblinger, tapi gue tetep sayang kok sama Lo cuman ya..." Sela Kai tanpa aba-aba memotong percakapan Wendy juga Sehun.pletak
"Sakit woy!"
"Ngomong apaan sih Lo?" Balas Wendy setelah berhasil meluncurkan lengannya kilat pada kepala Kai. "Eh, itu Soojung sama Baekhyun bukan sih?"Arah mata Kai dan Sehun tertuju pada dua orang yang berjalan menghampiri mereka.
"Hei, apa kabar Lo semua?" Sapa Baekhyun, tersenyum cerah seperti matahari pagi ini.
"Baik," balas trio sahabat yang sudah duduk di taman lebih dulu.
"Sayangggg! Kamu mau kasih kejutan sama aku ya? Kok gak bilang udah sampe Jakarta?"
"Kejutan! Gimana kamu terkejut gak?"
"Terkejut banget."Kekhawatiran juga wajah muram Kai berubah menjadi sumringah penuh kebahagiaan setelah ia memeluk sang kekasih untuk sejenak.
"Uhuk, nyamuk." Timpal Wendy.
"Sirik aja Lo Wen,"
"Bisa-bisanya di kampus pelukan."
"Kan gak ada yang larang."
"Gue yang risih Kai."
"Tutup mata!"
"Berisik! Ngomong-ngomong Chanyeol mana?"Semua orang terdiam, termasuk Soojung dan Baekhyun yang saling menatap sebentar kemudian melihat Wendy heran.
"Tumben nanyain Chanyeol?" Tanya Soojung.
"Kalian sekelas kan sama dia? Ya, aneh aja ngeliat kalian gak sama dia."
"Chanyeol masih di Jogja belum bisa ke kampus Minggu ini,"
"Karena bokapnya?"
"Ya termasuk keluarganya yang lain juga."
"Anak pertama ya dia?"
"Um, gitu deh."
"Cocok tuh."
"Cocok apaan?"
"Orang tua gue cari calon mantu anak pertama."
"Lah si anjir."
"Kenapa?"
"Itu Sehun juga anak pertama."Wendy diam sejenak lalu menatap Sehun di sebelahnya.
"Lo mau nikah sama gue?" Tanya Wendy dengan wajah super datar, "Mau, enggak?"
"Gue harus nikah sama Lo yah?"
"Um..."
"Baekhyun juga anak pertama tuh." Sela Soojung di tengah berpikirnya Wendy."Gila Lo mau ngasih gue pacar orang?"
"Eh iya yah, lagian Baekhyun udah mau ngajak nikah Seulgi begitu dia sembuh. Gak bisa gak bisa, jangan sama Baekhyun."
"Makanya kalau ngomong tuh mikir dulu."
"Lahhhhh, Lo Wen! Lo tuh yang begitu!" Ucap Kai, ia kesal bukan main saat mendengar sahabatnya menuduh Soojung dengan kepribadian yang seharusnya tertuju pada Wendy sendiri."Gue gitu ya? Eh ngapain sih kita ngomongin nikah? Wisuda aja belum. Lo sih Kai, ngapain coba Lo ngomong-ngomongin nikah?"
"Astaga! Gue terus anjir, kan Lo yang pertama ngomongin mantu."
"Gue? Masa gue udah cari mantu? Suami aja belum ada, anak guenya mana?"
"Anjir Wen, ini mah Lo musti ke dokter lagi. Sakit Lo? Ingatan Lo buruk banget sumpah."
"Becanda anjir, gitu aja serius Lo. Ya habis mau gimana lagi orang tua gue pengennya anak pertama jadi mantu yaudah gue bilang. Salah emang? Lo sendiri kapan mau nikah sama Soojung? Ada kriteria mantu gak dari orang tua Lo?"
"Bukan temen gue, bukan temen gue ya Tuhan."
"Sialan."Sudah lama, sudah sejak lama mereka semua tidak berkumpul dengan atmosfir menyenangkan seperti ini walau minus keberadaan Seulgi.
Semua orang tertawa kecil, menikmati pertengkaran Kai dan Wendy yang tak ubahnya anjing juga kucing. Namun, Sehun memberi ekspresi berbeda seraya memandang Baekhyun.
"Kenapa Hun?" Tanya Baekhyun, menyadari tatapan Sehun pada dirinya.
"Gue mau nanya."
"Ya, nanya apa?"
"Lo beneran mau nikah sama Seulgi?"
"Um, bisa jadi."
"Secepatnya?"
"Lebih cepat lebih baik bukan? Gue pengen ada di sisi dia, apalagi dikeadaan susah kayak sekarang. Sebenernya kalau bukan karena gue ada tugas penting di kampus gue gak akan ke Jakarta Minggu ini. Gue lebih seneng nemenin Seulgi meskipun dia masih belum bisa inget gue."
"Oh."Tak ada lagi awan cerah, bagi Sehun hari ini lebih kelabu dari bagian belahan bumi lain yang sangat jarang mendapat cahaya matahari.
to be continued ...
KAMU SEDANG MEMBACA
FLAVA
Não Ficção𝙨𝙩𝙖𝙩𝙪𝙨 : 𝙛𝙞𝙣𝙞𝙨𝙝 Banyak orang bilang menjalin persahabatan dengan lawan jenis hanya mitos belaka, kalau tak si lelaki yang menaruh hati maka si wanita lah yang jatuh hati. Namun bukankah romansa di antara persahabatan membuat dilema keada...