5. Perpustakaan

232 59 27
                                    


Waktu selalu tahu kapan kita akan bertemu kembali. Tetapi, ingatkah kita pernah bertemu sebelumnya?

***

Airen menyumpal kedua telinganya dengan earphone, menikmati musik sambil berjalan menuju perpustakaan. Seharusnya dia sudah dalam perjalanan pulang sejak lima menit yang lalu. Tetapi kebiasaannya yang tidak pernah pulang sendirian membuat dia harus menunggu kakaknya untuk pulang bersama.

Aku menunggumu di perpustakaan :)

Setelah mengetik pesan itu dan dikirimkan pada Lai, Airen segera membuka pintu perpustakaan. Udara dingin dari AC langsung menerpa kulitnya, membawa sejuk. Selain fasilitas AC yang membawa kenyamanan saat membaca, perpustakaan sekolah juga menyediakan komputer untuk para pengunjung. Kursi dan meja ditata dengan rapi hingga ruangan terasa lapang. Buku-buku juga disusun teratur dan memenuhi rak.

Ruangan yang cukup besar ini terlihat sepi, hanya ada satu-dua murid yang berada di sini. Wajar saja, sekarang sudah jam pulang. Airen mengambil buku tentang musik di salah satu rak, lantas membawanya ke meja yang menghadap jendela. Dari jendela ini, dia bisa melihat lapangan olahraga di bawah sana. Terlihat beberapa anak cowok sedang bermain basket.

Airen memang tidak mengenal mereka, hanya saja diantara kerumunan itu ada satu orang yang paling mencolok. Yang dengan santai dan penuh gaya menyundul bola basket dengan kepala hingga masuk ke ring. Setelahnya, cowok itu dimarahi dan diserbu oleh teman-temannya. Airen menggelengkan kepala melihat tingkah Arru.

Gadis itu mengalihkan tatapan pada buku. Awalnya dia tenggelam dalam bacaannya hingga tidak peduli pada sekitar. Namun, suara dengkuran halus memecah konsentrasi Airen. Dia menoleh untuk mencari sumber suara itu. Tidak ada.

"Apa salah dengar ya?" Gumam Airen sambil menaikkan volume musik dalam earphone-nya, melanjutkan membaca.
Baru sepuluh menit membaca, Airen dikejutkan oleh seseorang yang tiba-tiba muncul dari bawah meja sebelahnya. Orang itu meregangkan lengannya dan menguap lebar. Saking lebarnya Airen merasa dia dan semua buku-buku di sini akan terhisap ke dalamnya.

Merasa diperhatikan, orang itu menoleh ke samping dan mendapati cewek bermata hijau sedang ternganga melihatnya.

"Kenapa? Ada yang salah?" Tanyanya datar, membuat Airen tersadar.

Gadis itu tergagap, cepat-cepat mengedarkan pandangan ke segala arah. Nah, kenapa dia tiba-tiba gugup sekarang? Airen bangkit berdiri lalu melesat keluar dari perpustakaan. Melupakan bukunya yang masih tergeletak di meja, yang seharusnya ia kembalikan ke rak. Juga... ponsel dan earphone-nya.

***

"Ke perpus yuk, kita ngadem di sana sambil nugas," ajak Riko pada orang di sebelahnya.

"Hmm," jawab Regas sambil mengangguk.

"Ya elah, hamm hemm hamm hemm aja, ngomong dikit kek," protes Riko pada temannya yang super datar ini.

"Hmm." Lagi-lagi Regas hanya bergumam masih memasang wajah tanpa ekspresi.

Riko menepuk jidat melihat tingkah temannya. Mencoba maklum bahwa itu memang bawaan dari lahir, sulit dirubah. Mereka berdua keluar dari kelas dengan papan bertuliskan '12 IPS 2', mengambil langkah ke perpustakaan. Jam pelajaran terakhir, guru yang seharusnya hadir di kelas mendadak ada halangan. Guru itu tidak bisa mengajar dan hanya memberikan tugas.

All You Need Is A Friends [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang