Jangan lupa komen dan tekan ⭐ di bawah:)
Happy Reading^^***
Mengucapkan niat adalah langkah pertama untuk mencapai apa yang kamu inginkan.
***
Setelah bel istirahat berbunyi, Airen memutuskan untuk kembali ke kelas. Begitupun dengan Lai. Airen kira kelas akan sepi karena sekarang jam istirahat, tetapi begitu masuk ke kelas, ternyata masih banyak orang. Dan ada satu orang yang paling heboh ketika Airen masuk kelas.
"AIIRRRRR," teriak orang itu sambil berlari ke depan Airen. "Kamu udah nggak papa? Beneran? Air kenapa pingsan? Kata anak-anak, Air pegang kepala gitu sebelum pingsan. Kepala Air sakit? Migrain? Eh, sekarang masih migrain atau ud-...."
"Berisik," potong Hita. "Lo kok jadi cowok cerewet banget sih, Ar? Tuh liat, Airen jadi nggak nyaman."
"Tau nih si Arru, lebay amat," kata Ezka yang sudah berdiri di sebelah Arru. "Lo udah baikan, Air?" tanyanya pada Airen. Cewek itu mengangguk kaku. Pertama, karena Ezka memanggilnya 'Air', memang sih kebanyakan anak kelas memanggilnya begitu. Kedua, karena sekarang dia jadi pusat perhatian seisi kelas.
"Air, ke kantin yuk," ajak Arru yang langsung meraih lengan Airen. Belum sampai pintu, seseorang melepaskan tangan Arru dari Airen.
"Nggak boleh," serunya. "Airen ke kantinnya sama gue." Shiren menatap Arru jengah, malas sekali berurusan dengan biang kerok ini.
"Yuk, Ai, ke kantin," ajak Sasmi mengabaikan Arru.
Airen dengan cepat mengiyakan. Apapun, untuk membuatnya keluar dari suasana kikuk ini. Sepeninggal Hita, Shiren, Sasmi dan Airen, kelas berangsur sepi. Kebanyakan memilih pergi ke kantin, seperti Hita, Shiren, Sasmi dan Airen.
Tersisa Arru, Ezka, Dal dan beberapa cowok di dalam kelas. Mereka tidak mungkin melewatkan kegiatan rutin bermain game di saat seperti ini. Apalagi ada wifi sekolah. Lupakan tentang kantin dan makanan, game lebih menarik. Langsung saja, para cowok itu sibuk dengan ponsel masing-masing.
"Ar," panggil Ezka tanpa menoleh dari ponselnya. Dia memang bergaul dan berteman dekat dengan Arru serta gerombolannya. Hanya saja, dia masih sayang otaknya hingga tidak ikut-ikutan berbuat konyol dan rusuh.
"Hm," balas Arru yang juga fokus pada ponsel miringnya.
"Lo pdkt sama Airen." Bukan pertanyaan, kalimat Ezka adalah sebuah pernyataan.
Mendengar itu, Arru mengangkat kepalanya sejenak. Lantas, kembali menatap ponselnya. Arru juga sadar dari nada bicaranya, Ezka tidak sedang bertanya. Jadi tidak perlu ditanggapi.
"Bener kan, Ar? Keliatan, tau." Kali ini Dal yang bicara. "Jawab elah, eh kampret! MATI SANA, MATI AJA, MATI!"
"Kok lo neriakin gue mati sih?!" Arru balas berteriak.
"Apaan sih lo? Geer amat," hardik Dal membuat Arru mendongak pada lelaki itu. Dal sedang duduk di meja, kembali berteriak pada benda mati yang menampilkan sebuah game.
Ezka yang mendengarkan langsung terpingkal. Menertawakan Arru yang salah paham.
"Diem lo!" Bukannya berhenti, Ezka malah makin tertawa lepas mendengar bentakan cowok itu.
Seketika, Arru memikirkan kalimat Ezka sebelumnya. Apa dia pdkt pada Airen?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
All You Need Is A Friends [END]
Teen FictionTakut pada keramaian, Airen hanya bisa bersembunyi sepanjang hidupnya, sendirian, kesepian, tak punya teman Kemudian di sekolah barunya, Airen bertemu dengan Arru, cowok ganteng, humoris, ekspresif dan baik hati Arru menawarkan hal-hal indah untuk A...