19. Sepupu

116 22 18
                                    

Jangan lupa komen dan tekan ⭐ di bawah ya:) arigatou
Happy Reading^^

***

Kadang, ada orang yang merasa tak punya harapan. Tidak pernah mau berharap lagi. Mungkin karena pernah dikecewakan. Atau terlalu takut pada hal yang tak pasti.

***

Oh, tunggu! Itu suara debaran jantung Airen? Atau Arru?

Seiring jarum jam berputar, detik-detik yang tak akan berbalik, keduanya masih larut dalam tatapan masing-masing. Menerka-nerka apa yang kini dirasakan satu sama lain. Entahlah, soal perasaan terkadang selalu misterius untuk disentuh oleh pemahaman dangkal manusia.

Airen mengerjapkan matanya sekali, mengurai tatapan mereka. Arru yang sadar pun segera merubah posisinya. Memberikan ruang bagi Airen.

"Eh, sorry ya, Air. Itu ... tadi ada anak gajah lewat makanya ketabrak gini. Ya biasalah, anak gajah kalau jalan suka nyenggol-nyenggol orang. Mentang-mentang badannya gede," kekeh Arru. Kentara sekali, cowok itu tengah berusaha terlihat biasa-biasa saja setelah insiden tadi.

"Masa sih, Ar?" Airen menanggapi gurauan Arru dengan santai, juga berusaha terlihat normal.

"Iya bener. Nanti deh kalau anak gajahnya lewat lagi, aku kasih liat," kata Arru. "Balik ke kelas yuk."

Airen mengangguk, dan mereka berjalan bersisian menuju kelas. Di perjalanan, mereka berpapasan dengan beberapa orang yang menyapa Arru dengan akrab. Arru balas mengangkat tangannya, bertos ria. Sedangkan Airen sedari tadi sibuk menenangkan gemetar tangan di saku jasnya. Sambil tersenyum memperhatikan Arru yang sepertinya memiliki banyak teman.

"Eh, Air sini deh." Arru melambaikan tangannya, menyuruh Airen mendekat. Dia baru menyadari Airen tertinggal langkah di belakangnya.

Dan Airen menurut saja, namun sedetik kemudian ia memekik kaget karena Arru menarik tangannya. Lalu membawa Airen berlari ke belakang perpustakaan.

Begitu sampai di belakang gedung perpustakaan, Airen segera mengatur napasnya yang putus-putus. Cewek itu ngos-ngosan, detak jantungnya masih belum beraturan. Ditambah Arru yang masih memegang tangannya. Airen cepat-cepat menepis tangan Arru.

"Katanya mau balik ke kelas, kok malah ke sini, Ar?"

"Ada satu tempat yang harus kamu tau," ujar Arru sok misterius.

"Apa?"

"Ini," jawab Arru sambil merentangkan tangannya.

"Ini?" Airen mengamati sekitar. Baginya, tempat ini tak lebih dari sekedar jalan berbatu yang tak terurus. Apalagi di belakang gedung perpustakaan tumbuh pohon-pohon tinggi, membuatnya terkesan angker. Airen yakin jalur ini tidak pernah didatangi oleh penghuni sekolah.

Seolah mengerti tatapan Airen, Arru berjalan mendekati salah satu pohon dengan goresan huruf A pada batangnya. "Jangan nilai apapun dari luarnya aja, Air. Lihat sini, deh." Cowok itu melambaikan tangannya.

Karena penasaran, Airen menghampiri Arru. "Kamu yang buat goresan ini, Ar?"

Arru mengangguk, membiarkan Airen mengusap goresan huruf A itu. "Nah, Air ini namanya Pohon Harapan Arru. Pohon, ini namanya Airen. Tapi panggil aja Air," kata Arru seolah sedang mengenalkan Airen pada pohon. Dan pohon pada Airen.

Gadis itu menatap Arru dengan tatapan seolah bertanya, 'kamu sehat, Ar?'

Namun Arru tidak menyadari tatapan itu, dia hanya melirik Airen dan pohon bergantian.

All You Need Is A Friends [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang