Jangan lupa tekan ⭐ dan komen yang banyak ya, makasih:)
Happy Reading^^
***
Kala dia pergi, maka kamu datang. Temani hingga waktu petang. Hari itu, aku temukan kenyamanan dicelah ketakutan yang meradang.
***
Beberapa menit kemudian tangis Airen mulai mereda. Arru menyodorkan sapu tangan miliknya, yang langsung diambil oleh gadis itu.
"Capek ya, nangis mulu?" goda Arru ketika Airen menyandarkan punggungnya ke kursi.
Airen terkekeh pelan, dia jadi merasa malu karena menangis di depan Arru. Tapi ya mau bagaimana lagi, itu adalah tindakan refleks yang tidak terduga. Biasanya, Airen mudah sekali menyembunyikan emosi yang tengah ia rasakan. Sekalipun sedih, dia masih bisa menutupinya. Tapi tadi mudah sekali dia menumpahkan air matanya di depan Arru.
Sebuah ide tiba-tiba terlintas di otak Arru, lelaki itu memandang Airen dari samping. "Air, pulang bareng yuk," seru Arru dengan semangat '45.
Airen yang sedang berkaca di ponselnya, memastikan penampilan agar tidak terlihat habis menangispun menoleh pada Arru. Nah, bagaimana ini? Apa dia terima ajakan Arru? Berhubung kakaknya ada di London sekarang, Airen pasti pulang dengan sopir. Kecuali jika ia menerima tawaran lelaki di sebelahnya ini.
"Gimana? Mau nggak?"
Perlahan, Airen mengangguk ragu. "Iya, mau."
Arru mengepalkan tangannya, bersorak senang. Sedangkan Airen tertawa karena reaksi berlebihan Arru yang seperti baru menang lotre.
Tak lama kemudian, bel tanda istirahat usai berbunyi bersamaan dengan kembalinya penghuni kelas dari kantin. Airen yang sudah duduk di bangkunya sendiri terkena omelan gratis dari Hita, Sasmi dan Shiren karena kabur begitu saja. Namun, Airen hanya menyengir sambil membuat alasan paling masuk akal, yaitu sakit perut dan mendekam di toilet.
***
Begitu bel pulang berbunyi, Arru langsung melompat ke bangku Airen. Tingkahnya mengagetkan Shiren yang sedang membereskan buku dan hampir disenggol oleh cowok itu.
"Apaan sih, Ar?"
"Sorry, nggak sengaja," cengir Arru yang dibalas rotasi bola mata oleh Shiren.
"Ayo, Air kita pergi!"
Hita yang mendengar ajakan Arru memicingkan matanya, curiga. Kenapa Arru mengajak Airen? Mereka mau kemana? Pulang bareng? Kok bisa?
Belum sempat Airen beranjak dari kursi, Hita lebih dulu menahan Airen hingga gadis itu terduduk lagi.
"Tunggu-tunggu," cegah Hita. "Lo mau kemana?"
"Kepo," tukas Arru sebal karena dihalang-halangi.
"Gue tanya serius!"
"Pulang bareng, masalah sama lo?" balas Arru sewot.
"Kok Airen mau sih?" tanya Sasmi yang sedari tadi hanya menyimak.
"Emangnya gue sebuluk itu sampe Airen nggak mau pulang bareng gue?"
"IYALAH!" kompak Hita, Sasmi dan Shiren.
"Kampret," rutuk Arru dengan muka yang sudah kesal sejadi-jadinya. Apa takdirnya hanya untuk dinistakan dimana-mana? Ughh, menyebalkan!
Airen tertawa di tempatnya. Gadis itu segera berdiri supaya perdebatan kecil mereka terhenti. Berbeda dengan Arru yang menganggap tindakan Airen itu sebagai pembelaan terhadap dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
All You Need Is A Friends [END]
Teen FictionTakut pada keramaian, Airen hanya bisa bersembunyi sepanjang hidupnya, sendirian, kesepian, tak punya teman Kemudian di sekolah barunya, Airen bertemu dengan Arru, cowok ganteng, humoris, ekspresif dan baik hati Arru menawarkan hal-hal indah untuk A...