Epilog

228 18 0
                                    


Tidak ada akhir yang benar-benar bahagia. Aku bahagia. Dan itu bukan sebuah akhir.

***

Sama seperti bumi yang terus berputar, bergerak mengikuti jalurnya. Jalan kehidupan manusia pun begitu. Terus bergerak dengan jalurnya. Setiap manusia mempunyai jalur masing-masing. Di setiap jalur itu sudah ditetapkan titik sedih dan titik bahagia. Maka jangan heran ketika baru saja kamu merasa bahagia namun tak lama kemudian kesedihan menghantam. Sebaliknya, tak selamanya kamu merasa sedih, suatu saat pasti akan bahagia.

Jujur, Airen tidak pernah membayangkan adanya hari dimana ia bisa keluar rumah dengan bebas tanpa rasa takut. Selama ini, yang dilakukan Airen hanya bersembunyi di kegelapan. Melihat semuanya dari sudut pandang yang gelap. Tidak melihat apapun, termasuk masa depan dan hari bahagianya. Kejadian malam tahun baru di London itu amat membekas di ingatan, membuat trauma dan memunculkan ketakutan yang berlebihan pada keramaian.

Bahkan Airen sempat mengira dunianya berhenti berputar saat itu. Mungkin saja selamanya dia hanya bisa berdiam diri di kamar. Gadis itu tidak tahu saja, bahwa bumi terus berputar, jalan kehidupan terus berlanjut, waktu detik demi detik merangkak, takdir terus berpilin menemukan pemiliknya.

Hari itu, ketika Airen masuk sekolah umum alih-alih melanjutkan homeschooling, dunia Airen baru saja berotasi. Di situlah titik mula perubahan kisah dirinya. Disambung dengan permintaan Papa untuk pindah ke sekolah Lai. Lalu Airen ditempatkan di kelas yang isinya ... cukup di luar perkiraan. Pertemanannya dengan Hita, Sasmi dan Shiren. Pertemuan dengan Arru. Semua itu adalah takdir Airen. Sudah ditetapkan di jalan kehidupannya.

Tidak ada yang menjamin jalan itu selalu mulus. Airen berkali-kali terseok, tertatih dan terjatuh di tengah jalan. Hal itu menyakitkan. Sangat. Apalagi ketika dia membangun harapan yang sangat besar, namun diruntuhkan kembali oleh rasa takut itu. Kasus rumor itu adalah puncaknya, sekaligus pukulan terhebat. Namun karena insiden itu pula, Airen bisa sampai pada titik ini, hari ini.

Hari dimana orangtua dan kakaknya pulang dari London, membawa serta pelukan dan kehangatan. Sesuai rencana tadi siang, mereka akan makan malam di luar. Kini keempatnya berada di atap gedung restoran berkelas, menempati salah satu meja di sana. Ini adalah pertama kalinya Airen makan malam bersama keluarga di bawah langit bertabur bintang. Kemudian disuguhi pemandangan malam kota Jakarta yang bermandikan cahaya.

"Oke, Papa akui selera kamu bagus," cetus Ronald. Ternyata perdebatan tentang pilihan tempat makan malam itu dimenangkan oleh Lai.

"Ya kan, pilihan aku bagus," ujar Lai mulai besar kepala. "Untung nggak ikutin pilihan Papa. Kalau iya, pasti yang bisa diliat cuman tembok putih doang."

Pilihan Ronald sebelumnya adalah ruangan VIP di restoran bintang lima yang bisa dibilang, lebih cocok untuk tempat bertemu klien penting daripada makan malam keluarga.

"Tapi Lai, pengunjung yang datang kok kebanyakan pasangan, ya. Nggak ada tuh yang rombongan keluarga kayak kita."

Demi mendengar ucapan Lindya, Lai menolehkan wajah ke sekeliling. Memang benar sih, hampir setiap meja diisi oleh pasangan, pria dan wanita. "Rombongan keluarga lain belum datang mungkin, Ma. Yang jelas tempat ini bukan cuma buat makan malam romantis doang kok."

Ronald dan Lindya mendengus geli sementara Airen terkekeh pelan. Baginya, langit berbintang dan pemandangan malam kota Jakarta masih kalah spesial dengan kehadiram orangtua dan kakaknya. Setelah semua kesedihan itu, akhirnya Airen merasakan momen bahagianya. Dia tahu ini bukanlah sebuah akhir dan Airen berhak berharap takdir manis ini melingkupinya lebih lama.

Dalam syahdunya malam di tengah udara sejuk, Airen ingin berbisik pada orang-orang yang hadir dalam kisahnya ....

Terima kasih, kalian adalah alasan di balik kenyamanan pada rasa takut ini.

***

- T A M A T -

Huwaa, Alhamdulillah akhirnya cerita ini tamat. Lega rasanya. Lega banget😭 semoga endingnya memuaskan:) semoga ada hal baik yang bisa didapat dari cerita ini. Yang jelek-jeleknya buang aja😅

Pertama-tama, aku mau bilang makasih, makasih banyak buat kalian yang udah baca sampai akhir cerita. Kasih dukungan berupa vote dan komen. I'm genuinely thank you😁😁

I know, it's not a perfect story. Aku sadar cerita ini masih banyak kurangnya. Beberapa hal pasti masih mengganjal. Aku bakal revisi kok nanti. Dan aku harap kalian bersedia kasih kritik dan saran juga kesan-pesan selama baca kisah Airen-Arru.

Actually, nulis cerita ini nggak mudah dan banyak rintangannya. Mulai dari hal-hal yang bersumber dari diri aku sendiri, semacam malas dan badmood. Atau kek masalah ga ada ide, writer's block, dsb. Makanya aku seneng banget bisa namatin cerita ini.

Sometimes, aku ngerasa down banget buat nulis. Tau karena apa? Karena jumlah viewers, vote dan komen cerita ini masih belum banyak. Padahal aku liat cerita temen-temenku yang lain kek laku banget gitu. And it's make me stressed😭 aslii guys itu kepikiran banget😢 help me to share this story please

Mungkin aku terlalu fokus nulis sampe lupa promosi. Atau mungkin karena memang tulisanku masih mentah dan harus banyak perbaikan. Entahlah, yang pasti i'm so sad at that time. But now, aku udah sedikit sembuh hehe. Aku mikirnya nggak apa-apa yang baca masih sedikit, terus perbaiki aja kualitas tulisan sambil belajar banyak hal. /nyemangatin diri sendiri karena ga ada yang nyemangatin:( haduh ngenesnya/

Back to Airen-Arru. Ini serius guys, kalau ada hal-hal yang masih mengganjal dari isi cerita tolong komentar di sini, biar aku segera perbaiki. Nah bakal ada Extra Part abis ini. Tunggu aja😄

Kayaknya author note kali ini udah kepanjangan, bosen pasti baca ocehan si Rei.

Sekali lagi makasih banyak untuk kamu-kamu, tanpa kalian cerita ini bukan apa-apa. Makasihhhh^^

Salam sayang,

ReiRin

All You Need Is A Friends [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang